Minggu, 14 Oktober 2018

WARTEG BY WAHYOO

https://www.google.co.id/amp/s/dailysocial.id/post/fokus-dan-strategi-wahyoo-startup-berbasis-aplikasi-menyasar-warung-makan/%3famp=1


Fokus dan Strategi Wahyoo, Startup Berbasis Aplikasi Menyasar Warung Makan

Didirikan oleh Peter Shearer dari AR&Co, memudahkan warung makan mengadopsi teknologi



Founder dan CEO Wahyoo Peter Shearer bersama pemilik warung makan / Wahyoo
Setelah sukses membangun AR&Co yang fokus pada pengembangan produk berbasis augmented reality, Founder & CEO Peter Shearer mendirikan startup social enterprise bernama Wahyoo.
Kepada DailySocial, Peter menyampaikan sejumlah alasan mengapa dirinya tertarik untuk mendirikan startup baru yang menyasar warung makanan di Indonesia (warteg).
“Jika dilihat saat ini ada sekitar tiga ribu warung makan di Jakarta saja. Namun bisnis yang hanya ada di Indonesia ini masih belum memanfaatkan teknologi dengan sempurna. Berangkat dari alasan itulah akhirnya Wahyoo saya dirikan,” kata Peter.

Memanfaatkan pengalaman dan latar belakang teknologi yang dimilikinya, Peter dan tim kemudian mencoba untuk mengoptimalkan warung makan di Jakarta mengadopsi teknologi. Dengan demikian mereka bisa meningkatkan pendapatan sekaligus menjadi platform untuk keperluan digital yang saat ini makin marak kehadirannya.

“Berbasis aplikasi nantinya pemilik warung bisa mendapatkan akses kebutuhan produk dari brand FMCG ternama hingga menjadi meeting point layanan transportasi on-demand di Indonesia,” kata Peter.

Cara kerja Wahyoo

Warung makan binaan Wahyoo
Menggandeng enam brand terkemuka saat ini, di antaranya adalah Redoxon, Teh Pucuk, Betadine, Le Minerale, Tora Bika dan Happy Tos, pemilik warung makan diberikan kesempatan untuk menjual sekaligus mempromosikan brand tersebut di warung makan mereka. Memanfaatkan jumlah pengunjung yang datang ke warung makan setiap harinya, kegiatan pemasaran tersebut bisa dimanfaatkan oleh brand secara langsung.

“Setiap harinya untuk satu warung makan bisa kedatangan 100 orang. Potensi tersebut bisa dimanfaatkan oleh branduntuk promosi, dan tugas kami dari Wahyoo adalah memastikan kegiatan pemasaran tersebut berjalan dengan baik,” kata Peter.


Sementara keuntungan yang bakal didapatkan oleh pemilik warung adalah akses mudah dan cepat produk FMCG pilihan tersebut, point rewards yang nantinya bisa ditukarkan hadiah umroh hingga naik haji, juga pelatihan yang dihadirkan oleh Wahyoo seputar cara tepat mengelola keuangan, memilih menu dan produk makanan yang sehat hingga demo masak.
“Dengan demikian pemilik warung bisa meningkatkan pendapatan melalui promo yang ada sekaligus mendapatkan informasi dan pengetahuan tambahan untuk meningkatkan usaha,” kata Peter.
Masih fokus melakukan sosialisasi penggunaan aplikasi kepada pemilik warung, untuk menghindari kesulitan mengakses aplikasi tersebut, Peter dan tim pun mencoba untuk membuat aplikasi semudah mungkin.

“Yang penting aplikasi bisa digunakan untuk melakukan pembelian produk, nantinya secara rutin update fitur akan kami tambahkan mengikuti demanddan perkembangan yang ada,” kata Peter.

Strategi monetisasi

Untuk saat ini monetisasi yang diterapkan oleh Wahyoo adalah berasal dari brand yang menjalin kemitraan dengan Wahyoo. Target dari Wahyoo selain menambah jumlah brand dari FMCG, juga dari startup agriculture demi menyediakan bahan makan dan sayuran yang berkualitas.

“Salah satunya kita juga tengah melakukan finalisasi dengan 8Villages agar nantinya bisa memasok bahan sayuran dan produk segar lainnya kepada pemilik warung makan binaan Wahyoo,” kata Peter.

Di fase awal fokus dari Wahyoo adalah merekrut lebih banyak warung makan di seluruh Jakarta. Saat ini Wahyoo telah memiliki 315 warung makan di Jakarta. Target Wahyoo hingga akhir tahun 2018 bisa mencapai 2000 warung makan.

“Fase lainnya yang ada di pipeline kami adalah menambah kemitraan dengan platform crowdfunding, memberikan pilihan pembayaran hingga menghadirkan bahan makanan setengah jadi untuk warung makan,” kata Peter.


Bermitra dengan Grab

Founder dan CEO Wahyoo Peter Shearer
Kemitraan lain yang bakal dilancarkan oleh Wahyoo adalah dengan Grab. Bentuk kemitraan ini adalah menjadikan warung makan binaan Wahyoo sebagai meeting point sekaligus tempat beristirahat mitra pengemudi Grab. Dengan demikian mitra pengemudi tersebut memiliki tempat istirahat di semua warung makan yang bergabung dengan Wahyoo dan akan mendapatkan minuman gratis jika membeli makan di warung makan binaan Wahyoo.

“Bentuk kerja sama lainnya yang akan kami hadirkan adalah pengantaran makan dan minum dari warung makan tersebut ke rumah pembeli melalui aplikasi dan mitra Grab. Namun saat ini masih dalam rencana kami,” kata Peter.

Saat ini Wahyoo belum meluncurkan aplikasi untuk pengguna dan masih fokus kepada aplikasi untuk pemilik warung makan. Jika nantinya sudah diluncurkan, aplikasi untuk pengguna lebih kepada loyalty program dengan memberikan poin yang bisa didapatkan jika makan dan minum di warung makan binaan Wahyoo.

Rencana fundraising Wahyoo

Masih menjalankan bisnisnya secara bootstrapping, Wahyoo yang mulai berjalan sejak bulan Juni 2017 sudah berencana akan melakukan fundraising. Berencana untuk launching akhir bulan Maret 2018 mendatang, Peter berharap melalui publikasi tersebut, Wahyoo bisa menarik perhatian investor yang tertarik dengan model bisnis Wahyoo.

“Sesuai dengan misi kami yaitu membantu meningkatkan usaha pemilik warung makan agar lebih relevan menyesuaikan kemajuan jaman. Kami juga ingin menggali potensi bisnis ini menjadi seperti ‘one stop shopping’ bukan hanya sebagai warung makan namun juga agen pulsa, tempat branding perusahaan dan masih banyak lagi,” tutup Peter.



Peter Shearer Setiawan Wahyoo Peduli Warung Makan


Penulis: Cikwan Suwandi - 05 April 2018, 06:30 WIB
MI/Pius Erlangga

PERSAINGAN di bisnis makanan dan minuman saat ini makin ketat. Meski demikian, warung makan sederhana yang menjual berbagai makanan siap santap masih menjadi favorit bagi kalangan menengah ke bawah.

Bisnis warung makan pula yang dipilih kebanyakan masyarakat dari daerah saat merantau ke kota karena dinilai mudah. Sudah banyak pengusaha warung makan yang sukses karenanya dan bahkan menjadi bos kecil di daerahnya.

Namun, citra warung makan yang masih dianggap urakan menjadi masalah, terlebih di tengah menjamurnya usaha ritel dan rumah makan modern yang sudah terdigitalisasi. Bukan tidak mungkin, warung-warung makan tradisional akan tersisih dan punah.

Hal tersebut yang melatarbelakangi didirikannya Wahyoo, perusahaan sosial digital yang melibatkan pengusaha warung makan, pedagang asongan, pemilik produk serta konsumen. Nama Wahyoo sendiri berasal dari kata 'wahyu' yang diartikan sebagai sebuah kebaikan dan pesan yang diturunkan Tuhan untuk manusia.

"Saya harap Wahyoo ini memberikan pesan kebaikan untuk pelaku usaha. Kenapa namanya kita pakai huruf O? Karena itu, biar lebih mengikuti era digital, lihat Facebook pake O, Yahoo pake O," terang Peter Shearer Setiawan, Founder dan CEO of Wahyoo yang ditemui Media Indonesia di Jakarta, akhir Maret lalu.

Peter mengisahkan ide memoles warteg agar menjadi warung modern kekinian tercetus dua tahun lalu. "Saat itu saya mengamati jalanan Jakarta ini. Ritel-ritel di jalanan begitu sangat berkembang. Banyak sekali rumah makan atau warteg, tetapi perbedaan dengan ritel ini begitu mencolok. Lalu saya berpikir apakah saya bisa membantu dan mengembangkan usaha mereka," kata Peter.

Ia lalu melakukan riset, dimulai dengan menggali masalah-masalah apa saja yang dialami sejumlah pelaku usaha warteg. Salah satu keluhannya ialah mereka jenuh karena jam buka warteg berlangsung selama 24 jam. "Mereka ingin berlibur, tapi enggak ada yang gantiin," tutur Peter.

Masalah lainnya, pelaku usaha warteg tidak paham mengelola keuangan, pemodalan, dan tidak ada inovasi. Mereka tidak pernah menghitung berapa keuntungan pasti yang didapatkan setiap bulan. Juga berapa piring yang terjual per harinya dan makanan apa yang paling favorit.

Nah, aplikasi Wahyoo membantu para pelaku usaha warung makan, mulai standardisasi pelayanan, membantu promosi dan memperhatikan keperluan para pemilik warung. "Dekorasi, pelatihan, pemodalan, penyediaan barang, hingga pengiriman barang gratis adalah sederet keuntungan yang diberikan Wahyoo," beber Peter.

Wahyoo berupaya membuat tempat usaha menjadi lebih nyaman untuk pelanggan dengan mendekorasi ulang. "Kita lakukan cat ulang. Kalau ada yang bocor, kita perbaiki, kita berikan celemek," imbuhnya.

Selain mencolok, warna kuning cerah dipilih karena dianggap memberikan kebahagiaan dan sukacita kepada pemilik warung. Wahyoo juga memberikan bantuan pemodalan yang dibutuhkan seperti kulkas hingga penanak nasi dengan mekanisme kredit.

Tak hanya tampilan warung, Peter juga mengedukasi pemilik warung makan mengenai pentingnya kebersihan, menjaga kualitas makanan, cara mengelola keuangan dan cara memanfaatkan teknologi.

Keuntungan lainnya ialah pemilik warung dapat mengakses lebih cepat dan mudah produk yang mereka butuhkan untuk dijual melalui aplikasi. Wahyoo menggandeng penyedia jasa transportasi daring Grab untuk kebutuhan ini. Selain itu, para pemilik warung akan mendapatkan point reward untuk ditukarkan umrah dan haji.

Wahyoo juga menggandeng sembilan merek terkemuka untuk kerja sama yang menguntungkan dengan memanfaatkan keramaian konsumen yang datang ke warung, dengan menjual maupun mempromosikan produk mereka.

"Kita akui keuntungan kita dari kerja sama bersama merek-merek ini. Persentasenya itu 60% untuk warung dan 40% untuk Wahyoo. Bagi hasil keuntungan brand ini menjadi penghasilan tambahan pemilik warung," terangnya.

 

Jajaki kemitraan

Sejak didirikan Juni 2017 lalu, saat ini anggota warung makan di Wahyoo sudah mencapai 400 warung. Peter menargetkan sedikitnya 2.000 warung makan akan bergabung hingga akhir 2018.

"Memang perlu kerja keras. Bagaimana kita harus melakukan pendekatan sangat dekat secara pribadi kepada mereka. Kita yakinkan bahwa mereka adalah mitra dan keluarga Wahyoo," katanya.

Omzet yang dihasilkan Wahyoo pun sudah mencapai US$100 ribu atau mendekati Rp1,4 miliar. "Kondisi Wahyoo masih sangat kecil, tetapi kami sudah banyak yang memercayai," ujarnya.

Setelah Grab, Peter mengaku tengah menjajaki berbagai kemitraan untuk bergabung dengan Wahyoo. Peter memiliki ide, jika warung makan yang tergabung dengan Wahyoo bisa menjadi meeting point dan tempat istirahat para pengemudi Grab. "Dibanding mereka panas-panasan, tempat kami bisa menjadi tempat istirahat. Tentunya ada perlakuan spesial untuk mereka, misalnya Grab yang makan di warung Wahyoo akan mendapatkan kupon. Setelah lima kupon terkumpul, itu akan mendapatkan makan gratis," kata dia.

Bukan itu saja, kemitraan lain yang akan dirangkul menurutnya adalah start-up yang bergerak di bidang pertanian, yakni 8vilages. Menurut Peter, kerja sama ini penting mengingat Wahyoo ingin mengembangkan sejumlah katalognya untuk menyediakan sayuran berkualitas.

"Kami pastikan ini upaya dalam memangkas rantai pasar dan tengkulak. Yang justru menyengsarakan petani dan konsumen," tutur Peter.

Tak berhenti di situ, Wahyoo berencana menggalakkan sistem gerakan nontunai di kalangan anggotanya. "Nanti para konsumen akan memiliki user untuk digunakan pembayaran dan isi saldo," kata dia.

Pengembangan lainnya ialah Wahyoo ingin membuat central kitchen. Wahyoo ingin menyediakan jalur distribusi bahan setengah jadi masakan yang dibutuhkan warung makan.

"Ini sebagai solusi agar pemilik warung bisa berlibur. Saat ini kami tengah siapkan jalur distribusinya," pungkas Peter.  (M-4)

 


1 komentar:

  1. Awal berdiri Warmo ini karena kaka beradik asal Sidakaton Tegal yang mulanya bekerja sebagai tukang becak saat pertama datang ke Jakarta. Lalu akhirnya mencoba membuka warung nasi kecil-kecilan dan ternyata laku hingga saat ini Sebelum taun 1970, Warmo ini lokasinya bukan di Tebet lho melainkan di Roxy dan Jatinegara.

    BalasHapus