Jumat, 18 Oktober 2013

Trik Ardantya Syahreza Dalam Menaikkan Derajat UMKM


http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/trik-ardantya-syahreza-bawa-produk-ukm-naik-kelas

Trik Ardantya Syahreza Bawa Produk UKM Naik Kelas
Bisnis-jabar.com, JAKARTA-

Banyak pelaku usaha yang sebetulnya memiliki produk unik untuk dapat dikembangkan. Sayangnya, mereka masih belum memahami betul potensi produk yang dimiliki, atau tidak mengerti bagaimana cara memasarkan bisnisnya sehingga bisa naik kelas.Untuk membantu para pelaku usaha menaikkan level bisnisnya, adalah Ardantya Syahreza, pemilik PT Kuliner Nusantara Sejahtera (K-Food) yang khusus mengembangkan bisnis di bidang kuliner.
Kiprah pertama pria kelahiran Jakarta, yang dibesarkan di Kota Malang ini, ialah dengan menjadi franchisor pertama Bakso Kota Cak Man.Bagi masyarakat Malang, Bakso Kota Cak Man ini sudah dikenal sejak tahun 1980-an karena rasanya yang gurih. Melihat potensi yang besar itu, pada 2005 Ardantya akhirnya membawa bakso malang tersebut ke Jakarta dengan membuka gerai di Plaza Semanggi.Di tangannya, bakso rumahan tersebut kemudian di-branding dengan pengemasan yang menarik, baik dari segi warna, lighting, hingga foto berbagai menu yang tampil menarik dan menggiurkan.



Dia berhasil menaikkan usaha yang awalnya hanya berupa warung biasa menjadi kuliner yang disantap oleh kalangan kelas menengah.Selain itu, dia rajin membaca pasar. Ketika sedang jam-jam sepi, Ardantya memberikan berbagai promosi dengan memanfaatkan media sosial.Dengan kemampuannya membaca pasar dan menciptakan branding, saat ini Bakso Kota Cak Man sudah memiliki 50 cabang franchise, tiga di antaranya merupakan gerai yang dikelola oleh K-Food. Meski hanya memiliki tiga gerai, konstribusi penjualannya justru yang terbesar.


K-Food saat ini juga mengembangkan bisnis sate buntel asal Solo milik sepasang suami istri, Yahya dan Lia, yang sudah dijalankan sejak 2010 lalu.Menurut Ardantya, kemampuan pelaku usaha untuk menciptakan sate buntel merupakan sebuah inovasi. Hanya saja, saat ini usaha tersebut masih merupakan bisnis rumahan yang belum berkembang. Dalam 1 hari, penjualan hanya sekitar Rp1 juta.

Dia pun tertantang mengembangkan bisnis tersebut menjadi naik kelas sebagai makanan yang lebih modern dengan tetap menjaga rasa khas ‘kampungnya.’Hal yang dilakukannya ialah dengan membangun branding produk tersebut menjadi makanan yang lebih berkelas meski dengan rasa dan tampilan khas kampung.Dengan demikian, pangsa pasarnya pun meningkat dengan menyasar kelas menengah yang saat ini jumlahnya terbilang paling besar.“Saya perlu melakukan branding dengan mengganti logo, melakukan advertising, membentuk packaging yang menarik. Ketika sate buntel masih dijajakan di pinggir jalan dan tidak memiliki branding, pasarnya hanya itu-itu saja.Setelah di-branding dengan kemasan yang menarik, penjualan meningkat signifikan.” (jibi/fsi)