Minggu, 29 Oktober 2017

SALAM KREATIF JAMAN NOW oleh Budiman Hakim

Ditulis oleh Budiman Hakim
Di Facebook Wallnya

SALAM KREATIF, GENERASI JAMAN NOW.

Di jaman old, kita banyak banget mendengar jingle-jingle iklan yang melegenda. Siapa yang gak kenal lagu Indomie? Lagu itu dibuat oleh team kreatif bersama dengan jingle maker. Jadi mereka menciptakan lagu dan bukan mengambil lagu yang sudah ada. Dan hasilnya? Popularitasnya begitu heboh bahkan menjadi timeless karena kita masih bisa mendengarnya sampe sekarang. Begitu juga dengan jingle Rinso, Indomilk, Ovaltine, susu Cap Nona dan masih banyak lagu-lagu iklan yang menjadi luar biasa terkenal dan dinyanyikan di mana-mana dan oleh siapa aja.

Di jaman old, industri periklanan menciptakan banyak sekali bintang yang selanjutnya menjadi celebrity. Jadi bukan memakai model terkenal tapi menciptakan nobody menjadi public figure. Percaya gak? Iklanlah yang melahirkan Lidya Kandow menjadi tenar dan akhirnya terjun ke perfilman. Iklanlah yang membuat Elma Teana mejadi populer lalu menjadi pemain sinetron papan atas. Dan iklan jugalah yang mendudukkan Feny Rose menjadi terkenal lalu menjadi presenter acara gosip paling heboh. Dan masih banyak bintang-bintang sukses yang dilahirkan dari rahim periklanan.

Di jaman now, kenapa jarang sekali bintang-bintang dan lagu-lagu terlahir dari periklanan?

Pertanyaan ini terus terang cukup mengganggu saya. Ketika sebuah group team kreatif lagi nyari ide buat iklan, saya coba mengikuti brainstormingnya. Usia mereka masih muda dan saya yakin passion mereka sangat luar biasa untuk menciptakan hal-hal baru. 

Lagi seru-serunya nyari ide, sekonyong-konyong seseorang berkata, “Gimana kalo kita pake Agnes Monica aja sebagai modelnya?”

“Lah? Idenya belom dapet kok udah ngomongin modelnya?” tanya partnernya.

“Tapi momentumnya pas banget, nih. Agnes Monica lagi Go International. Baru-baru ini dia dapet kontrak di Amerika nyanyi dengan pemain Anu lalu anu dan anu dan semua anu menjadi anu….”

Setelah perdebatan ringan, akhirnya ide itu disetujui. Iklan itu keliatannya gak begitu dipikirin idenya, kehadiran Agnes dalam membangun brand buat mereka sudah lebih dari cukup., mereka udah puas. Lalu apa yang terjadi? Tiba-tiba kita melihat di TV, ternyata Agnes Monica menjadi model untuk banyak brand. Dari motor, kosmetik, minyak angin pokoknya banyak banget.

Ya Allah, apakah hal yang sama terjadi juga di tempat lain? Brand itu kan sebuah personalitas. Kan kesian brandnya ditempatkan sebagai personalitas yang tidak percaya diri. Mau terkenal bukannya usaha sendiri kok malah nebeng kepopuleran orang lain.

Begitu juga dengan jingle. Pernah sekelompok orang sedang brainstorming untuk membuat iklan sebuah brand mobil. Ide storyboardnya aja belom ditemukan tiba-tiba salah seorang kreatif ngomong, “Gue udah dapet jinglenya, nih.”

“Jinglenya pake lagu siapa?” tanya yang lain. Dari pertanyaannya aja kita udah tau bahwa mereka gak berminat sama sekali bikin jingle sendiri.

“Kita pake lagunya Once yang judulnya lagu Anu,” jawabnya.

“Idenya blom ada kok udah ada jinglenya?” tanya yang lain.

“Tapi lagu Anu  ini lagi hits banget! Mumpung belom dipake oleh brand Anu, saya kira Anu juga pasti Anu, itupun kalo kita bener-bener Anu.” Begitu argumentasi yang punya ide.

Dan akhirnya jadilah sebuah iklan TV tanpa ide. Isinya cuma mobil merah jalan-jalan, belok kiri, belok kanan,tanjakan, turunan dengan kamera menyorot dari depan, belakang, samping. Udah gitu doang. Sepanjang 30 detik iklan itu diiringi oleh lagu Once yang judulnya Anu seperti yang telah direncanakan.

Saya sering heran sama orang periklanan sekarang. Begitu mudahnya mereka memilih model iklan untuk sebuah brand hanya karena orang tersebut sudah terkenal. Begitu gampangnya mereka memilih lagu untuk dijadikan jingle sebuah TVC hanya karena lagu tersebut sudah terkenal.

Saya bener-bener gak habis pikir, bukannya mencari ide yang hebat supaya iklannya terkenal eh mereka memilih cara agar brand tersebut terkenal dengan menumpang ketenaran model atau lagu yang lagi hits. Seakan-akan ide bukan lagi motor dari sebuah komunikasi. Seakan-akan mereka gak percaya bahwa ide iklan yang keren mampu melahirkan bintang dan lagu yang epik.

Pencarian saya tidak berhenti sampai di situ. Suatu hari, saya lagi moonlighting di sebuah agency multinasional. Boss perusahaan itu meminta saya untuk membimbing Creative Department untuk membuat iklan yang kreatif. Karena udah sohib banget sama Boss ini, akhirnya saya menyanggupi permintaan itu.

Sebelum mulai, saya coba pelajari dulu bagaimana team kreatif agency tersebut mencari ide. Sebelum ngasih solusi, saya harus cari problemnya dulu kan? Lalu tau gak apa yang saya temukan?

Ketika sedang review untuk sebuah iklan rokok, seorang Art Director mempresentasikan iklan TV buatannya dalam bentuk film yang siap tayang.

“Keren banget tuh! Kapan shootingnya, Jek?” tanya saya.

“Ini saya ambil dari film, Om Bud. Saya cuma nempel logonya aja di bagian belakang,” sahut anak itu.

“Oh, maksudnya lo kumpulin dari beberapa film? Lo nyambung-nyambung beberapa footage untuk bikin movie itu, kan?” tanya saya lagi menegaskan.

“Enggak, Om. Ini film utuh dari satu sumber. Saya cuma nempel logo doang.”

“Maksud lo gimana? Lo dapet ide, terus lo cari referensi ? Dan kebetulan dapet film yang cocok sebagai referensi ide lo?”

“Nggak Om. Saya browsing film-film terus cari yang cocok sesuai dengan brief klien.”

“Hah? Emang selama ini kalian selalu begitu kalo nyari ide?” tanya saya kaget bukan main.

“Iya, Om. Emang harusnya gimana?” tanya seseorang tanpa rasa bersalah.

“Kalo gue sih biasanya nyari ide dulu. Kalo udah dapet idenya, baru browsing-browsing nyari referensi yang kira-kira sesuai,” jawab saya.

“Wah, itu mah ribet, Om Bud. Kalo kita punya ide dulu, sampe mati pun kita gak bakalan bisa nemuin referensi yang sesuai dengan ide itu,” sahut yang ditanya.

“Hah? Jadi kalian nyari ide berdasarkan karya orang lain yang udah dieksekusi?”

“Iya, Om. Klien juga seneng kalo kita presentasi berupa film yang udah jadi. Mereka udah males ngeliat storyboard atau stylomatic. Mereka maunya dalam bentuk yang udah jadi film.”

“Kalian gak merasa kalo itu nyontek?” tanya saya lagi.

“Kan kalo udah approved kita lain-lainin, Om. Modelnya beda, lagunya beda, copynya beda, pokoknya begitu udah jadi, orang gak merasa kalo itu kita ngambil dari mana.”

“Oh begitu…” kata saya gak tau harus ngomong apa lagi.

“Iya, Om. Emang Om Bud kalo bikin TVC beda ya caranya?”

“Sebelum jawab pertanyaan itu, gue mau tanya lagi. lo ngambil filmnya dari film beneran, kan? Bukan dari film iklan juga, kan?”

“Kalo yang barusan saya presentasiin sih dari film iklan juga.”

“Hah? Yang boneng lo? Nyontek abis-abisan dong?”

“Ya nggak lah, Om Bud. Pas prepro sama Production House, kita bilang sama directornya bahwa ide ini kita ngambil dari iklan ini. Nah kita tinggal bilang ke sutradara bahwa mereka harus eksekusi supaya jadinya beda.”

OK deh! Kayaknya tugas gue berat banget nih moonlighting di sini hehehehe….

WELCOME LEISURE ECONOMY

http://www.yuswohady.com/2017/10/28/welcome-leisure-economy/

Welcome Leisure Economy

The Phenomenon
Dalam 3 bulan terakhir muncul diskusi publik yang menarik mengenai fenomena turunnya daya beli konsumen kita yang ditandai dengan sepinya Roxi, Glodok, Matahari, Ramayana, Lotus, bahkan terakhir Debenhams di Senayan City.

Anggapan ini langsung dibantah oleh ekonom karena dalam lima tahun terakhir pertumbuhan riil konsumsi masyarakat robust di angka sekitar 5%. Kalau dilihat angkanya di tahun ini, pertumbuhan ekonomi sampai triwulan III-2017 masih cukup baik sebesar 5,01%. Perlu diingat bahwa konsumsi masyarakat (rumah tangga) masih menjadi kontributor utama PDB kita mencapai 54%.

Sebagian pakar mengatakan sepinya gerai ritel konvensional tersebut disebabkan oleh beralihnya konsumen ke gerai ritel online seperti Tokopedia atau Bukalapak. “Gerai-gerai tradisional di Roxi atau Glodok telah terimbas gelombang disrupsi digital,” begitu kata pakar.

Kesimpulan ini pun misleading karena penjualan e-commerce hanya menyumbang 1,2% dari total GDP kita, dan hanya sekitar 0,8% (2016) dari total penjualan ritel nasional. Memang pertumbuhannya sangat tinggi (eksponensial) tapi magnitute-nya belum cukup siknifikan untuk bisa membuat gonjang-ganjing industri ritel kita.

Kalau konsumen tak lagi banyak belanja di gerai ritel konvensional dan masih sedikit yang belanja di gerai online, maka pertanyaannya, duitnya dibelanjakan ke mana?

The Consumers
Tahun 2010 untuk pertama kalinya pendapatan perkapita masyarakat Indonesia melewati angka $3000. Oleh banyak negara termasuk Cina, angka ini “keramat” karena dianggap sebagai ambang batas (treshold) sebuah negara naik kelas dari negara miskin menjadi negara berpendapatan menengah (middle-income country).

Ketika melewati angka tersebut, sebagian besar masyarakatnya adalah konsumen kelas menengah (middle-class consumers) dengan pengeluaran berkisar antara $2-10 perhari. Di Indonesia, kini konsumen dengan rentang pengeluaran sebesar itu telah mencapai lebih dari 60% dari total penduduk.

Salah satu ciri konsumen kelas menengah ini adalah
"bergesernya pola konsumsi mereka dari yang awalnya didominasi oleh makanan-minuman menjadi hiburan dan leisure. Ketika semakin kaya (dan berpendidikan) pola konsumsi mereka juga mulai bergeser dari “goods-based consumption” (barang tahan lama) menjadi “experience-based consumption”(pengalaman). Experience-based consumption ini antara lain: liburan, menginap di hotel, makan dan nongkrong di kafe/resto, nonton film/konser musik, karaoke, nge-gym, wellness, dan lain-lain."

Pergeseran inilah yang bisa menjelaskan kenapa Roxi atau Glodog sepi. Karena konsumen kita mulai tak banyak membeli gadget atau elektronik (goods), mereka mulai memprioritaskan menabung untuk tujuan liburan (experience) di tengah atau akhir tahun. Hal ini juga yang menjelaskan kenapa mal yang berkonsep lifestyle dan kuliner (kafe/resto) seperti Gandaria City, Gran Indonesia, atau Kasablanka tetap ramai, sementara yang hanya menjual beragam produk (pakaian, sepatu, atau peralatan rumah tangga) semakin sepi.

The Shifting
Nah, rupanya pola konsumsi masyarakat Indonesia bergeser sangat cepat menuju ke arah “experience-based consumption”. Data terbaru BPS menunjukkan, pertumbuhan pengeluaran rumah tangga yang terkait dengan “konsumsi pengalaman” ini meningkat pesat. Pergeseran pola konsumsi dari “non-leisure” ke “leisure” ini mulai terlihat nyata sejak tahun 2015 (Faisal Basri, 2017, lihat bagan).

Untuk kuartal II-2017 misalnya, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,95% dari kuartal sebelumnya 4,94%.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini dinilai melambat lantaran konsumsi rumah tangga dari sisi makanan dan minuman, konsumsi pakaian, alas kaki, perumahan dan perlengkapan rumah tangga, (goods-based) hanya tumbuh tipis antara 0,03-0,17%.

Sementara konsumsi restoran dan hotel (experience-based) melonjak dari 5,43% menjadi 5,87%. “Jadi shifting-nya adalah mengurangi konsumsi yang tadinya non-leisure untuk konsumsi leisure,” ucap Ketua BPS, Suhariyanto.

Studi Nielsen (2015) menunjukkan bahwa milenial yang merupakan konsumen dominan di Indonesia saat ini (mencapai 46%) lebih royal menghabiskan duitnya untuk kebutuhan yang bersifat lifestyle dan experience seperti: makan di luar rumah, nonton bioskop, rekreasi, juga perawatan tubuh, muka, dan rambut.

Sementara itu di kalangan milenial muda dan Gen-Z kini mulai muncul gaya hidup minimalis (minimalist lifestyle) dimana mereka mulai mengurangi kepemilikian (owning) barang-barang dan menggantinya dengan kepemilikan bersama (sharing).

Dengan bijak mereka mulai menggunakan uangnya untuk konsumsi pengalaman seperti: jalan-jalan backpacker, nonton konser, atau nongkrong di coffee shop.

Berbagai fenomana pasar berikut ini semakin meyakinkan makin pentingnya sektor leisure sebagai mesin baru ekonomi Indonesia.

Bandara di seluruh tanah air ramai luar biasa melebihi terminal bis.

Hotel budget di Bali, Yogya, atau Bandung full booked tak hanya di hari Sabtu-minggu, tapi juga hari biasa.

Tiket kereta api selalu sold-out. Jalan tol antar kota macet luar biasa di “hari kejepit nasional”. Destinasi-destinasi wisata baru bermunculan (contoh di Banyuwangi, Bantul atau Gunung Kidul) dan makin ramai dikunjungi wisatawan.

Sektor pariwisata kini ditetapkan oleh pemerintah sebagai “core economy” Indonesia karena kontribusinya yang sangat siknifikan bagi perekonomian nasional.

Saat ini sektor pariwisata merupakan penyumbang devisa kedua terbesar setelah kelapa sawit dan diproyeksikan 2-3 tahun lagi akan menjadi penyumbang devisa nomor satu.

Ini merupakan yang pertama dalam sejarah perekonomian Indonesia dimana pariwisata menjadi tulang punggung ekonomi bangsa.

Tak hanya itu, kafe dan resto berkonsep experiential menjamur baik di first cities maupun second cities. Kedai kopi “third wave” kini sedang happening.

Warung modern ala “Kids Jaman Now” seperti Warunk Upnormal agresif membuka cabang.

Pusat kecantikan dan wellness menjamur bak jamur di musim hujan.

Konser musik, bioskop, karaoke, hingga pijat refleksi tak pernah sepi dari pengunjung. Semuanya menjadi pertanda pentingnya leisure sebagai lokomotif perekonomian Indonesia.

Baca juga: “Core Economy-nya Jokowi”

The drivers
Kenapa leisure-based consumption menjadi demikian penting bagi konsumen dan mereka mau menyisihkan sebagian besar pendapatan untuk liburan atau nongkrong di kafe/mal? Setidaknya ada beberapa drivers yang membentuk leisure economy.

#1. Consumption as a Lifestyle. Konsumsi kini tak hanya melulu memenuhi kebutuhan dasar sandang, pangan, papan. Konsumen kita ke Starbucks atau Warunk Upnormal bukan sekedar untuk ngopi atau makan, tapi juga dalam rangka mengekspresikan gaya hidup. Ekspresi diri sebagai bagian inhenren dari konsumsi ini terutama didorong maraknya media sosial terutama Instagram.

#2. From Goods to Experience.
Kaum middle class milennials kita mulai menggeser prioritas pengeluarannya dari “konsumsi barang” ke “konsumsi pengalaman”. Kini mulai menjadi tradisi, rumah-rumah tangga mulai berhemat dan menabung untuk keperluan berlibur di tengah/akhir tahun maupun di “hari-hari libur kejepit”. Mereka juga mulai banyak menghabiskan waktunya untuk bersosialisasi di mal atau nongkrong di kafe sebagai bagian dari gaya hidup urban.

#3. More Stress, More Travelling.
Dari sisi demand, beban kantor yang semakin berat dan lingkungan kerja yang sangat kompetitif menjadikan tingkat stress kaum pekerja (white collar) kita semakin tinggi. Hal inilah yang mendorong kebutuhan leisure (berlibur, jalan-jalan di mal, atau dine-out seluruh anggota keluarga) semakin tinggi.

#4. Low Cost Tourism.
Dari sisi supply, murahnya tarif penerbangan (low cost carrier, LCC) yang diikuti murahnya tarif hotel (budget hotel) menciptakan apa yang disebut: “low cost tourism”. Murahnya biaya berlibur menjadikan permintaan melonjak tajam dan industri pariwisata tumbuh sangat pesat beberapa tahun terakhir.

#5. Traveloka Effect.
Momentum leisure economy semakin menemukan momentumnya ketika murahnya transportasi-akomodasi kemudian diikuti dengan kemudahan dalam mendapatkan informasi penerbangan/hotel yang terbaik/termurah melalui aplikasi seperti Traveloka. Kemudahan ini telah memicu minat luar biasa dari seluruh lapisan masyarakat untuk berlibur. Ini yang saya sebut Traveloka Effect.

“Welcome to the leisure economy.”

DUNIA SEDANG SHIFTING

*Hidup Lebih Baik yang Belum Tentu Disambut Baik (Begitulah Shifting Terjadi)...*

-oleh Prof. Rhenald Kasali

Mungkin inilah zaman pertemuan dua generasi yang paling membingungkan sepanjang sejarah. Ini bukan soal generasi kertas vs generasi  digital semata. Melainkan soal di mana dunia kita berada, sehingga ekonomi menjadi berubah arah dan banyak yang bangkrut. Ini juga bukan soal kebijakan ekonomi, ini soal teknologi yang mengubah platform hidup, ekonomi dan kehidupan.

Saya menyebutnya shifting, tetapi sebagian besar ekonom “tua” menyebutnya resesi, pelemahan daya beli dan seterusnya. Saya menyebut apa yang dilakukan generasi Nadiem Makarim sebagai inovasi, bahkan disruption. Tetapi manajer-manajer “tua”, bilang mereka “bakar uang.”  Mereka bilang retail online kecil, tapi anak-anak kita bilang “besar”..

Saya bilang mereka punya “business model,” tetapi regulatornya bilang itu sebagai industri predator. Maka regulasinya pun berpihak ke masa lalu.

Hari semakin petang saat satu persatu usaha konvensional berguguran, tetapi saya belum melihat yang tua ikhlas menerima proses shifting ini. Mengakui belum, blame jalan terus, tetapi usaha-usaha lama bakal berguguran terus.

Dari Armada laut ke retail dan bank

Tiga tahun lalu kita membaca tentang keributan dalam industri jasa angkutan penumpang taksi. Di sini mulai ramai pertempuran antara ojek pangkalan vs. Gojek. Lalu antara pengemudi angkot dengan Gojek. Disusul demo sopir taksi melawan taksi online.

Tahun lalu, korbannya adalah angkutan laut dan hotel. Produsen kapal asal Korea (Hanjin) meminta perlindungan bangkrut. Lalu disusul oleh Maersk dan Hyundai. Setelah itu Rickmers Group (Jerman), Sinopacific Dayang, Wenzhou Shipping dan Zhejiang (China). Jumlah kapal yang dibutuhkan oleh perdagangan dunia sudah berubah menyusul penggunaan telekomunikasi dan aplikasi baru yang serba tracking dan perubahan pola peletakan industri global.

Setelah itu tahun ini kita melihat empat industri: Mainan anak-anak, retail, perbankan dan industri-industri tertentu. Level of competition meningkat, dan pendatang-pendatang tertentu masuk dengan platform baru. Industri mainan anak-anak Indonesia mengeluh penjualannya drop 30%, karena masih mengandalkan mainan berbahan plastik. Jangankan mainan anak-anak seperti itu, boneka Barbie saja pun kena imbas. Bahkan Toy ‘R’ Us di Amerika mengajukan pailit.

Sementara industri mainan anak-anak konvensional kesulitan, industri pembuatan game online di Indonesia berkembang pesat. Diduga omsetnya mencapai USD 10 juta.

Kita juga membaca satu per satu retail di Indonesia menutup outletnya. Terakhir Debenhams dan Lotus. Tapi nanti dulu, itu bukan cuma terjadi di sini. Di USA, tahun ini saja sudah 1430 toko milik Radio Shack yang DITUTUP, lalu 808 outlet milik toko sepatu Payless, 238 outlet Kmart, 160 toko Crocs (sepatu), 138 outlet JC Penny, 98 Sears, 68 Macy’s, 70 outlet CVS, 154 toko untuk Walmart, 128 outlet Michael Kors dan seterusnya.

Dari Jepang pagi ini saya mendengar Mizuho bank akan mengurangi 19.000 dari 50.000 karyawannya setelah keuntungannya banyak dimakan FINTECH.  Ini sejalan dengan bank-bank nasional yang mulai melakukan hal serupa, minimal tak lagi membuka cabang baru.

Jadi kalau kita melihat baru beberapa toko besar yang ditutup di sini, dan mulai sepinya belanja di Glodok dan toko grosir Tanah Abang, maka sesungguhnya itu belum seberapa. Ini baru tahap awal. Nanti, saya bisa ceritakan bahwa, brand pun berubah bagi millennials: Branded (luxuries) akan menjadi public brand.

Bencana atau peluang

Shifting tentu berbeda dengan krisis atau resesi yang lebih banyak dipandang sebagai bencana yang amat memilukan. Shifting dapat diibaratkan Anda tengah bermain balon eo’. Masih ingatkah balon yang terdiri dari dua buah dan berhubungan. Kalau yang satu ditekan, maka anginnya akan pindah ke balon yang besar dan berbunyi eo’, eo’ …

Ya seperti itulah. Angin berpindah, lalu ada yang terkejut karena terjepit dan ruangnya hampa. Manusia-manusianya akan bertingkah polah mirip cerita Who Moved My Cheese. Manusianya bolak-balik kembali ke tempat yang sama dan berteriak-teriak marah: Kembalikan keju saya! Kembalikan! Duh, siapa yang mencurinya? Siapa yang memindahkannya?

Padahal, menurut Ken Blanchard & Johnson yang menulis perumpamaan itu, keju adalah symbol dari apa saja yang membawa kebahagiaan. Ia bisa berupa kue, pekerjaan, kekasih, kekayaan, perusahaan, atau bahkan keterampilan. Dan semuanya tak abadi, bisa pindah atau dipindahkan “ke tempat” lain.

Dan di dalam cerita itu disebutkan ada dua ekor tikus yang selalu bekerja dan mencari “keju” itu ke tempat lain. Anda yang mempunyai “Shio” tikus barangkali punya perilaku yang sama: Tak bisa diam di tempat. Nah, keduanyalah yang menemukannya. Ternyata di tempat lain itu ada keju-keju lain yang sama nikmatnya dan jauh lebih besar.

Mereka menuding resesi atau daya beli itu ibarat “manusia” tadi. Tidak bisa melihat keju yang telah berpindah ke tempat lain. Ia hanya mengais rejeki di tempat yang sama. Resesi atau lemahnya daya beli, kalau balon, maka itu diibaratkan satu balon yang mengempis atau kalau krisis, balonnya pecah.

Dan harap diketahui kita baru saja berada di depan pintu gerbang Disruptions. Saya harap Anda sudah membaca bukunya. Dalam proses disruption itu, teknologi tengah mematikan jarak dan membuat semua perantara (middlemen) kehilangan peran. Akibatnya margin 20-40% yang selama ini dinikmati para penyalur (grosir – retailer) diserahkan kepada digital marketplace (± 5%), seperti Tokopedia, Bukalapak, OLX, dan konsumen. Konsumen pun menikmati harga-harga yang JAUH LEBIH TERJANGKAU. SEKARANG JAMANNYA SEMUA TERJANGKAU.

Ditambah lagi, kini generasi millennials telah menjadi pemain penting dalam konsumsi. Dan tahukah Anda, setidaknya satu dari beberapa anak Anda telah menjadi wirausaha baru. Mereka beriklan di dunia maya seperti di FB dan IG, dan mendapatkan pelanggan di sana, berjualan di sana, dan perbuatannya tidak terpantau regulator bahkan orang tua mereka sekalipun.

Di era ini, para pengusaha lama perlu mendisrupsi diri, membongkar struktur biaya, bukan bersekutu dengan regulator, mengundang kaum muda untuk membantu meremajakan diri, agar siap bertarung dengan cara-cara baru. Biarkan saja kaum tua meratapi hari ini dengan mengatakan daya beli, krisis, atau resesi.

Dunia ini sedang shifting. Orang tua-orang tua muda sedang memangku cyber babies, kaum remaja terlibat cyber romance. Mereka belajar di dunia cyber, dan menjadi pekerja mandiri. Dan masih banyak hal yang akan berpindah, bukan musnah. Ia menciptakan jutaan kesempatan baru yang begitu sulit ditangkap orang-orang lama, atau orang-orang malas yang sudah tinggal di bawah selimut rasa nyaman masa lalu.

Ayo nikmati shifting ini.

Jumat, 27 Oktober 2017

RESTAURANT TANPA WAITER

*“Kafe Tak Berawak” Milik Jack Ma Mulai Dioperasikan, Tidak Ada Kasir Maupun Pelayan*
By Erabaru -21/10/2017

Semua orang tak menyangka kafe tak berawak milik Jack Ma terealisasi begitu cepat ! Juga tidak ada yang menyangka kafe tak berawaknya akan sangat populer.

Ini akan menjadi badai yang berdampak pada industri makanan di negeri Tirai Bambu.

Mudah-mudahan Anda tidak tereliminasi…

Gerai kafe tak berawak Jack Ma mulai dioperasikan di Hangzhou !

Dengan memindai kode QR pada aplikasi Taobao di pintu masuk toko, setiap konsumen akan dimonitor lewat sejumlah kamera di gerai.

Jack Ma sendiri yang mempraktekkan secara langsung gerainya! Setelah supermarket tanpa awak, kini hadir kafe tak berawak.

Tidak ada pelayan, tidak ada kasir, konsumen tidak perlu melakukan pembayaran di kasir.

Sebab, pembayaran sudah terjadi secara otomatis melalui ponsel ketika konsumen keluar melalui pintu check-out.

1. Pengunjung yang ingin masuk hanya perlu memindai QR Code pada aplikasi Taobao.

Selanjutnya, sistem akan mengingat identitas pelanggan. Pengunjung bebas belanja apa saja dan makan di food court yang tersedia.

2. Saat memilih makanan di food court dan hendak membayar, pengunjung akan dihadapkan dengan layar yang dilengkapi speech-recognition. Layar ini yang akan bertanya “apakah ini adalah makanan yang dipilih, Anda yakin ingin bayar?”

Begitu suara otomatis yang terdengar. Jika jawaban pengunjung adalah “iya”, maka harga makanan pun akan dipotong dari saldo Alipay.

3.Di atas layar, Anda dapat melihat harga menu makanan dan informasi terkait.

Selain itu juga dilengkapi dengan operasional secara bersamaan, jadi bisa bebas memilih dengan leluasa tanpa harus berebut menu makanan dengan teman-teman!

Perlu dicatat bahwa layar cerdas ini juga dapat mengingat catatan makanan historis Anda, yang akan merekomemendasikan sesuai dengan selera Anda.

Sambil menunggu, Anda juga bisa bermain game atau berselancar di dunia maya …

4. Pembayaran dilakukan di akhir kunjungan. Tak ada transaksi dengan uang fisik, melainkan lewat layanan pembayaran digital Alipay, dimana sistem akan mengurangi saldo akun Taobao pelanggan, seluruh proses ini dilakukan secara sistem tanpa pelayan dan kasir!

Tentu saja, jika Anda membutuhkan layanan manual, pelayan tetap akan siap siaga.

Smartcafe sebenarnya bukan masa depan lagi ! Pengalaman yang diberikan kepada pelanggan adalah kenyamanan, tidak ribet mengeluarkan uang fisik.

Menakjubkan! Benar-benar tak percaya kafe tanpa awak ternyata sudah hadir !Hal ini jauh lebih cepat dari yang dibayangkan!

Karena tidak adanya biaya operasional untuk pelayan, kasir, dan sebagainya, biaya pengeluaran kafe tanpa awak ini hanya sekitar seperempat dari restoran tradisional.

Inovasi dari Alibaba Group ini lagi-lagi bisa dibilang sebagai “penghancur” industri makanan tradisional lain!
Bersamaan dengan itu, konon katanya, dalam beberapa tahun ke depan, Jack Ma akan membuka 100.000 gerai kafe tanpa awak di seantero negeri Tiongkok! (jhn/yant)

http://www.erabaru.net/2017/10/21/kafe-tak-berawak-milik-jack-ma-mulai-dioperasikan-tidak-ada-kasir-maupun-pelayan/

Selasa, 24 Oktober 2017

FENGSHUI TERKALAHKAN OLEH KEBAIKAN HATI

*Master Fengshui*

Zhao Zi Hao seorg pengusaha sukses di China... suatu ketika menghabiskan banyak uang membeli sebidang tanah di pinggiran kota n membangun sebuah villa bertingkat tiga.
Di dlmnya ada kolam renang yg mengesankan, dan sebatang pohon Lychee berusia seratus thn di halaman belakang. Sebenarnya... dia membeli properti itu hanya karena pohon ini.
Istrinya suka sekali makan buah lychee.

Selama renovasi, teman-2nya mendesaknya utk meminta pendapat master fengshui.
Zhao Zi Hao tidak pernah percaya pada Fengshui namun cukup mengejutkan ketika dia setuju menghubungi seorg master feng shui dari Hong Kong.
Grand Master itu adalah Master Chi yg telah berpengalaman selama tiga puluh thn dan sangat terkenal dlm dunia Fengshui. lalu Zhao Zi Hao mengantar sang Guru ke villanya di daerah pinggiran kota.

Sepanjang jalan.. ketika mobil di belakang mereka mencoba menyalip, Zhao Zi Hao memberi jalan.
Master Chi dgn tertawa berkomentar: "Big Boss Zhao, Anda benar-2 mengemudi dgn aman." 
Zhao Zhi Hao tertawa: "Biasanya org yg menyalip memiliki beberapa masalah mendesak utk diurus, jadi kita seharusnya tidak menahannya."

Sesampainya di sebuah kota kecil, jalan semakin sempit sehingga Zhao Zi Hao memperlambat jln mobil..
Seorg anak sambil tertawa tiba2 melesat keluar dari sebuah gang dan saat anak itu berlari melintasi jalan, Zhao menghentikan laju mobilnya.
Lalu dia terus menunggu sambil menatap ke gang.. seolah sedang menunggu sesuatu. …..Dan betul saja... tiba-tiba seorg anak lain melesat keluar, mengejar anak tadi yg di depannya.
Master Chi terkejut dan bertanya: "Bagaimana Anda tahu akan ada anak lain yg mengikuti?"
Zhao Zi Hao mengangkat bahu: "Sebenarnya, anak-2 selalu mengejar satu sama lain dan tidak mungkin seorg anak berada dlm kegembiraan seperti itu tanpa teman bermain."
Master Chi memberinya jempol besar dan tertawa terbahak2: "Anda sangat perhatian sekali! "

Sesampainya di Villa, mereka turun dari mobil. Tiba-2 sekitar 7 - 8 burung2 berterbangan dari halaman belakang. Melihat hal itu, Zhao berkata kepada Master Chi: "Jika Anda tidak keberatan, tolong tunggu sebentar."
"Ada apa?" Master Chi tercengang.
"Oh, tidak apa2 hanya mungkin ada beberapa anak yg sedang mencuri lychee di halaman belakang. Jika kita masuk sekarang mungkin akan membuat mereka ketakutan, jangan mengambil risiko sehingga menyebabkan ada anak yg mungkin akan jatuh dari Pohon Lychee." Zhao menjawab dgn humor.

Master Chi terdiam beberapa saat sebelum berkata : "sejujurnya.. Rumah ini tdk memerlukan evaluasi fengshui lagi."
Sekarang giliran Zhao yg terkejut: "Kenapa begitu?"
"Setiap tempat yg Anda miliki, secara alami telah menjadi properti dgn fengshui yg paling baik dan menguntungkan.." 
*Kebaikan hati mengalahkan ilmu fengshui*

Bila pikiran dan kebaikan hati kita memprioritaskan kedamaian dan kebahagiaan org lain, yg beruntung bukan hanya org lain, tapi juga diri kita sendiri. Bila seseorang  memiliki kebaikan hati dan memperhatikan org lain setiap saat, maka org ini secara tidak sadar telah menjadi org suci.
Org suci sebenarnya adalah org yg selalu mendahulukan segala sesuatu utk manfaat org banyak sebelum menjadi tercerahkan.

Nah itu pendapat master Chi utk org yg memiliki kebaikan hati...🙏

AssalamualaikumWW, 
Selamat pagi
Salam sejahtera...
Ada kepuasan tersendiri jika kita selalu berbuat baik. ....🌹🌹

Senin, 23 Oktober 2017

EMOTIONAL ILLOGICAL THINKING OF HUMAN

Membongkar Irasionalitas Manusia dengan Ilmu Behavioral Economics

Oleh: Yodhia Antariksa

Manusia itu, saya dan Anda semua, pada dasarnya suka berpikir secara tidak rasional atau irasional. Begitu ujar Prof Dan Ariely – pakar behavioral economics – dalam bukunya yang terkenal berjudul Predictably Irrational.

Selama ini, kita selalu merasa selalu berpikir rasional dan obyektif. Sayangnya, perasaan ini hanya fantasi.

Kita sebagai manusia ternyata punya begitu banyak bias atau thinking error yang acap tak kita sadari, dan membuat keputusan kita dalam banyak hal menjadi kacau.

Apa saja thinking error itu? Mari kita ulik di pagi yang cerah ini.

Pagi ini, saya terinspirasi menulis artikel tentang ilmu Behavioral Economics karena minggu lalu salah satu pakarnya, Prof Richard Thaler dinobatkan sebagai pemenang nobel ekonomi 2017.

Prof Richard Thaler yang juga dosen di Fakultas Ekonomi University of Chicago, adalah sosok yang dianggap sebagai the Father of Behavioral Economics.

Ilmu behavioral economics sendiri adalah salah satu cabang baru dalam ilmu ekonomi. Premis dasar ilmu behavioral economics adalah : manusia itu tidak rasional, dan suka memasukkan elemen emosi dalam economic decision making.

Pandangan itu tentu saja antitesa dari ilmu ekonomi konvensional yang selama ini punya asumsi : manusia selalu rasional dalam mengambil keputusan ekonomi.

Itulah kenapa banyak ekonom konvensional yang agak jengah dengan ilmu behavioral economics : sebab pendekatan ini membuat asumsi ekonomi klasik menjadi roboh dan terpelanting.

Ilmu behavioral economics sendiri dibangun melalui kombinasi antara ilmu ekonomi dan psikologi. Itulah kenapa dewa-dewa dalam ilmu behavioral economics kebanyakan adalah para ahli psikologi seperti Prof Daniel Kahneman (yang juga menang nobel ekonomi tahun 2002), dan Prof Richard Thaler sendiri.

Melalui riset yang dilakukan para ahli behavioral economics, ditemukan beragam “bias” atau “systematic thinking eror” yang acap menyelinap dibalik sanubari kita.

Diam-diam beragam bias itu ini membuat decision making kita menjadi tidak lagi obyektif dan rasional. Bias itu membuat kita – saya dan kamu – berulang kali melakukan error yang bersifat sistematis, dan acap membuat hidup kita nyungsep dalam kegelapan nasib.

Ada banya jenis error thinking yang dilacak dalam riset-riset behavioral economics. Saya akan coba mengulas 5 diantaranya. Mari kita lacak sambil ditemani secangkir teh hangat.

Error Thinking # 1 : LOSS AVERSION
Puluhan studi dalam ilmu behavioral economics membuktikan ternyata kita manusia itu cenderung terlalu takut dengan potensi kerugian, dibanding potensi keuntungan yang akan diraih.

Fenomena itu disebut sebagai loss aversion – atau terlalu khawatir dengan potensi kerugian.

Manusia dimanapun di dunia ini ternyata memang cenderung takut untuk mengambil risiko. Kita semua lebih gentar menghadapi potensi kerugian; daripada bersemangat menjemput peluang keuntungan.

Dalam sebuah studi bahkan terungkap : rasa sakit kita akan kehilangan ternyata lebih membekas didalam hati daripada rasa senang akibat mendapatkan keuntungan.

Dengan kata lain : pengalaman rugi 10 juta ternyata jauh lebih lama membekas dalam hati, dibanding perasaan senang akibat dapat untung 10 juta.

LOSS AVERSION mungkin yang bisa menjelaskan kenapa mayoritas orang agak ragu untuk memulai usaha baru secara mandiri.

Bahkan sebelum memulai menjalankan usaha, kebanyakan orang sudah takut duluan. Takut jangan-jangan nanti malah rugi. Jangan-jangan usaha saya gagal.

Loss aversion yang juga mungkin bisa menjelaskan kenapa kebanyakan orang agak pesimis dengan peluang keberhasilan yang akan mereka miliki.

Error thinking semacam ini yang bisa membuat hidup kita kelak jadi termehek-mehek.

Error Thinking # 2 : ENDOWMENT EFFECT
Efek ini intinya bermakna : Anda terlalu menghargai berlebihan barang yang Anda sudah beli atau yang sudah Anda miliki.

Begitu Anda membeli atau memiliki sesuatu, mendadak muncul rasa cinta pada barang itu, dan akibatnya Anda memberikan value yang lebih tinggi dibanding harga pasaran atau nilai sebenarnya.

Misal : Anda memiliki mobil Honda Jazz baru. Setelah beberapa lama, Anda ingin menjualnya kembali. Anda kemungkinan besar akan memberikan harga penawaran yang jauh lebih tinggi dibanding harga pasaran. Anda yang memiliki mobil tersebut cenderung memberikan penilaian harga yang lebih tinggi dibanding harga pasaran yang sebenarnya.

Contoh lain endowment effect : Anda membeli saham Telkom misalnya. Setelah beberapa bulan ternyata harganya jeblok. Namun karena pengaruh endowment effect, Anda tidak segera cut loss. Anda terus saja memberikan penilaian berlebihan dan membenarkan pembelian Anda, meski makin lama harga makin jatuh.

Contoh lain lagi : Anda terlibat dalam sebuah projek. Setelah beberapa lama projek ini sebenarnya merugi, namun Anda tetap saja menginvestasikan tenaga, pikiran dan dana yang tersisa untuk meneruskan projek yang merugi ini.

Kenapa Anda tak segera cut? Karena ada efek endowment : Anda merasa “sayang” kalau projek yang sebenarnya merugi ini Anda putus ditengah jalan.

Endowment effect inilah yang juga membuat Nokia dan Kodak dulu mati ditelan sejarah.

Mereka terjebak endownent effect : terlalu mencintai produknya sendiri secara berlebihan. Terlalu bangga dan memberikan penilaian berlebihan terhadap produknya sendiri, sehingga abai dengan perubahan mendadak disekelilingnya. Can't Handle the Truth.

Too much love will kill you. Ternyata ungkapan romantis ini benar adanya, yang dibuktikan melalui studi-studi dalam ilmu behavioral economics.

Error Thinking #3 : CONFIRMATION BIAS
Error ini intinya Anda terjebak pada pilihan favorit yang Anda miliki; sehingga mengabaikan alternatif pilihan. Anda hanya mau membaca informasi yang meng-konfirmasikan kebenaran pilihan favorit Anda. TIDAK OBJECTIVE! TIDAK TERBUKA!

Contoh : Anda sudah suka smartphone merk tertentu. Maka saat browsing mencari informasi tentang smartphone baru, Anda menseleksi informasi yang Anda mau baca. Anda cenderung lebih fokus untuk mencari informasi yang membenarkan kekuatan smartphone favorit Anda; dan mengabaikan informasi yang mengkritisi kekuatan smartphone tersebut.

Confirmation bias ini amat masif terjadi saat Pilpres atau Pilgub. Saat Anda sudah punya pilihan favorit, maka Anda hanya akan mau membaca informasi yang membenarkan pilihan Anda; dan enggan membaca atau mendadak emosi saat membaca informasi yang tidak sesuai pilihan Anda.

Semua kubu terjebak confirmation bias. Maka pilihan yang rasional dan obyektif menjadi sulit dilakukan saat semua orang terjebak error thinking semacam ini.

Error Thinking # 4 : HERD BEHAVIOR
Studi-studi dalam ilmu behavioral economics menemukan fakta kelam ini : manusia, saya dan kamu semua, ternyata suka bertindak seperti kerumunan bebek. Belok kiri satu, belok semua. Ada yang ke kanan, ke kanan semua.

Kita semua itu memang suka latah. Punya perilaku seperti kerumunan yang mudah latah dengan perilaku orang-orang disekitar kita.

Herd behavaior ini yang memunculkan mania, tren sesaat atau kehebohan akan sesuatu. Keramaian makin mengundang keramaian.

Warung makan pinggir jalan yang ramai, pasti akan makin ramai. Penjual obat jalanan yang ramai didengar orang, pasti akan makin banyak pengunjungnya.

Buku yang diberi label best seller, pasti akan makin meningkat penjualannya. Toko roti yang antriannya panjang, pasti akan makin heboh pembelinya. Investasi yang lagi hot, pasti akan makin banyak yang tertarik ikut.

Itu semua adalah fenomena herd behavior. Sebab kamu dan saya memang suka latah dan penasaran dengan apa yang disukai banyak orang.

Error Thinking # 5 : SURVIVOR BIAS
Bias ini terjadi saat kita mengambil kesimpulan berdasar data yang tidak valid. Kenapa tidak valid, karena yang sering kita baca hanya yang survive atau sukses bertahan. Yang gagal jarang diberitakan.

Contoh : Steve Jobs, Bill Gates dan Mark Zuckerberg semua adalah mahasiswa drop out atau DO. Tapi sukses. Kemudian ada yang bilang, nggak usah takut DO, sebab Anda bisa sukses juga seperti mereka.

Pernyataan seperti itu adalah contoh pikiran yang terjebak survivor bias. Pernyataan ini menganggap kasus Bill Gates dkk yang DO tapi sukses adalah “kebenaran umum”.

Faktanya : orang DO yang sukses seperti mereka mungkin hanya 1%. Mayoritas lainnya ya tetap jadi pengangguran atau jadi orang miskin.

Survivor bias adalah cermin kebodohan dalam memahami ilmu statistik. Kasus tertentu yang mungkin hanya terjadi pada 1 – 2% orang, dianggap mewakili SELURUH populasi.

Kesalahan generalisasi seperti itu sering terjadi. Hanya karena baca satu atau dua kasus di media atau di grup WA, mendadak menganggap semuanya akan seperti yang ada dalam kasus tersebut. Ini namanya kegoblokan statistik.

DEMIKIANLAH, lima jenis bias atau error thiking yang berhasil diungkap dalam beragam riset ilmu Behavioral Economics. Lima error thinking ini adalah :

1. Loss aversion : gue takut rugi ah
2. Endowment effect : too much love will kill you
3. Confirmation bias : pilihan gue yang paling hebat
4. Herd behavior : kita semua suka latah
5. Survivor bias : kepalsuan statistik

Harap dikenang selalu 5 bias diatas. Sebab kita semua mungkin akan selalu terjebak didalamnya.

Selasa, 17 Oktober 2017

DISRUPTION pada PEKERJAAN MASA DEPAN

http://amp.kompas.com/ekonomi/read/2017/10/18/060000426/inilah-pekerjaan-yang-akan-hilang-akibat-disruption-

*Inilah Pekerjaan Yang akan Hilang Akibat "Disruption"*

Rabu, 18 Oktober 2017 | 06:00 WIB

Mungkin Anda sempat menerima video tentang Google Pixel Buds. Wireless headphone seharga 159 dollar AS yang akan beredar bulan depan ini, dipercaya berpotensi menghapuskan pekerjaan para penerjemah.

Headphone ini mempunyai akses pada Google Assistant yang bisa memberikan terjemahan real time hingga 40 bahasa atas ucapan orang asing yang berada di depan Anda.

Teknologi seperti ini mengingatkan saya pada laporan PBB yang dikeluarkan oleh salah satu komisi yang dibentuk PBB – On Financing Global Opportunity – The Learning Generation (Oktober 2016).

Dikatakan, dengan pencepatan teknologi seperti saat ini, hingga tahun 2030, sekitar 2 miliar pegawai di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaan. Tak mengherankan bila mulai banyak anak-anak yang bertanya polos pada orang tua, “mama, bila aku besar, nanti aku bekerja di mana?”

*Otot Diganti Robot*

Perlahan-lahan teknologi menggantikan tenaga manusia. Tak apa kalau itu membuat kita menjadi lebih manusiawi. Semisal kuli angkut pelabuhan yang kini diganti crane dan forklift.

Tak hanya di pelabuhan, di supermarket pun anak-anak muda beralih dari tukang panggul menjadi penjaga di control room. Itu sebabnya negara perlu MELATIH ULANG SDMnya secara besar-besaran dan menyediakan pekerjaan alternatif seperti pertanian atau jasa-jasa lain yang masih sangat dibutuhkan.

Tetapi teknologi tak hanya mengganti otot. Manusia juga menggunakan teknologi untuk menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya.

Di sini kita sudah melihat robot dipakai untuk memasuki rumah yang dikuasai teroris dan memadamkan api.

Sekarang kita mendengar tenaga-tenaga kerja yang bertugas di pintu tol akan diganti dengan mesin. Pekerjaan di pintu-pintu tol semakin hari memang semakin berbahaya, baik bagi kesehatan (asap karbon kendaraan), keamanan maupun kenyamanan (tak dilengkapi toilet).

Sehingga, memindahkan mereka ke control room atau pekerjaan lain tentu lebih manusiawi.

Tetapi, teknologi juga menggantikan jarak sehingga pusat-pusat belanja yang ramai dan macet tiba-tiba sepi karena konsumen memilih belanja dari genggaman tangannya dan barangnya datang sendiri.

Maka sejak itu kita menyaksikan pekerjaan-pekerjaan yang eksis 20 tahun lalu pun perlahan-lahan akan pudar. Setelah petugas pengantar pos, diramalkan penerjemah dan pustakawan akan menyusul.

Bahkan diramalkan profesi dosen pun akan hilang karena kampus akan berubah menjadi semacam EO yang mengorganisir kuliah dari ilmuwan-ilmuwan kelas dunia. Kasir di supermarket, sopir taksi, loper koran, agen-agen asuransi, dan sejumlah besar akuntan juga diramalkan akan berkurang.

Kita tentu perlu memikir ulang pekerjaan-pekerjaan yang kita tekuni hari ini.

*Pekerjaan-pekerjaan Baru*

Sebulan yang lalu, di Cambridge – UK, saya menerima kunjungan dari mentee-mentee saya yang sedang melanjutkan study S2. Salah satunya, Icha yang sedang duduk di program S2 bidang perfilman.

Saya pun menggali apa saja yang ia pelajari dan  rencana-rencana ke depan yang bisa dijembatani yayasan yang saya pimpin.

Icha bercerita tentang ilmu yang didapatnya.

Kami disiapkan untuk hidup MANDIRI,” ujarnya.

“Masa depan industri perfilman bukan lagi seperti yang kita kenal. Semua orang kini bisa membuat film tanpa produser dan middleman seperti yang kita kenal. Kami diajarkan menjadi produser indies, tanpa aktor terkenal dengan kamera sederhana, dan pasarkan sendiri via Netflix.

Ucapan Icha sejalan dengan Adam, putera saya yang sedang mengambil studi fotografi di School of Visual Arts, New York. Ia tentu tidak sedang mempersiapkan diri menjadi juru potret seperti yang kita kenal selama ini, melainkan mempersiapkan keahlian baru di era digital yang serba kamera.

Adam bercerita tentang arahan dosennya yang mirip dengan Icha di UK. “Sepuluh tahun pertama, jangan berpikir mendapatkan gaji seperti para pegawai. Hidup mandiri, membangun keahlian dan persiapkan diri untuk 20 tahun ke depan. Tak mau susah, tak ada masa depan,” ucapnya menirukan advis para dosen yang rata-rata karyanya banyak bisa kita lihat di berbagai galeri internasional.

Adam dilatih hidup mandiri, berjuang sedari dini dari satu galeri ke galeri besar lainnya. Dari satu karya ke karya besar lainnya.

Memang, pekerjaan-pekerjaan lama akan banyak memudar walau tidak hilang sama sekali. Seperti yang saya ceritakan dalam buku baru saya, Disruption, pada pergantian abad 19 ke abad 20, saat mobil menggantikan kereta-kereta kuda. Ribuan peternak dan pekerja yang menunggu pesanan di bengkel-bengkel kereta kuda pun menganggur. Namun pekerjaan-pekerjaan baru seperti montir, pegawai konstruksi jalanan, pengatur lalu lintas, petugas asuransi, dan sebagainya pun tumbuh.

Kereta-kereta kuda tentu masih bisa kita lihat hingga hari ini, mulai dari jalan Malioboro di Yogyakarta sampai di kota New York, Paris, atau London melayani turis. Tetap ada, namun tak sebanyak pada eranya.

Namun pada saat ini kitapun menyaksikan munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang tak pernah kita kenal 10-20 tahun lalu:
Barista,
blogger,
web developer,
apps creator/developer,
smart chief listener,
smart ketle manager,
big data analyst,
cyber troops,
cyber psichologyst,
cyber patrol,
forensic cyber crime specialist,
smart animator,
game developer,
smart control room operator,
medical sonographer,
prosthodontist,
crowd funding specialist,
social entrepreneur,
fashionista and ambassador,
BIM Developer,
Cloud computing services,
cloud service specialist,
Dog Whisperer,
Drone operator dan sebagainya.

Kita membaca postingan dari para bankir yang mulai beredar, sehubungan dengan tawaran-tawaran untuk pensiun dini bagi sebagian besar karyawannya mulai dari teller, sampai officer kredit.

Kelak, bila Blockchain Revolusion seperti yang ditulis ayah-anak Don-Alex Tapscott menjadi kenyataan, maka bukan hanya mesin ATM yang menjadi besi tua, melainkan juga mesin-mesin EDC. Ini tentu akan merambah panjang daftar pekerjaan-pekerjaan lama yang akan hilang.

*Jangan Tangisi Masa Lalu*

Di beberapa situs kita pasti membaca kelompok yang menangisi hilangnya ribuan atau bahkan jutaan pekerjaan-pekerjaan lama. Ada juga yang menyalahkan pemimpinnya sebagai masalah ekonomi. Tentu juga muncul kelompok-kelompok penekan yang seakan-akan sanggup menjadi “juru selamat” PHK.

Namun perlu disadari gerakan-gerakan itu akan berujung pada kesia-siaan. Kita misalnya menyaksikan sikap yang dibentuk oleh tekanan-tekanan publik seperti itu dari para gubernur yang sangat anti bisnis-bisnis online.

Mungkin mereka lupa, dunia online telah menjadi penyedia kesempatan kerja baru yang begitu luas. Larangan ojek online misalnya, bisa mematikan industri kuliner dan olahan rumah tangga yang menggunakan armada go-food dan go-send.

Berapa banyak tukang martabak yang kini tumbuh seperti jamur di musim hujan, rumah makan ayam penyet dan pembuat sabun herbal yang juga diantar melalui gojek.

Sama halnya dengan menghambat pembayaran noncash di pintu-pintu tol, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk memberikan pelayanan-pelayanan baru yang lebih manusiawi dan lebih aman.

Satu hal yang pasti, kita harus mulai melatih anak-anak kita menjadi pekerja mandiri menjelajahi profesi-profesi baru. Ketika mesin dibuat menjadi lebih pandai dari manusia, maka pintar saja tidak cukup.

Anak-anak kita perlu dilatih hidup mandiri dengan mental self-driving, self-power, kreatifitas dan inovasi, serta perilaku baik dalam melayani dan menjaga tutur katanya di dunia maya (yang sekalipun memberi ruang kebebasan dan kepalsuan).

Editor: Bambang Priyo Jatmiko

Senin, 16 Oktober 2017

OPINI soal Anies - Sandi : "Tidak Ada Sikap Politik yang Tegas" by Erizeli Jely Bandaro

Anies-Sandi.
( Politik ).

Anies Baswedan
Adalah salah satu alumni dari program AFS yaitu pertukaran pelajar antar bangsa dan tinggal selama setahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat. Setamat dari UGM, dia mendapat beasiswa Fulbright dari AMINEF untuk melanjutkan kuliah masternya dalam bidang keamanan internasional dan kebijakan ekonomi di University of Maryland, College Park (USA). Kemudian mendapat beasiswa Gerald S. Maryanov Fellow untuk meraih gelar doktoralnya. Artinya sejak SMA dia memang sudah qualified dalam program binaan antar bangsa AS dan menempatkan dia sebagai orang istimewa bagi Elite Politik AS. Itu sebabanya bukan rahasia umum bila elite politik AS memasukan Anies dalam 100 tokoh berpengaruh untuk memimpin Indonesia di masa depan. Anies awalnya pendukung Jokowi dan sempat jadi Menteri di kabinet Jokowi. Setelah berhenti sebagai menteri , kini dia berlawanan dengan partai pendukung Jokowi. Dia merapat dengan Prabowo yang sebelumnya berseberangan dalam Pilpres 2014.

Sandiaga  Uno
Adalah lulusan Wichita State University, Amerika Serikat, dengan predikat summa cum laude. Sandi mengawali karier sebagai karyawan Bank Summa pada 1990. Setahun kemudian ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di George Washington University, Amerika Serikat. Ia lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 4,00. Karirnya sebagai professional di bidang keuangan memungkinkan dia punya jaringan perbankan dan akses sumber pembiayaan yang luas. Itu sebabnya berkat dukungan dari Edwin Soeryadjaya ( putra taipan William Suryadjaya) dia mendirikan perusahaan Penasehat investasi dan mendulang sukses mengambil alih beberapa asset yang di kuasai BPPN.

Sandiaga Uno bekerja sama dengan Bank Mandiri dan Deutsche Bank berhasil merebut paksa saham Adaro Indonesia dari Hashim Djojohadikusumo. Ketika Nat Rothchild ( didukung Hashim Djoyohadikusumo) berseteru dengan Group Bakrie atas saham BUMI PLC. Sandi melalui Recapital Advisors mendukung Bakrie untuk mendepak Nat Rothschild dari Bumi PLC dan sukses. Menempatkan Sandi sebagai komisaris. Padahal kalau seandainya Nat menang lawan Bakrie, Hashim akan menjadi direktur eksekutif Bumi dan Chairman Berau Coal. Namun setelah Ical kalah dalam putaran pilpres, Sandi mulai mendekat ke Prabowo yang juga kakak Hashim Djoyohadikusumo. Sandi mundur dari eksekutif di semua perusahaan setelah ditetapkan sebagai cagub dari Partai Gerindra.

Sikap Politik.
Kalau dilihat dari rekam jejak karir Anies dan Sandi, maka dapat disimpulkan bahwa apa yang mereka lakukan tidak punya sandaran politik yang jelas. Tidak punya sandaran sahabat yang sejati. Bagi mereka politik idiologi atau apalah bukan dasar berjuang. Yang diperjuangkannya adalah kepentingan mencapai superioritas. Demi mencapai itu maka apapun kendaraan, apapun supir, siapapun yang dapat melontarkannya keatas maka dia akan merapat. Mengapa mereka bisa cepat berbalik haluan dan diterima dengan tangan terbuka oleh lawannya? Karena mereka berdua memang jenius secara akal. Mencapai IP-4 di George Washington University tidak mudah, apalagi Sandi orang asing di AS. Mendapatkan beasiswa Fulbright dan Gerald S. Maryanov Fello tidak semua orang bisa dan Anies bisa membuktikan dia termasuk segelintir orang itu. Dengan kecerdasan sehebat itu, tentu tidak sulit mereka merangkul musuh menjadi sahabat dan menusuk sahabat menjadi pecundang.

Bukti kecerdasannya dalam mencapai puncak superioritasnya adalah merapat kepada kekuatan barisan Islam.  Barisan islam lupa bahwa dialah dulu yang mengolok ngolok PS yang didukung koalisi partai islam.  Ketika dia lead posisi maka caranya berjuang lebih smart. Kalau orang mengusung  emosi PKI atau Syariah, maka Anies menjual issue Pribumi. Mengapa ? karena masalah PKI dan Syariah tidak akan efektif karena secara UU sudah final dan memaksakan itu akan mudah dihancurkan oleh lawannya. Tapi issue pribumi , itu berkaitan dengan ketidak adilan ekonomi terhadap mayoritas penduduk Indonesia , yang juga memeluk agama  Islam. Issue ini sangat sulit untuk dihadapi penguasa, karena ini adalah fakta yang nampak didepan mata dan sedang diperjuangkan mati matian oleh Jokowi agar Gap kaya miskin berkurang. Issue ini akan jadi bola salju , apalagi di kampanyekan di Ibukota dengan segala aksi membela pribumi, menegakan keadilan.

Jadi ibarat, pesawat ruang angkasa, issue pribumi seperti pelontar roket keangkasa dan setelah mencapai orbit maka pesawat angkasa akan bergerak sendiri dengan di remote dari bumi. Artinya issue pribumi dan ketidak adilan sebagai api abadi yang terus berkobar sementara api kecil dibawah terus bermunculan  dengan issue PKI, Syariah, atau apalah. Lambat namun pasti , api kecil itu akan jadi api besar yang bisa meluluh lantakan apa saja, untuk lahirnya revolusi sosial. Cara ini sukses di lakukan oleh Hitler dengan mengangkat ras Aria sebagai pribumi dan menuduh biang ketidak adilan adalah Yahudi. Lambat namun pasti HItler mampu menciptakan musuh bersama bagi ras Aria yang kalah bersaing, sehingga barisan dibelakang Hitler semakin panjang untuk dia berkuasa.

Jabatan Gubernur
Dengan menyandang Jabatan Gubernur maka Anies-Sandi, akan focus kepada tujuan politik yang lebih besar sesuai dengan agenda partai pengusungnya termasuk ormas dibalik suksesnya jadi elite politik. Apapun program populis yang gagal dia laksanakan maka dia akan teriak membakar emosi rakyat tentang ketidak adilan sistem yang meminggirkan kaum pribumi. Targetnya adalah menyudutkan pemerintah Jokowi dan Partai koalisi Jokowi.  Yang jelas, ketika masuk ke balaikota, dia sudah bersikap dan sikapnya diarahkan kepada istana RI-1. Apakah ini salah ? tidak. Syah saja dalam politik demokratis. Apakah dia akan mencapai tujuan akhirnya ? hanya Tuhan yang tahu. Yang jelas ketika dia bersikap maka lawannya juga bersikap. Kita lihat nanti..

PENUTUP.
Jadi kita harus tetap jadi pejuang moral dengan akal sehat, Jangan larut dalam emosi , karena itu tidak ada untungnya. Mereka sudah bersikap dan tidak akan  bisa mengubahnya, kecuali dari kita sendiri harus tetap pada pendirian membela yang benar, dan terus jadi agent moral bahwa bukan soal pribumi dan non pribumi gap itu ada tapi soal mental. Nasib orang ditentukan oleh mentalnya bukan oleh Ras nya atau agamanya. Itulah yang sebenarnya, selebihnya hanya retorikan politik.

Sabtu, 14 Oktober 2017

Teddy Rachmat dalam ITB ENDOWMENT: Hidup itu Pilihan

Speech Pak Teddy Rachmat pada acara dalam rangka donasi ke ITB .
Sabtu tgl 14 Okt :

Yang terhormat Bapak dan Ibu Anggota kehormatan Majelis Wali Amanat ITB :
Bp. Prof. Dr. H. Boediono, M.Ec
Ibu Betti Alisjahbana, sebagai Ketua Majelis Wali Amanat ITB
Bp. Dr. Ir. Pramono Anung Wibowo, MM yang juga sebagai Menteri Sekretaris Kabinet RI
Ibu Ir. Yani Panigoro, MM
Ibu DR. Martha Tilaar
Bp. Putra Masagung
Bp. Prof. Dr. Dato Sri Tahir
Bp. Ir. Eddy Sariaatmadja
Yang terhormat Rektor ITB Bp. Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA
Yang terhormat teman-teman donatur, wartawan dan hadirin yang berbahagia

Ada orang yang membeli sports car atau bahkan private jet dan mengeluarkan uang sampai belasan milyar
Ada orang yang punya puluhan rumah, villa, dan sebagainya
Ada orang yang habiskan biaya ratusan juta hanya untuk perayaan ulang tahun anaknya.

Di sisi lain,
Ada orang yang berjuang untuk sekedar makan tanpa gizi cukup.
Ada orang yang harus berjalan belasan Km untuk sekolah.
 
Bapak dan Ibu yang saya hormati,

Hidup memberikan kita begitu banyak pilihan. Sebagai manusia, kita diberi kebebasan untuk memilih.

Tapi dalam kata bebas, terkandung tanggung jawab.

Kebebasan tanpa tanggung jawab akan membuat manusia jadi liar, tanpa arah, dan kehilangan banyak kesempatan.

Dalam kesempatan ini, saya ingin mengajak Bapak dan Ibu untuk memikirkan makna kebebasan dan tanggung jawab. Atas semua hasil kerja keras dalam hidupnya, manusia bebas menggunakannya. Pilihan untuk menggunakan hasil kerja keras begitu banyak. Pilihannya hampir tak terhingga.

Mengenai tanggung jawab, pengalaman mengajarkan saya untuk bertanggung jawab. Kepada keluarga, perusahaan, dan bahkan bangsa.

Wujud tanggung jawab saya kepada bangsa, adalah melakukan berbagai hal, semampu saya untuk turut serta membangun pola pikir dan values bagi generasi penerus. Sehingga cita-cita luhur bangsa Indonesia menjadi bangsa yang adil, makmur, dan sejahtera itu menjadi kenyataan. 

Dari sejarah bangsa-bangsa, dapat kita amati bahwa pendidikan pegang peranan penting agar bangsa dapat tumbuh dan berkembang. Pendidikan seharusnya jadi hak setiap orang. Pendidikan yang berimbang, tidak hanya pendidikan ilmu pengetahuan, namun juga pendidikan karakter.

Begitu banyak bukti, bahwa bangsa ini kadang habis energi untuk menyikapi masalah-masalah yang muncul karena kurangnya wawasan dan karakter.

Tuhan memberikan begitu banyak kepada saya, saya beruntung. Beruntung memiliki kekuatan yang lebih dibanding kebanyakan orang. Namun dalam kekuatan yang lebih besar, terkandung tanggung jawab yang juga besar. Greater power comes with greater responsibility.

Masalah pendidikan, tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Masalah pendidikan adalah tanggung jawab kita semua. Terlebih kita, warga negara yang lebih beruntung daripada sebagian besar penduduk Indonesia. Perlu kita ingat, bahwa kita menjadi seperti ini, juga karena Indonesia memberikan kesempatan kepada kita. Saatnya untuk give-back to this nation.

Bapak dan Ibu yang saya hormati,
Iman Usman dan Belva Devara, pendiri layanan Ruang Guru, adalah 2 anak muda yang patut dijadikan inspirasi. Iman lahir dari keluarga sederhana di Padang. Ayah – Ibu nya bukan termasuk orang yang beruntung dapat merasakan pendidikan sampai tingkat universitas. Namun mereka percaya pendidikan dapat memberikan penghidupan lebih baik bagi anak-anaknya.
Iman mengenyam pendidikan di Universitas Indonesia dan melanjutkan di Columbia University. Belva merupakan lulusan S1 Nanyang dan S2 Standford dan Harvard University. Berdua mereka membangun Ruang Guru yang sekarang ini value nya mencapai 20 juta USD.

Pendidikan dan wawasan penting agar di negara ini makin banyak muncul generasi baru yang cerdas, kreatif, dan cermat mengolah peluang menjadi usaha-usaha baru yang membuka lapangan kerja dan memperkokoh ekonomi bangsa.

The World University Ranking 2017 memposisikan ITB pada peringkat 816 dan Universitas Indonesia pada peringkat 861. Kenyataan yang membuat saya merenung dan berpikir, apa yang membuat universitas-universitas terbaik di Indonesia tidak mampu bersaing untuk menempati peringkat yang lebih baik dan sejajar dengan universitas global lainnya.
10 besar universitas yang masuk dalam The World University Ranking 2017 di antaranya adalah Harvard University, Standford University, Princeton University. To make a comparison, endowment fund di Harvard mencapai 37 Billion USD per tahunnya, Standford dan Princeton masing-masing 25 Billion USD. Sedangkan endowment fund di ITB hanya…..

Bapak dan Ibu sekalian,

Pendidikan membutuhkan dana yang besar. Kita tidak bisa hanya berpangku tangan atau sekedar urun angan. Jangan hanya urun angan, mari turun tangan membantu pendidikan. Ini TANGGUNG JAWAB kita, warga negara yang telah diberi begitu banyak kesempatan oleh Indonesia.

Saya mengajak Bapak dan Ibu untuk memperkuat endowment fund ITB. Agar ITB dapat terus meningkatkan kualitas pendidikannya dan menjadi bagian yang makin kontributif dalam upaya besar bangsa ini untuk mempersiapkan generasi penerus yang makin berkualitas.

Saya kembali pada 2 pokok pikiran pidato saya ini, kebebasan dan tanggung jawab. Dalam kebebasan dan kesempatan yang telah kita terima dari Indonesia, terkandung tanggung jawab kita untuk give back.

Jangan lupakan itu. Jangan hanya urun angan, mari turun tangan.

Jumat, 13 Oktober 2017

Teddy Rachmat Inspiring Speech in Indonesia Most Admired CEO 2017

http://m.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/17/10/14/oxswgx440-ini-pidato-teddy-p-rachmat-yang-begitu-inspiratif

KEYNOTE SPEECH
Indonesia Most Admired CEO 2017

Yang saya hormati, Bapak Muhammad Jusuf Kalla, Komisaris Utama Warta Ekonomi Bapak Fadel Muhammad , CEO dan PemRed Warta Ekonomi Bapak Muhamad Ihsan,Pemimpin Perusahaan Warta Ekonomi Bapak Bramantyo Suryo Putro,  yang terhormat para CEO penerima penghargaan pada ajang “Indonesia Most Admired CEO 2017”, dan hadirin yang berbahagia.

Saya merasa terhormat, berada bersama talenta-talenta terbaik Indonesia dalam forum ini. Saya sampaikan selamat atas prestasi yang diraih. Saya bangga dan bersyukur bahwa Indonesia memiliki talenta-talenta hebat seperti Anda sekalian.

Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan 3 pesan.

Yang pertama: PURPOSE.
Dalam sebuah kesempatan talk show televisi, saya menyatakan bahwa saya akan terus bekerja sampai di Indonesia tidak ada kemiskinan lagi. Saya sadar, bahwa kondisi itu sangat sulit terjadi, atau mungkin tidak akan pernah terjadi. Tapi saya juga sadar, bahwa sebagai manusia yang lahir, tumbuh, dan berusaha di Indonesia, saya harus jadi bagian yang turut membangun Indonesia. Semampu saya, sekuat saya. Itulah yang saya bisa berikan kepada Indonesia. Negara yang telah memberi begitu banyak kesempatan kepada saya.

Sebagai CEO-CEO pilihan, saya ingin Anda menjawab pertanyaan berikut secara pribadi, “Apakah purpose of life saya?” Pertanyaan itu sangat penting untuk dijawab dengan sungguh-sungguh dan jujur. Saya mengutip kata-kata Steve Jobs, “If today were the last day of my life, would I want to do what I am about to do today?”

Time is precious. Waktu kita semua terbatas. Penting untuk memastikan bahwa apa yang kita lakukan dari hari ke hari, mendekatkan kita pada purpose kita. Itu cara terbaik untuk bersyukur atas kehidupan yang Tuhan berikan. 

Yang kedua, SENSE OF MISSION.

Orang-orang hebat memiliki satu kesamaan: mereka memiliki sense of mission yang sangat kuat. Anda semua orang-orang hebat, yang diberi amanah besar untuk memimpin. Amanah untuk membawa perusahaan dari saat ini ke masa depan. Amanah untuk membuat segala sesuatu menjadi lebih baik. Membuat Indonesia menjadi lebih maju, adil dan makmur.

Angela Duckworth, seorang psikolog dari Amerika memperkenalkan istilah “grit” sebagai faktor penentu kesuksesan. Grit adalah gabungan dari purpose, passion, dan perseverance. Adanya grit membuat orang akan konsisten, tahan uji, dan tidak mengenal lelah dalam mewujudkan misinya. Adanya grit membuat kita bangun paling pagi, pulang paling malam untuk memastikan eksesusi yang disiplin dan militan. Grit yang membedakan Anda semua dengan ordinary leaders.

Manusia yang memiliki sense of mission, adalah manusia yang sudah selesai dengan dirinya. Menempatkan kepentingan yang lebih mulia di atas kepentingan diri. Mother Teresa, adalah contoh yang hampir sempurna tentang sense of mission. Seluruh hidupnya dipersembahkan kepada kemanusiaan.

With great power comes great responsibility. Anda semua hadir di acara ini for a reason. Anda mendapatkan penghargaan ini juga for a reason.  Saya percaya Anda semua memiliki kekuatan grit yang luar biasa.

Make or break-nya perusahaan atau organisasi yang Anda pimpin ada di tangan Anda semua. Dalam kesempatan ini, saya ingin menggugah Anda dengan menyatakan bahwa make or break-nya bangsa ini, juga menjadi tanggung jawab Anda semua.

Yang ketiga, VALUES
Saya mengutip kata-kata mendiang Bapak Benny Subianto, “We have to change with changing time, but we have to hold on to unchanged values.”

Kekuatan yang besar tanpa values yang kokoh membuat manusia menjadi serakah, kejam, cacat etika, dan cacat integritas. Kekuatan tanpa values mengerdilkan, melemahkan, bahkan bisa mematikan.

Keluarga berantakan karena tidak kokohnya values. Banyak perusahaan tidak sustainable karena rapuhnya values. Negara hancur dan tidak menjadi apa-apa karena mengabaikan pentingnya values. Banyak masalah bangsa Indonesia, yang juga terjadi karena tidak kokohnya values.

Saya, Anda, kita semua mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menghidupkan values dalam lingkup kehidupan kita masing-masing. Values yang kokoh harus dimulai dari keselarasan kata dan perbuatan para pemimpin. Tidak lebih, tidak kurang. Kita harus menjadi pemimpin yang menjadi panutan. Pemimpin yang walk the talk.

Membangun bisnis adalah membangun values. Bisnis yang dibangun tanpa values niscaya berantakan dan tidak akan bertahan lama. Tanggung jawab kita sebagai pemimpin, tidak hanya berhenti sampai menghasilkan kinerja finansial yang luar biasa, tapi juga menjadi bagian dari bangsa untuk membangun generasi yang memiliki values yang kokoh. Values yang dimulai dengan integritas.

Kita memiliki tanggung jawab moral dalam hal ini. Betapa akan lebih mudahnya seluruh upaya pembangunan bangsa kita, apabila semua pelaku bisnis juga terpanggil dan ambil bagian nyata dalam penanaman values.

Bapak dan Ibu yang saya hormati.

Less for self, more for others, enough for everybody. Menjadi pemimpin tidak mudah. Didalamnya terkandung amanah yang besar dan mulia, untuk tidak semata-mata mengejar dan mengutamakan kepentingan pribadi, tetapi memberi dampak positif bagi banyak pihak. Itulah reason of being dari true leader.

Ijinkan saya untuk menutup pidato ini dengan membacakan sebuah janji yang tulus dan sederhana mengenai values. Janji ini juga menjadi guiding principles bagi seluruh anak perusahaan dalam group kami.

Hari ini, saya berjanji:

Untuk menjalani hidup dengan transparan dan jujur.

Untuk memberikan lebih dari yang diharapkan, dalam situasi apapun.

Untuk menempatkan kemanusiaan dan tujuan yang lebih mulia, di atas kepentingan pribadi.

Untuk menjadi pribadi yang rendah hati, membuka diri, dan terus memperbaiki diri.

Janji ini saya nyatakan dengan tulus dan sepenuh hati kepada diri sendiri, keluarga, perusahaan, Indonesia, dan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Terima kasih.
TP. Rachmat
Jakarta, 13 Oktober 2017

Rabu, 11 Oktober 2017

Bos Warung Upnormal Rex Marindo: Kaya, Terkenal, So What…?

*Bos Warung Upnormal Rex Marindo: Kaya, Terkenal, So What…?*

Hari minggu lalu saya ketemu Rex Marindo, salah satu bos Warung Upnormal Grup (nama asli grupnya si Cita Rasa Prima Indonesia Berjaya).

Ini sudah pertemuan saya yang kesekian kali. Selalu menyenangkan mendengar cerita dia jatuh bangun mendirikan bisnisnya, apalagi sambil “ditraktir” kopi di kafenya yang baru, Upnomal Coffee Roaster, Jl Wahid Hasyim, Jakarta.

Selalu ada yang baru di ceritanya.
Dia lulusan Universitas Parahyangan Bandung, menekuni dunia marketing, yang kini menjadi Direktur Pemasaran Cira Rasa Prima Group.

Dia seperti Midas dalam mitologi Yunani. Seolah apa pun yang disentuhnya menjadi emas.

Namanya menjadi buah bibir para praktisi pemasaran. "Bagaimana dia bisa membuat branding keren dari sebuah produk sederhana seperti Indomie dan dijual lebih valuable sesuai kantong anak kafe lewat Upnormal," begitu kata banyak orang
Memulai bisnis kuliner di 2013 (sebelumnya menjadi konsultan marketing) dengan membuat Nasi Goreng Mafia  bersama teman-temannya seperti Danis Puntoadi, Stefi Kurniadi, Sarita Sutedja dan beberapa orang di Bandung.

Dengan modal Rp 100 juta saja (Rp 60 jutanya untuk sewa tempat di Jl Dipatiukur), dia nekat meninggalkan bisnis konsultan pemasaran dan banting setir menjadi tukang nasi goreng. Nasi Goreng Rempah Mafia namanya.

Dari Merek Jatuh ke Hati
Warung Nasi Goreng Rempah Mafia itu booming dan dalam waktu singkat sempat menjadi 28 cabang.

Lalu 2014 mendirikan Bakso Boedjangan yang sekarang sudah menjadi 25 cabang.  Setahun kemudian, 2015 Rex dkk meluncurkan  Warung Upnormal.

Akhir tahun ini, jumlah cabang Warung Upnormal akan menjadi 80 cabang. Satu cabang Warung Upnormal biaya franchisenya bisa mencapai lebih dari Rp 4 miliar.

Hanya empat tahun, Rex dan teman-temannya di CRP punya 80 cabang Upnormal, 25 cabang Bakso Boedjangan, 12 cabang Nasi Goreng Mafia, dan 6 restoran Sambal Karmila.

Saat di sebuah pelatihan Endeavour Global di Malaysia dia ditanya, “Setelah Anda kaya, Anda terkenal setiap ketemu orang, orang mengajak selfie, lalu so what?” tanya seorang mentor. Rex seperti terkesiap. “Iya buat apa,” katanya dalam hati.

Rex punya jawaban tapi mulutnya tercekat. Dia melihat dirinya sendiri. Dia beda dengan OKB (orang kaya baru) yang berubah saat bisnisnya meledak.

Harta OKB kerap dihabiskan untuk barang-barang konsumsi seperti baju mahal, jam tangan Rolex yang harganya ratusan juta sampai puluhan miliar rupiah, mobil mewah dan lain-lain. Rex tidak.

Dia ingat saat pertama kali sukses membuka bisnis kuliner. Lelaki kelahiran Palembang itu menahan diri membeli mobil dan tetap memakai motor. Uang yang didapat dia tanamkan kembali untuk membuka lebih banyak resto cabang

Rex dulu dan Rex sekarang tak ada beda, begitu kata teman-temannya. Ke mana-mana dia tak butuh memakai baju mahal.

"Baju kebesarannya" adalah  kaos hitam kaos hitam Upnormal bertulisan “Kopi untuk Indonesia”. “Semakin banyak cabang resto baru dibuka, kaos saya seperti ini semakin banyak. Saya punya kaos selusin kayak begini.”

Tak ada secuil arloji di tangannya. Celana jeans dan sepatu olahraganya juga sepatu kebanyakan orang, seperti New Balance, Adidas atau sebangsanya.

Orang pun tak tahu apakah sepatunya original atau sepatu KW-1?

“Iya jadi buat apa semua (kekayaan dan ketenarannya) ini?” kata Rex menirukan mentornya. Rex punya jawabannya. “Ini semua untuk ibadah. Bisa menjadi kran (penyalur) rezeki bagi 3.500 karyawan itu membahagiakan.”

“Kita semuanya ini sedang deal dengan The Greatest Investor: God! Jadi itu yang membuat saya tetap bersemangat.”

Semoga kita bisa belajar dari Rex Marindo dkk. Untuk apa kita mengejar semua ini—apalagi dengan menghalalkan segala cara?
Ya, segelas kopi dan obrolan dengan Rex di sebuah diskusi, telah menyadarkan semua ini fana dan akhirnya berpulang kepada The Greatest Investor.

Jakarta, 24 September 2017
Burhan Sholihin, penggemar kopi dan dotcomer
(FB/IG/Twitter: @burhans)

Senin, 02 Oktober 2017

Program Mendoakan Orang di Google internal

Mengapa Google Menjadi Tempat Kerja Paling Membahagiakan? Ini salah satu rahasianya.

Gajinya besar, makan besar hingga cemilan gratis, disediakan tempat tidur siang, disediakan berbagai sarana olahraga dan games, desain kantornya keren banyak spot selfie.

Semua Itu memang bikin asyik kerja di google. Tapi ada satu hal yang nggak banyak orang tahu, yang membuat Google menjadi salah satu tempat kerja paling membahagiakan di planet ini.

Chad Meng, salah seorang insinyur, salah seorang assabiquunal awwaluun di Google (dia karyawan no 107) adalah otak yang merancang sebuah program utk menciptakan suasana membahagiakan di Google.

Dia menggagas sebuah program untuk karyawan google namanya Search Inside Yourself. Programnya banyak dan unik2. Tapi saya mau share satu aja yang menurut saya simple tapi jleb.

Meng mengajarkan sebuah latihan pikiran selama 10 detik saja. Pikirkan dua orang yang ada di ruangan ini, lalu katakan dalam hati "Saya mendoakan dengan tulus agar si A bahagia, Saya mendoakan dengan tulus agar si B bahagia,".

Latihan simpel ini ternyata telah mengubah banyak orang. Setiap orang yang sudah mempraktikkan ini akan tersenyum dan merasa lebih bahagia dibanding 10 detik yang lalu.

Meng pernah mengajarkan praktik ini di sebuah seminar pada selasa malam. Dia menyarankan kepada audiens untuk mempraktikkannya besok saat kerja. 10 detik setiap jam. Pilih secara acak dua orang yang melintas di kantornya. Karena ini cuma dalam pikiran, tidak ada hal yang menyulitkan atau memalukan.

Pada hari Rabu Meng mendapat email dari salah seorang yang mempraktikkan latihan ini: "I hate my work, I hate coming to work every single day. But in attended your talk on Monday, did the homework on Tuesday, and tuesday was my happiest day in 7 years."

Mengapa praktik ini begitu efektif untuk menciptakan suasana bahagia dlm hati?

Ketika mempraktikkan latihan ini saya baru sadar bahwa sumber stress adalah karena kita sibuk memikirkan diri kita. Coba cek doa-doa kita. 99% untuk kebaikan, kebahagiaan, kekayaan diri kita sendiri.

Kayaknya nggak pernah deh kita menyelipkan doa untuk tetangga yang lagi susah, tukang mie tek tek yang malam2 lewat, atau petugas PLN yang ngecek meteran.

Padahal salah satu sumber kebahagiaan itu ternyata adalah melakukan kebaikan untuk orang lain, altruisme.

Dan sebaliknya, sumber ketidakbahagiaan adalah selfish, egoisMe, selalu Me Me Me (aku aku aku).

Mari kita saling mendoakan dan praktekkan, semoga kita menjadi orang yg bahagia.. 🙏😇

Minggu, 01 Oktober 2017

Learn from A Monster Call Movie

This movie tells a story of a boy -around 9-12 years old - who is having a divorced parents and a dying cancer mother. He even got bullied constantly in school. The boy , Conor, is an angry boy. 

One night, he saw a huge monster from a tree who talks to him. The monster will tell 3 stories and then asked Conor to tell 1 story afterwards. Here are some learning from such a depressing plot.


1. "There are always two sides of the story. The one seems a good person is not always a saint. The one seems a bad person is not always a devil. So, never judge what you do not understand. You do not know everything.
Sometimes bad and cruel actions chosen for the good ending for everyone. Sometimes what accused did not really happen that way but the accusation could prevent potential bad things in the future.
Again, the goods can have bad things behind its story. The bads can have good things behind its event.
We .. just accept, never judge and always try do goods"

2. "Religious people with no faith and belief are no religious at all.
Belief is what makes us all alive as a human being. Belief. Stands. Values.
Those who would sacrifice anything to get what they want, is no saint at all.
Always stands on what you believe in"

3. Be Brave To Admit The Truth.
Human choose to believe lies to comfort them. We must Accept The Fact. This every fact about us, and about life.
Although it is ok to feel scared. Anger.
But eventually, again, We Must Accept The Truth and Move On Positively with The Truth.