Kamis, 23 November 2017

50 Makanan Terenak Di Dunia

https://amp.cnn.com/cnn/travel/article/world-best-foods-readers-choice/index.html

#Keren. Juara 1 dan 2 makanan ter-enak di dunia diraih Indonesia : Rendang dan Nasi Goreng. Sate nomor14.

*Daftar 50 makanan ter-enak sedunia versi CNN tahun 2017*

1. Rendang, Indonesia
2. Nasi goreng, Indonesia
3. Sushi, Jepang
4. Tom yam goong, Thailand
5. Pad thai, Thailand
6. Som tam, Thailand
7. Dim sum, Hongkong
8. Ramen, Jepang
9. Bebek peking, China
10. Massaman curry, Thailand
11. Lasagna, Italia
12. Kimchi, Korea
13. Chicken rice, Singapura
14. Sate, Indonesia
15. Es krim, Amerika Serikat
16. Kebab, Turki
17. Gelato, Italia
18. Croissant, Perancis
19. Green curry, Thailand
20 Pho, Vietnam
21. Fish and chips, Inggris
22. Egg tart, Hongkong
23. Bulgogi, Korea
24. Fried rice, Thailand
25. Cokelat, Meksiko
26. Penang assam laksa, Malaysia
27. Tacos, Meksiko
28. Barbecue pork, Hongkong
29. Chili crab, Singapura
30. Cheeseburger, AS
31. Fried chicken, AS
32. Lobster (global)
33. Seafood paella, Spanyol
34. Shrimp dumpling, Hongkong
35. Neapolitan pizza, Italia
36. Moo nam tok, Thailand
37. Potato chips, AS
38. Warm brownie and vanilla ice cream (global)
39. Masala dosa, India
40. Bibimbap, Korea
41. Galbi, Korea
42. Hamburger, Jerman
43. Fajita, Meksiko
44. Laksa, Singapura
45. Roti prata, Singapura
46. Maple syrup, Kanada
47. Fettucini alfredo, Italia
48. Parma ham, Italia
49. Lechon, Filipina
50. Goi Cuon, Vietnam

https://amp.cnn.com/cnn/travel/article/world-best-foods-readers-choice/index.html

Minggu, 19 November 2017

ESTEEM ECONOMY : Orang Minta Pengakuan by Rhenald Kasali


"Esteem Economy", Ketika Setiap Orang Haus Pengakuan

Rhenald Kasali (Kompas.Com)
Senin, 20 November 2017 | 06:30 WIB

(14/11/2017).
Iseng-iseng saya bertanya pada ibu-ibu peserta seminar dan pelatihan “Marketing in Disruption” di Rumah Perubahan: “Pernah selfie dan tayangkan fotonya di Facebook dan Instagram?”

“Sering” jawab mereka.

Lalu apa yang dirasakan kalau sejam tak ada yang kasih jempol, “like,” atau “share”?
Tiba-tiba ibu-ibu tadi gelisah, tapi cuma sebentar, lalu tertawa riang. Menertawakan diri sendiri.

Seorang pria menjawab, “Saya yang disuruh kirim ‘like’ ke istri. Setelah diberi ‘like,’ dia nyenyak tidurnya. Kalau tidak, gelisah.”

Advertisement
Begitulah Esteem Economy. Manusia gelisah, bukan karena hal-hal riil seperti generasi sebelumnya, yang dibesarkan di lapangan nyata, dengan bermain ayunan, bola kasti dan gobak sodor. Ah benar-benar jadul. “Manusia baru” atau kids zaman now yang hari-hari ini mengisi perekonomian kita adalah manusia cyber.

Seperti yang ditulis oleh pioner Cyberpsychologyst Marry Aiken, “ketika menapakkan kaki ke semak-semak belukar, intuisi manusia langsung mengatakan: “Awas ular.” Tetapi di dunia cyber, kita belum punya intuisinya.

Manusia cyber mempunyai cara sendiri dalam memenuhi rasa aman (safety needs) dan self esteem yang kita pelajari sebagai Maslow Hierarchy of Needs. Dan foto-foto diri, komplain-komplain kecil, share tentang sesuatu adalah objeknya.

Leisure Tanpa Tekanan, Esteem Sebaliknya

Benarkah manusia mencari “leisure” dengan berekreasi? Sepertinya, leisure yang kita kenal di abad 21 benar-benar berbeda. Leisure yang dulu, digambarkan sebagai “menikmati waktu hidup dan berekreasi“ kini berubah.

Para pekerja di Prancis dan Italia di akhir abad 20 menikmati leisure economy. Pukul 15.30 mereka sudah kongkow-kongkow menikmati happy hour di bar. Maka, begitu pemerintah berencana menambah 30 menit saja waktu kerja per hari, mereka pun melawan dengan demo besar dan sedikit kerusuhan.

Saya pun jadi ragu kalau akhir pekan ratusan ribu mobil bergerak dari Jakarta ke arah Bandung untuk leisure. Macetnya bisa 4-6 jam. Di Yogyakarta, mobil-mobil yang bergerak mencari rumah makan termasuk ke Mie Jawa yang terletak di “kandang sapine mbah Gito” sepertinya juga bukan untuk leisure.

Warung Bakmi Jowo Mbah Gito di Kelurahan Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta.
Butuh satu-dua jam karena macet. Antre makannya satu-dua jam lagi. Di kaleng-kaleng kerupuknya tertulis kata ini: “sabar.”

Abad 19 kita mengenal leisure class (Veblen, 1899), lalu di abad 20 menjadi experience economy (Joseph Pine & Gilmore, 1998). Tetapi kini disebut esteem economy, kumpulan dari manusia-manusia yang rindu pengakuan bahwa dia sudah sampai di sana.

Skylodge di Tebing Parang atau Selfie di Ponggok

Di usia 20-an, saya gemar mendaki gunung. Maka berita tentang hotel gantung di Tebing Parang sungguh menggoda. Namun begitu melihat cara menjangkaunya, saya harus tahu diri.

Berita dan foto-foto tentang hotel gantung ini menjadi viral di jagat dunia maya. Persis seperti foto-foto tentang padang bunga di Gunung Kidul yang pernah viral.

Tiap generasi punya needs yang berbeda. Generasi saya butuh “leisure,” sedangkan  millennials butuh esteem. Mereka mencari share, “like” atau jempol karena difasilitasi medsos.
Ini persis dengan yang dilakukan sebuah rumah makan tak jauh dari Rumah Perubahan.

Makanannya biasa saja. Tetapi, tak henti-hentinya ibu-ibu muda berdatangan. Rupanya di situ ada foto bangunan besar 3 dimensi. Mereka bisa bergaya melayang seakan-akan tengah berada di atas gedung. Jadilah itu tempat selfie.

Ini cerita lain lagi. Di sebuah meja kerja di suatu kantor duduk seorang pegawai perempuan. Wajahnya bete sekali. Seharian tak mendapatkan “like” atau share dari foto-foto yang diunggahnya. Ia pun  merapihkan meja dan menambah secangkir kopi panas yang asapnya mengepul. Lalu foto diunggah di Facebook dengan caption: Good Morning ….kerja semangat! 

Wajahnya berubah sumringah ketika satu-persatu likes berdatangan. Temannya di seberang sana memberi “likes,” padahal mereka tengah duduk berempat di meja makan sebuah restoran mahal.

Hotel gantung Padjajaran Anyar yang terletak di tebing Gunung Parang, Purwakarta, Jawa Barat setinggi 500 meter difoto menggunakan drone, Minggu (19/11/2017). Hotel gantung ini diklaim sebagai hotel gantung tertinggi di dunia mengalahkan ketinggian hotel gantung di Peru. 
Namun keempatnya juga tengah mencari esteem dengan membuka gadget mereka masing-masing. Pelayan restoran datang menanyakan pesanan. Mereka lalu bersama-sama mengucapkan kalimat ini, “foto dulu ya!”

Pelayanpun mengambil ponsel mereka. Semua minta foto pakai ponsel masing-masing. Jadi fotonya empat kali. Selesai difoto, mereka pesan makanan, lalu kembali membuka gadget, upload, mencari esteem lagi.

Di desa Ponggok, Klaten, ada proyek dana desa yang berhasil, berupa desa wisata. Sebuah embung besar mereka bersihkan menjadi umbul untuk selfie di dalam air.

Pengunjung pun berebut datang melakukan selfie di atas sepeda motor, bermain ayunan, pura-pura tengah bekerja atau berkemah di dalam air. Alhasil, dari dana desa Rp 300 juta (2015), BUMDES desa berpenduduk 2.300 jiwa ini tahun ini akan meraih pendapatan Rp 15 miliar.

Untuk apa bersusah payah menahan napas di dalam air? Anda tahu jawabannya.

Esteem Economy

Mendalami motif manusia memenuhi kebutuhannya penting untuk memahami proses shifting perekonomian. Dunia benar-benar disruptif. Motif memenuhi kebutuhan itu bergeser di peradaban cyber. Manusia beradaptasi, bertahan dan berevolusi dengan motif pemenuhan kebutuhan tadi.

Ditenggarai oleh kemampuan bersembunyi (anonymity), dunia online seakan mampu memberikan rasa aman (safety needs) bagi sebagian orang yang pemalu dan takut-takut dalam interaksi tatap muka. Manusia bisa “mengambil foto” milik orang lain, mencuri atau mengedit jati dirinya.

Orang-orang yang memiliki “kelainan” di dunia riil, atau yang gemar menyebar fitnah ternyata sosoknya tak semenakutkan tulisannya. Bahkan belum lama ini Ditreskrim Polri mengumumkan sebagian besar adalah penakut yang jarang bergaul. Tetapi di dunia cyber, dengan anonymitas itu bisa membuat mereka merasa nyaman dan berani berkomunikasi.

Tetapi baiklah kita kembali ke esteem economy. Dengan bergabung dalam komunitas online, kini manusia bisa merasakan ”a sense of belonging.” Kata Aiken, “mendapatkan ‘liked’di Facebook adalah wujud dari memenuhi needs for esteem.

Tombol Like Facebook
Bukan hanya itu. Mereka juga bawel cari perhatian terhadap soal-soal kecil. Mulai dari soal toilet, sampai taksi yang tak datang-datang saat hujan deras, pun dijadikan tulisan pendek, sekedar komplain untuk mendapatkan esteem.

Dengan menyebarkan berita buruk atau copas-copas tanpa memeriksa kebenarannya, manusia yang belum matang juga ingin mendapatkan pengakuan bahwa ia lebih pandai atau tahu lebih dulu dari yang lain.

Pusingkan? Begitulah esteem economy. Manusia selalu mencari cara untuk mendapatkan pengakuan berupa share, like dan jempol.  Bukan es krim.

http://ekonomi.kompas.com/read/2017/11/20/063000526/-esteem-economy-ketika-setiap-orang-haus-pengakuan

EQ adalah kunci Kesuksesan kata Jack Ma

https://m.detik.com/inet/cyberlife/d-3701283/nasihat-manusia-rp-637-triliun-pintar-bukan-jaminan-sukses

Nasihat Manusia Rp 637 Triliun: Pintar Bukan Jaminan Sukses!

Jakarta - Bermodal secuil pengetahuan teknologi, Jack Ma berhasil membuat Alibaba menjadi raksasa e-commerce dunia. Hingga kini jadi orang terkaya di China dan Asia, dengan harta diestimasi USD 46,9 miliar atau di kisaran Rp 637,6 triliun.

Baginya, kecerdasan tidak menjamin kesuksesan. Satu kunci keberhasilan menurutnya adalah mengetahui bagaiamana memperlakukan orang dengan baik.

"Jika ingin sukses, maka kalian harus memiliki emotional quotient (EQ) yang sangat baik. Karena kalian akan memahami bagaimana bekerja sama dengan orang lain. Tak peduli seberapa cerdas kalian, jika tidak dapat bekerja sama, kalian tidak akan pernah sukses," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa love quotient (LQ) juga memainkan peranan yang besar untuk mendapat rasa hormat dari orang lain.

"Banyak murid yang hanya memerhatikan intelligence quotient (IQ), tanpa memikirkan EQ dan LQ. Jika kalian tidak memiliki dua elemen itu, kalian tidak akan maju," katanya.

Jack Ma mengaku bahwa ia tidak pernah dididik untuk menjadi pengusaha. Namun, masa-masa saat menjadi ketua kelas membantunya mendapat pengalaman untuk bekerja sama dan menghadapi orang lain. 

Selain itu, mengakui kegagalan sendiri pun menjadi salah satu hal yang penting dalam pembentukan diri.

"Banyak orang-orang gagal karena selalu mengeluh dan mengomentari hal-hal lain ketika tertimpa masalah. Hanya orang-orang yang memahami masalah mereka mampu menjadi sukses. Jika kalian punya keluhan, harus ada solusinya. Jika tidak, jangan mengeluh," ujarnya.

Kemudian, ia menitikberatkan kepada para generasi muda untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuat oleh orang lain sehingga mereka dapat menghadapi masalah tersebut jika sewaktu-waktu datang.

Jack Ma juga mengingatkan mereka untuk bertanya kepada diri sendiri, seberapa besar mereka rela berkorban, ketika mereka tengah mengejar sesuatu yang diinginkan.

Ketika mulai menjalankan Alibaba pada 1999, banyak orang yang mengatakan dirinya dan mimpi yang ingin dicapainya itu gila. Menariknya, masih ada 18 koleganya yang sama gilanya dengan dia, yang mau mengembangkan Alibaba. 

"Tidak ada mimpi yang gila selama ada orang yang memercayainya. Jika dalam sebuah tim seluruhnya berisi orang gila, maka akan terjadi hal-hal yang menarik," ucapnya.

Di usia 53 tahun, ia mengaku memikirkan bagaimana setelah pensiun Alibaba bisa terus bertumbuh, seperti dilansir detikINET dari Inquirer pada Kamis (26/10/2017).

"Jika saya tidak dapat menjamin hal tersebut, itu akan menjadi kesalahan terbesar saya," pungkasnya. 

Copyright @ 2017 detikcom
All right reserved

Sabtu, 18 November 2017

LEISURE ECONOMY ala Pak Joko Widodo Digerakkan Oleh Millenial Jaman Now dibedah oleh Yuswohady

http://www.yuswohady.com/2017/11/18/milenial-jaman-now-penggerak-leisure-economy/

Milenial Jaman Now: Penggerak Leisure Economy

Tulisan saya “Welcome Leisure Economy” sekitar dua minggu lalu viral luar biasa di medsos. Kenapa tulisan itu viral, menurut saya, karena banyak pembaca yang mengamini fenomena tersebut seraya bergumam: “ini gue banget”.

Artinya, tanpa disadari (unconsciously) mereka de facto telah merasakan bahwa leisure dan experience sudah menjadi bagian dari “kebutuhan pokok” mereka sehari-hari. Tak beda jauh dengan kebutuhan akan wifi atau Facebook.

Pertanyaan kemudian muncul, siapa sesungguhnya yang menjadi driver dari fenomena menggeliatnya leisure economy tersebut di Indonesia. Mesin penggerak bertumbuhnya leisure economy tak lain adalah para milenial jaman now (MJN).

Experience Consumers
By-default, konsumen milenial adalah konsumen yang paling haus akan pengalaman (experience) dibanding generasi-generasi sebelumnya. Survei di seluruh dunia (Everbrite-Harris Poll, 2014) membuktikan bahwa milenial lebih memilih menghabiskan uang mereka untuk pengalaman (experience) ketimbang barang (material goods).

Tulis Everbrite-Harris Poll: “For millennials, happiness isn’t as focused on possessions or career status. Living a meaningful, happy life is about creating, sharing and capturing memories earned through experiences.”

Karena itu saya menyebut generasi milenial sebagai e-generation atau experience generation.

Ada pergeseran arti kebahagiaan antara MJN dengan generasi-generasi sebelumnya (sebut saja: “Generasi Jaman Old”, GJO). Bagi MJN, kebahagiaan bukan ditentukan oleh kepemilikan akan rumah besar, mobil mewah, atau karir yang mentereng, tapi mendapatkan pengalaman dan membaginya (baca: “memamerkan”) ke teman-teman dan orang lain.

Jadi, kalau GJO pamer baju, sepatu, mobil, atau iPhone yang dimilikinya, maka kini MJN pamernya adalah: liburan di mana, nonton film apa, dine-out di mana, ndengerin musik apa, nongkrong di mana, atau jalan-jalan weekend di mal apa. Dan itu begitu mudah di-share melalui akun seperti Instagram atau Facebook.

Go Minimal: From Owning to Sharing
Walaupun masih di fase dini, kini mulai muncul pergeseran gaya hidup di kalangan MJN dari memiliki barang (owning) ke berbagi (sharing). Mereka berhemat dengan cara mengurangi konsumsi yang sifatnya memiliki barang dan mengalokasikan hasil penghematan tersebut untuk konsumsi yang berbasis pengalaman.

Contoh yang kini sudah terlihat adalah mengoleksi CD/DVD sudah tergantikan oleh koleksi musik/film melalui layanan digital seperti iTunes, Spotify, atau Netflix. MJN juga mulai memilih layanan Grab atau Gojek ketimbang mempunyai mobil atau motor sendiri. Ketimbang memiliki ruko sendiri untuk kantor, mereka mulai memanfaatkan kantor bersama (co-working space) yang tiga tahun terakhir menjamur di kota-kota utama tanah air.

Alasan mengadopsi sharing lifestyle di Indonesia agak berbeda dengan di negara-negara maju. Kalau di negara-negara maju pertimbangan utamanya adalah faktor-faktor seperti simplisitas atau kepedulian kepada lingkungan, di Indonesia alasan utamanya adalah keren. Karena sharing lifestyle itu memang keren dan bisa menjadi alat ekspresi diri.

Travelling More
Studi di berbagai negara mengonfirmasi bahwa MJN mengonsumsi liburan (travelling) lebih sedikit dibanding GJO (terutama Gen-X). Sebabnya tak lain, karena MJN saat ini (usia mereka 18-35 tahun) masih berada di masa awal-awal karir (first jobber).

Sehingga dari sisi kemampuan daya beli mereka untuk liburan masih rendah. Di sisi lain, mereka relatif tak punya cukup waktu untuk berlibur karena sebagian besar waktunya ditumpahkan untuk bekerja menggapai karir.

Tapi seperti dikatakan di depan, by-default MJN adalah experience customer yang haus liburan. Nielsen Millennial Travellers Study (2017) menyimpulkan: “In fact, they travel more than any other generation, and they’ll likely travel more as their incomes and financial standings grow.”

Sesungguhnya MJN adalah generasi yang paling besar berkeinginan untuk liburan. Karena itu, di tengah kendala daya beli dan keterbatasan waktu di atas, MJN semaksimal mungkin menyisihkan pendapatannya untuk liburan.

Nah, sekitar 5 tahun lagi saat mereka menduduki posisi penting di organisasi dan cukup punya pendapatan menganggur (discretional income) maka di situlah MJN akan massif berlibur dan betul-betul menjadi mesin penggerak leisure economy.

Dine-Out Revolution
Studi yang dilakukan oleh Nielsen di 11 kota di Indonesia menunjukkan bahwa MJN memiliki pengeluaran paling tinggi untuk makan di luar (dine-out) dibanding GJO.

Masih menurut survei Nielsen di 60 negara termasuk Indonesia (Global Generational Lifestyles Report 2016), antara tahun 2013-2016 porsi milenial yang dine-out setidaknya sekali seminggu mencapai dua kali lipat (58% vs 29%) jika dibandingkan dengan Generasi Baby Boomers.

Itu sebabnya di era leisure economy warung gaya hidup (seperti OTW atau Warung Upnormal), kedai kopi “third wave” (Tanamera atau One-Fifteenth), atau kafe tempat nongkrong berkonsep “third place” (resto di Citos) menjamur tak hanya di Jakarta atau Surabaya, tapi juga mulai merambah ke second cities, bahkan third cities.

MJN makan di luar rumah tak sekedar untuk menghilangkan lapar dan dahaga, tapi lebih karena alasan social dan experience. Yaitu untuk bercengkrama dengan anggota keluarga, bersosialisasi dengan teman, mendapatkan pengalaman dan membaginya melalui medsos.

Instagram Effect
MJN hidup di “dua alam” yaitu alam offline dan online. Celakanya, dengan adanya mobile (gadget) revolution, kini makin banyak mereka terperangkap di ranah online. Kalau di offline saya sebut pengalaman realitas; kalau di online pengalaman hiper-realitas. Kalau di offline apa adanya (authentic); kalau online penuh dengan pencitraan yang sarat kepalsuan (fake).

Melalui media seperti Instagram dan sejenisnya MJN menunjukkan sosok ideal yang mereka inginkan kepada para audiensnya. Mereka menunjukkan sosok ideal tersebut dengan cara memperlihatkan di mana mereka liburan, dengan siapa mereka bergaul, atau di mana mereka nongkrong dan dine-out.

Tak heran jika kita selintas mencermati foto-foto mereka di Instagram kita menemukan sosok-sosok yang selalu bahagia, penuh senyum-ceria, inspiratif, positif, sarat prestasi, seolah dunia ini tak punya masalah. Itulah dunia hiper-realitas. Apakah dunia realitasnya semengkilap itu? Sudah bisa ditebak, jauh lebih muram.

Inilah yang saya sebut Instagram Effect. Dengan adanya Instagram atau Facebook kini semua orang menjadi selebritas, mereka punya audiens yang siap dipameri (self-promotion) pengalaman dan gaya hidup mereka. Di tengah kerumunan audiens online itulah mereka eksis dan menemukan kebahagiaan palsu. Tak heran jika di era leisure economy salah satu “komoditi” yang paling bernilai adalah “Like”, “Comment” atau “Share”.

FOMO
Di era leisure economy kini mewabah fenomena yang disebut “fear of missing out” (FOMO), sebuah ketakutan di kalangan MJK jika mereka tidak ikut menikmati sebuah pengalaman. Takut jika tidak ikutan heboh nonton konser Ed Sheeran di Jakarta. Takut jika tidak bisa merasakan pengalaman berlibur di Raja Ampat. Atau bagi kids jaman now takut tidak bisa menikmati pengalaman nongkrong di Warung Upnormal.

Fenomena FOMO inilah yang menjadi sebab kenapa resto-resto kekinian yang experiential seperti OTW atau Warung Upnormal ramai minta ampun di awal-awal launching. Karena para MJN dihinggapi ketakutan jika teman-teman mereka sudah pernah makan dan nongkrong di resto-resto tersebut, sementara dia sendiri belum pernah. Mereka takut dibilang kurang gaul.

FOMO inilah yang menjadi katalisator menggeliatnya beragam industri yang berbasis experience mulai dari liburan, kafe-resto, hiburan, gadget, musik, film, perawatan kecantikan, hingga wellness.

Memasuki tahun 2018 tren kearah leisure economy semakin menemukan critical mass-nya, dimana apapun bentuk konsumsi oleh konsumen Indonesia selalu dikaitkan dengan experience dan leisure.

Ketika milenial jaman now sudah berubah sedemikian rupa menjadi experience consumers, secara mendasar pula strategi Anda harus diubah. Memasuki tahun 2018, apapun bisnisnya, Anda harus mengubah pola pikir bisnis dari “goods-mindset” ke “leisure-mindset”. Anda harus menyuntikkan experience ke dalam produk dan layanan Anda

Selasa, 14 November 2017

11.11 ALIBABA

*Dan Beijing Lu Pun Sepi*

Saya berada di satu kawasan belanja Kota Guangzhou pada Hari Jomblo Sedunia yang jatuh pada 11 November 2017, pada tanggal cantik double eleven atau 11.11. Tak seperti yang saya bayangkan, kawasan Beijing Lu atau Beijing Road yang meriah ini tak padat benar. Lalu-lalang orang dari Hotel Ludo di mulut jalan sampai ke ikon segitiga Giordano seperti lengang, tak seperti kabar yang saya dengar semula jika di Beijing Lu pada akhir pekan, orang-orang sampai kesulitan berjalan menembus kerumunan para pengunjung.

Ada apa gerangan? Rupanya para pebelanja justru menyesaki ruang-ruang dunia maya, mereka tengah ikut merayakan “11.11 Global Shopping Day”. Hari itu, toko-toko daring (online) menggelar penjualan dengan diskon gila-gilaan untuk umat manusia di muka bumi.

Sesaat sebelum peluncurannya pada tengah malam, ucapan “Wish you a happy Singles’ Day” muncul di papan-papan iklan besar di gedung-gedung tinggi di berbagai kota di dunia seperti Guangzhou, Shanghai, Hong Kong, Berlin, London, Melbourne, Tokyo, Seoul and New York.

Orang-orang kemudian menyemut di mal-mal online, memilih barang, membayar, lalu diam menunggunya di pintu rumah.

Dan inilah hasilnya: dalam 24 jam, Grup Alibaba -- toko online terbesar di China -- membukukan rekor penjualan USD25,3 miliar atau setara dengan Rp342 triliun!

Catat, pada tanggal 11 bulan 11 kemarin, Alibaba menjual barang senilai TIGA RATUS EMPAT PULUH DUA TRILIUN RUPIAH dalam 24 JAM!

Semua itu didapatkan dari 1,48 miliar transaksi pembelian dari pukul 00.00 sampai pukul 24.00. Sistem pembayaran Alipay memproses 256.000 transaksi setiap detiknya.

Barang-barang itu harus diterima para pembeli dalam negeri dalam tempo 24 jam, dan pembeli luar negeri 72 jam semenjak transaksi dibukukan. Maka bisa dibayangkan kesibukan jaringan logistik Alibaba, Cainiao, yang pada hari belanja itu memproses 812 juta permintaan pengiriman barang -- 500-an juta barang dikirim ke kota-kota di daratan China, 100 juta ke konsumen di luar negeri termasuk Indonesia.

Bagaimana caranya? Dengan inovasi teknologi. Bos Cainiao Wan Lin mengatakan, sistem logistik di perusahaan itu memanfaatkan robot pengemas di pergudangan dan tiga juta kurir pengantaran. Di gudang-gudang logistik jaringan Alibaba, ada 200 robot yang bekerja dan sanggup mengemas satu juta pengiriman setiap hari.

Kita telah hadir di masa depan yang dulu tak terbayangkan, ketika yang terlihat di dunia nyata hanyalah yang tersisa dari dunia maya. Mal-mal dan toko-toko sepi pembeli, uang tunai tak banyak berpindah tangan, orang-orang berkegiatan dan harap-harap cemas di rumah sendiri.

Dan pusat perbelanjaan Kota Guangzhou, Beijing Lu, pun tak lagi ramai.

penulis:
Tomi Lebang

Senin, 13 November 2017

Presiden Berprestasi vs DPR Miskin Prestasi

*PRESIDEN BERPRESTASI JUMBO DAN DPR YANG MISKIN PRESTASI*

Tulisan Muhammad Zazuli.

Saat ini ada sebagian anggota bahkan wakil ketua DPR yang gemar menyerang, mengkritik dan nyinyir terhadap pemerintahan Jokowi. Sekedar sebagai perbandingan mari kita lihat gaji dan prestasi DPR dibandingkan dengan gaji dan prestasi Presiden sehingga sebagai rakyat kita jadi tahu persis bagaimana hasil kerja para “pelayan rakyat ini”.

PENGHASILAN DPR RI

Berikut Rincian Gaji anggota DPR RI Masa Bhakti 2004-2009 : Rutin perbulan meliputi
• Gaji pokok: Rp 15.510.000,
• Tunjangan Listrik: Rp 5.496.000,
• Tunjangan Aspirasi: Rp 7.200.000,
• Tunjangan kehormatan: Rp 3.150.000,
• Tunjangan Komunikasi: Rp 12.000.000,
• Tunjangan Pengawasan: Rp 2.100.000,
Total: Rp 46.100.000/bulan.
Total per tahun: Rp 554.000.000.

Masing-masing anggota DPR mendapatkan gaji yang sama.
Sedangkan penerimaan non-bulanan atau non-rutin pada Juni, dengan rincian sebagai berikut:
• Gaji ke-13: Rp 16.400.000.
• Dana penyerapan (reses): Rp 31.500.000. Dalam satu tahun sidang, ada empat kali reses, jika ditotal selama pertahun dapat diperoleh angka sekitar Rp 118.000.000 dalam satu tahun.
• Sementara penghasilan yang bersifat sewaktu-waktu yaitu dana insentif (tambahan) dari pembahasan Rancangan Undang Undang dan honor melalui uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) sebesar Rp 5.000.000 per kegiatan.
• Sedangkan untuk dana kebijakan insentif legislatif sebesar Rp 1.000.000 per RUU.

Sehingga, secara keseluruhan, yang diterima seorang Anggota DPR-RI dalam setahun dapat mencapai hampir Rp 1 miliar. Jumlah anggota DPR RI periode 2014-2019 saat ini berjumlah 560 orang.

PRESTASI DPR RI

Sekarang mari bandingkan penghasilan sebesar 1 milyar pertahun itu (belum lagi jika ada “duit misterius” yang lain) dengan prestasi kerja mereka dalam 3 tahun masa jabatan ini. Selama 3 tahun kerja mereka baru menyelesaikan 3 RUU dari total jumlah prolegnas prioritas tahun ini sebanyak 39 RUU. Dengan demikian, berarti DPR baru menyelesaikan 7,7 persen prolegnas prioritas.
Prolegnas DPR 2014-2019 totalnya berjumlah 160. Berarti DPR baru menyelesaikan 1,875 persen prolegnas.

PENGHASILAN PRESIDEN RI

Hak Keuangan Presiden dan Wakil Presiden RI diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1978. Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1978, Gaji Pokok Presiden adalah 6 kali gaji pokok tertinggi Pejabat Negara Republik Indonesia selain Presiden dan Wakil Presiden.
Dengan demikian, dapat dihitung, besarnya Gaji Pokok Presiden RI per bulan = 6 x Rp5.040.000,- = Rp30.240.000,-

Berdasarkan Keppres Nomor 68 Tahun 2001, besarnya Tunjangan Jabatan untuk Presiden RI sebesar Rp 32.500.000,- per bulan. Setelah ditotal dengan gaji pokok, didapatlah penghasilan sebesar Rp 62.740.000 per bulan atau “hanya” Rp. 752.880.000 per tahun (masih kalah dengan penghasilan DPR RI yang hampir mencapai Rp 1.000.000.000 (1 milyar) per tahun.

PRESTASI PRESIDEN RI

Dalam 3 tahun masa jabatannya Jokowi telah melakukan banyak prestasi dan terobosan yang luar biasa terutama dalam hal pembangunan infrastruktur. Berikut ini adalah 47 Prestasi Kepemimpinan Presiden Jokowi :

1. Membubarkan PETRAL yang bisa menghemat anggaran sebesar Rp.250.miliar/hari
2. Mencabut subsidi BBM , sehingga dananya dapat digunakan untuk berbagai hal yang produktif
3. Meresmikan pembuatan jalan toll Trans Sumatera tahap I dari Lampung-Palembang-Indralaya
4. Meresmikan dimulainya pembangunan PLTU Batang, Jawa Tengah dengan Kapasitas 2.000.MW yang mangkrak selama empat tahun.
5. Dimulainya pengairan Waduk Jatigede, Sumedang yg berfungsi untuk mengendalikan banjir di Indramayu , pengairan sawah sawah di Jawa Barat serta pembangunan PLTA dgn kapasitas 110.MW
6. Pada Tanggal 09-09-15, dimulainya pembangunan jalur LRT jurusan Cibubur-Cawang dan Bekasi Timur-Cawang (info: Kemen PUPR)
7. Pada Tanggal 21-09-15, peresmian dioperasikan nya Bor Raksasa untuk membuat terowongan dalam tanah guna jalur MRT trayek Lebak Bulus-KebayoranBaru-Senayan-Bundaran Hotel Indonesia
8. Pemerintahan Jokowi menggelontorkan dana sebesar Rp.16.triliun untuk membangun infrastruktur di perbatasan Kalimantan dari Kalimantan Utara sampai Kalimantan Barat
9. Pembangunan Pelabuhan Laut Dalam di Papua : Sorong, Manokwari, Jayapura dan Merauke , serta infrastruktur pembuatan jalan yg menghubungkan kota kota di Papua.
10. Perusahaan Saudi Arabia ARAMCO akan membangun Kilang Minyak serta Storage BBM di Indonesia senilai Rp.140.triliun yg selama ini pembangunan Kilang Minyak tidak pernah terwujud sejak era Soeharto
11. Dengan beroperasinya pada bln Nopember 2015 ini unit RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) di Cilacap Jateng dan Kilang TPPI di Tuban Jatim, maka Import BBM Premium bisa berkurang 30% atau Negara bisa hemat Rp.150.M/hari, atau setara dgn 100.ribu Barrel per hari
12. Kasus Lumpur Lapindo yg selama 8 tahun tidak selesai di era SBY, oleh Jokowi hanya dalam kurun waktu 8 bulan rampung ganti rugi semuanya diterima warga Sidoardjo
13. Komite Explorasi Nasional (KEN) yang dibentuk pemerintah Jokowi pada tgl.12-Juni-2015 telah menemukan cadangan Minyak dan Gas di Indonesia Timur sebesar 5.2 miliar barrell untuk Minyak sebanyak 2.7.miliar barrel dan untuk Gas14 TCF Gas
14. Pemerintah targetkan pekerjaan Tol Trans Papua dirancang sepanjang 4.320.Km (Sorong-Manokwari-Wamena-Jayapura-Merauke) (Timika-Oksibil) tersambung pada tahun 2018 ( info : Men PUPR Berita Satu TV-14.10.15 )
15. Satu tahun Jokowi memimpin sudah membuat jalan Tol sepanjang 132.35 Km
16. Izin investasi untuk para investor yg ingin menanamkan modalnya di Indonesia di era SBY harus menunggu sampai 2 tahun (536.hari) Tetapi di era Jokowi urus Izin Investasi cukup dengan 3 jam
17. Presiden Jokowi mengeluarkan Perpres No.115 tahun 2015 untuk Kementrian KP yg isinya tidak perlu ke Pengadilan lagi jika Satgas Illegal Fishing menangkap Kapal Asing Pencuri Ikan bisa langsung tenggelamkan
18. Dalam kurun waktu 9 bulan Jokowi bisa membayar sebagian hutang warisan peninggalan SBY sebesar Rp.293.triliun
19. Sejarah baru Indonesia, dalam waktu 9 bulan Investasi masuk Rp.400 triliun, Jokowi memang ber keinginan kuat untuk membuat Indonesia sejahtera
20. Mulai beroperasinya 6 rute Tol Laut Jokowi dari Tanjung Priok – Papua. Tanjung Priok – Natuna. Tanjung Perak – ke seluruh pelabuhan di NTT dan seluruh pelabuhan di Maluku serta seluruh pelabuhan di Papua dan Papua Barat
21. Dalam satu tahun pemerintahan Jokowi sedang proses pekerjaan pembangunan 15 Bandara baru di wilayah terluar Indonesia, diantaranya Bandara di Miangas, Manokwari, Berau, Tual, Palu, Maumere, Tarakan, Aceh Tengah, Wakatobi , dll
22. Pemerintahan Jokowi selama satu tahun dapat menurunkan Import Premium sebesar 37.% dari semula 378.5.ribu BPH turun jadi 236.ribu BPH. Begitu juga dengan Solar import nya turun sebesar 84.% dari semula sejumlah 121.3 ribu BPH turun menjadi 20 ribu BPH
23. Setelah 40 tahun Presiden Italia tdk ke Indonesia datang menemui Presiden Jokowi Tanggal.9-11-15 untuk menandatangani MOU investasi sebesar USD 1,055 M atau setara dengan Rp.140 triliun dalam bidang Logistik, Industri Kulit, Industri Otomotif dan Furniture
24. Presiden Jokowi meresmikan pabrik Pupuk terbesar di Asia Tenggara Pupuk Kaltim 5 Bontang dengan kapasitas produksi Ammonia 825.000 Ton per tahun dan produksi Urea 1.155.000 Ton per tahun, serta dimulainya pembuatan jalur Kereta Api Trans Borneo
25. Keputusan besar telah diambil Presiden Jokowi, yaitu tidak lagi memperpanjang kontrak Freeport yang telah 45 tahun menggali Emas di Papua.
26. Jokowi Tanggal 25.11.2015 meresmikan pembuatan jalur rel kereta cepat Makassar-Pare Pare, diharapkan tahun 2019 sudah bisa beroperasi Kereta Api Trans Sulawesi dari Manado ke Makassar
27. Ground breaking pembangunan jalur Kereta Cepat, Jakarta-Bandung di Walini, Bandung Barat
28. Program pembangunan 1 juta rumah untuk rakyat, akhir Januari 2016 sudah terbangun 700 ribu unit rumah
29. PLN mulai bln Februari 2016 menurunkan lagi tarif Listrik dgn daya dari 450 va, 900 va, 1300 va, 2200 va dan 4400 va
30. Kapal khusus angkut Sapi Camara Nusantara I, berhasil angkut 500 ekor Sapi ke Jakarta dari NTT & NTB, diusahakan setiap bln bisa angkut 1.000 ekor sapi
31. Sejak 50 tahun lalu Warga Sulawesi Utara dan Gorontalo kekurangan Listrik, sekarang sudah bisa merasakan aliran listrik selama 24 jam mulai Januari 2016 karena PLTG Apung yg dikirim Jokowi bln Desember 2015 sudah berfungsi full berdaya 120 MW.
32. Sebanyak 2.519 Desa di Indonesia Timur akan mendapatkan aliran Listrik di tahun 2016 – info : Kemen ESDM 18-12-2016
33. Hari ini sebanyak 3.898 rumah tangga di Sorong telah bisa menikmati Gas Alam untuk memasak.
34. Presiden Jokowi programkan dari tahun 2014-2019 akan membangun 49 waduk di seluruh Indonesia untuk mengairi persawahan, tahun 2015 sedang dikerjakan 13 Waduk dan tahun 2016 sedang dikerjakan 8 waduk
35. Waduk yang sedang dikerjakan sejak tahun 2015 : Waduk Raknamo-Kupang. Waduk Pidekso-Wonogiri. Waduk Logung-Kudus. Waduk Lolak-Boolang Mongondow. Waduk Kruereto-Aceh. Waduk Passaloreng-Wajo, Waduk Tanju-Dompu NTB, Waduk Bintang Bano-Sumbawa Barat, Waduk Mila-Dompu NTB, Waduk Kairan-Lebak, Waduk Tapin-Tapin Kalsel, Waduk Rotiklot-Belu NTT, Waduk Telaga Jawa-Karang Asem Bali.
36. Waduk yang mulai dikerjakan tahun 2016   : Waduk Rukoh-Aceh, Waduk Sukoharjo-Lampung, Waduk Kuwil Kawangkoan-Sulut, Waduk Ladongi-Sulawesi Tenggara, Waduk Ciawi-Jawa Barat, Waduk Sukamahi-Jawa Barat, Waduk Leuwikeris-Jawa Barat, Waduk Cipanas-Jawa Barat.
37. Presiden Jokowi Ground Breaking Pembangunan MPP di Kab.Bangka untuk pembangkit Listrik dgn daya 350 MW guna kebutuhan Regional Sumatera – Yaitu : Bangka-Belitung-Lampung-Nias-Duri Riau-Medan. Tanggal.01-06-2016
38. Presiden Jokowi meresmikan PLTMG Arun dengan daya listrik 184 MW untuk kebutuhan warga Lhokseumawe. Tanggal.02-06-16
39. Presiden Jokowi Ground Breaking Pembangunan Mobile PP 4×25.MW di Kab.Mempawah, Kalbar Tgl.02-06-16
40. Melalui video konferensi Presiden Jokowi meresmikan beroperasinya PLTU Ketapang dengan daya 20 MW. Tanggal 02-06-16
41. Presiden Jokowi meresmikan beroperasinya PLTG Paguat Pohuwato di Gorontalo dengan daya 100 MW. Tanggal :03-06-16
42. Presiden Jokowi ground breaking pembangunan PLTU unit IV Lontar di Kronjo Banten dgn daya 1×315 MW. Tanggal 10-06-16
43. Presiden Jokowi meresmikan pembangunan MPP Jeranjang PLTG berdaya 2×25 MW di Gerung Lombok Barat NTB. Tanggal.11-06-16
44. Jokowi menambah Terminal 3 Bandara Soetta Ultimate International yg bisa angkut penumpang 25 juta orang mengungguli Bandara Changi Singapore
45. Setelah Indonesia merdeka 71 thn baru di era Jokowi warga perbatasan di Krayan Nunukan bisa beli Solar Pertamina dengan subsidi khusus seharga Rp 5.150,- per liter
46. Warga Sungai Mandau, Kab. Siak selama 71 tahun baru saat ini menikmati aliran Listrik
47. Warga Kab.Puncak Jaya Papua selama 71 tahun di era Jokowi ini dibangun SPBU pertama dengan harga Premium yang semula Rp 50 ribu, bisa turun ke Rp.6.500 per Liter

TINGKAT KEPUASAN PUBLIK

Saat ini publik memiliki tingkat kepuasan yang cukup tinggi terhadap Presiden dan tingkat kepercayaan yang rendah terhadap kinerja DPR. Lembaga survei Polling Centre bekerja sama dengan Indonesia Corruption Watch (ICW), melakukan survei antikorupsi 2017. Salah satu temuan survei adalah Presiden (dan juga KPK) merupakan lembaga yang paling dipercaya publik sedangkan DPR dan Partai Politik menempati posisi terbawah dalam hal tingkat kepercayaan publik. Tingkat kepercayaan publik terhadap Presiden adalah sebesar 86% sedang tingkat kepercayaan publik terhadap Partai Politik hanya sebesar 35%.

Hasil survei Indikator juga menunjukkan masyarakat puas dengan kinerja pemerintahan Jokowi-JK. Dari 1.220 responden, sebanyak 68,3 % menyatakan puas. Peneliti Indikator Burhanuddin Muhtadi menyebutkan, tingkat kepuasan menanjak konsisten dalam satu tahun terakhir sejak Maret 2016. Burhanuddin menilai jumlah itu didasari kerja pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Tingkat kepuasan itu berasal dari membangun jalan umum sebanyak 72 %, perbaikan layanan kesehatan terjangkau sebanyak 65 %, pembangunan sarana transportasi umum sebanyak 60 % dan pembangunan jalan tol luar Jawa sebanyak 56 %.

*KESIMPULAN:*

*DPR yang berjumlah 560 orang dengan penghasilan rata-rata Rp. 1 milyar per orang per tahun ternyata sangat miskin dan minim prestasi dan baru  menyelesaikan 7,7 % saja dari tugas dan target mereka dalam 3 tahun masa kerja ini. Sebagian dari mereka justru lebih fokus untuk nynyir, mengkritik dan menyerang pemerintah daripada melakukan kerja nyata yang bermanfaat bagi rakyat dan negara.*

*Sedangkan Presiden yang hanya berjumlah 1 orang dengan penghasilan Rp 62.740.000 per bulan tapi mampu melakukan banyak prestasi dan pekerjaan besar bagi bangsa dan negara ini. Sebagai rakyat silakan Anda menilai sendiri siapakah yang lebih layak digaji dengan uang rakyat (yang juga berarti adalah uang Anda) untuk melakukan pekerjaannya....*

Pasukan kecebong garis keras, viralkan. Biar makin banyak orang yang melèk dan kembali kewarasannya....

*Salam Waras*

USA Down due to Trump

*US and China : two contrasting leadership for Asia**US and China : two contrasting leadership for Asia*
By : *Dr. Dino Patti Djalal*
(This op-ed was published in The Jakarta Post, 13 November 2017)

As United States President Donald Trump makes his way across Asia, he will see lots of smiling faces from Asian leaders and citizens who, unlike his domestic constituents, find him somewhat amusing.

Actually, Trump should pay attention to an important perceptual shift in Asia. A recent poll by Perth USAsia Center showed that most respondents in Indonesia, Japan, South Korea, Australia, India for the first time see China as the most influential country in Asia, overtaking the US. Most respondents in those countries also believe China will remain the most influential country for the next decade, again overtaking the US. The Presidency of Trump was a relevant factor in this.

The poll results reflect the evolving views held by Asians towards the US and China.

When Asians see the US and China, they don't just see two great powers locked in strategic rivalry: they also now see a picture of two sharply contrasting images of leadership. 

While President Trump puts emphasis on "America first" and is determined to make America "win, win, win", President Xi Jin Ping stresses the theme of "common destiny" and "shared prosperity".

While Trump blames globalization for America's ills, Xi said in Davos that China's embrace of globalization had been "the right strategic choice" and called for "global free trade and investment".

While Trump pulls the US out of Paris climate pact, Xi is positioning China as the world's new climate champion.

Trump has also ditched Obama's "rebalance" to Asia policy but so far has fallen short of providing a credible Asia policy of his own. On the other hand, Xi has consistently pursued the Belt and Road Initiative since 2013, a grand design which if implemented would become "the largest infrastructure project in history" and cement China's regional leadership.

And while Trump tweets everyday about things including foreign policy which petrifies his own administration, Xi  .. well, lets just say he does not even have a twitter account.

This is peculiar territory for Asians. For decades, and for generations, Asians had been accustomed to US Presidents who -- despite their shortcomings -- talked and acted statesmanlike.

Under President Trump, the US image in Asia has shifted from reliability to unpredictability, from generous giver to intended taker, from leadership to selfishness. Trump's "me, me, me" foreign policy is seen as inconsistent with America's long-standing leadership in the region.

Indeed, it is still not clear in which key area in Asia does President Trump intend to lead: regional architecture? Democracy and human rights? Infrastructure? Trade and investment? North Korea? Religious freedom?

President Trump's strategic disorientation leaves more space for China to assume a more assertive role.

Compared to President Trump, President Xi looks more steady, visionary and dependable. Yes, there is the contentious South China Sea issue, but for the time being this does seem to be blocking China's relations with its neighbors.

Despite Xi's stiff demeanor, clearly some Asians are beginning to develop greater comfort level with China compared to the US.

My American friends tell me to not judge America by the President but by the people. I totally agree. However, the reality is that the peoples of the world tend to see -- and judge -- America by what they see in the American President.

This is why JFK remains loved in much of the world, and why President George W. Bush is wildly popular in Africa. For the global citizens on the streets, the US President is the embodiment of America.

All my life I have heard theories about American decline -- especially in the 1970's and the 1980's. I never believed it.

But this is the first time that I fear American decline may be happening. This "soft" decline would not be caused by military or economic factors, but due to the erosion of US leadership and political capital in parts of the world.

This being said, Asians are still counting on active US engagement and leadership.

Millions of Asians -- including its formal and informal leaders, including me -- have lived and studied in the US and are fond of America. They see the US not just as a superpower but as the most consequential country in the world -- a country with a rich history, enormous resources and can doism to shape the course of the world.

Most Asians are also pragmatic -- they do not care much who occupies the White House so long as they can work with that President.

And while most Asian countries (including Indonesia) have strong ties to China, for a variety of reasons they also want to stay close to the US. Most of all, Asians want the US and China to get along and avoid confrontation.

The good thing about President Trump's first Asia tour is the low expectations surrounding it -- from fellow Asian leaders and from the American people.

While he has met a few Asian leaders bilaterally at the White House, this Asia trip is important to show that President Trump can perform well in a forum with scores of Asian leaders around the table.

He will learn that respect from fellow leaders cannot be forced-- it must be earned. As with any new kid on the block, President Trump is also well advised to do more listening than talking in the East Asia Summit and Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) retreat.

After all, in Asian cultures, humility is part of leadership.

* The writer is founder of Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) and former Indonesia's Ambassador to the US (2010-2013). Send comments to dinodjalal@gmail.com
By : *Dr. Dino Patti Djalal*
(This op-ed was published in The Jakarta Post, 13 November 2017)

As United States President Donald Trump makes his way across Asia, he will see lots of smiling faces from Asian leaders and citizens who, unlike his domestic constituents, find him somewhat amusing.

Actually, Trump should pay attention to an important perceptual shift in Asia. A recent poll by Perth USAsia Center showed that most respondents in Indonesia, Japan, South Korea, Australia, India for the first time see China as the most influential country in Asia, overtaking the US. Most respondents in those countries also believe China will remain the most influential country for the next decade, again overtaking the US. The Presidency of Trump was a relevant factor in this.

The poll results reflect the evolving views held by Asians towards the US and China.

When Asians see the US and China, they don't just see two great powers locked in strategic rivalry: they also now see a picture of two sharply contrasting images of leadership. 

While President Trump puts emphasis on "America first" and is determined to make America "win, win, win", President Xi Jin Ping stresses the theme of "common destiny" and "shared prosperity".

While Trump blames globalization for America's ills, Xi said in Davos that China's embrace of globalization had been "the right strategic choice" and called for "global free trade and investment".

While Trump pulls the US out of Paris climate pact, Xi is positioning China as the world's new climate champion.

Trump has also ditched Obama's "rebalance" to Asia policy but so far has fallen short of providing a credible Asia policy of his own. On the other hand, Xi has consistently pursued the Belt and Road Initiative since 2013, a grand design which if implemented would become "the largest infrastructure project in history" and cement China's regional leadership.

And while Trump tweets everyday about things including foreign policy which petrifies his own administration, Xi  .. well, lets just say he does not even have a twitter account.

This is peculiar territory for Asians. For decades, and for generations, Asians had been accustomed to US Presidents who -- despite their shortcomings -- talked and acted statesmanlike.

Under President Trump, the US image in Asia has shifted from reliability to unpredictability, from generous giver to intended taker, from leadership to selfishness. Trump's "me, me, me" foreign policy is seen as inconsistent with America's long-standing leadership in the region.

Indeed, it is still not clear in which key area in Asia does President Trump intend to lead: regional architecture? Democracy and human rights? Infrastructure? Trade and investment? North Korea? Religious freedom?

President Trump's strategic disorientation leaves more space for China to assume a more assertive role.

Compared to President Trump, President Xi looks more steady, visionary and dependable. Yes, there is the contentious South China Sea issue, but for the time being this does seem to be blocking China's relations with its neighbors.

Despite Xi's stiff demeanor, clearly some Asians are beginning to develop greater comfort level with China compared to the US.

My American friends tell me to not judge America by the President but by the people. I totally agree. However, the reality is that the peoples of the world tend to see -- and judge -- America by what they see in the American President.

This is why JFK remains loved in much of the world, and why President George W. Bush is wildly popular in Africa. For the global citizens on the streets, the US President is the embodiment of America.

All my life I have heard theories about American decline -- especially in the 1970's and the 1980's. I never believed it.

But this is the first time that I fear American decline may be happening. This "soft" decline would not be caused by military or economic factors, but due to the erosion of US leadership and political capital in parts of the world.

This being said, Asians are still counting on active US engagement and leadership.

Millions of Asians -- including its formal and informal leaders, including me -- have lived and studied in the US and are fond of America. They see the US not just as a superpower but as the most consequential country in the world -- a country with a rich history, enormous resources and can doism to shape the course of the world.

Most Asians are also pragmatic -- they do not care much who occupies the White House so long as they can work with that President.

And while most Asian countries (including Indonesia) have strong ties to China, for a variety of reasons they also want to stay close to the US. Most of all, Asians want the US and China to get along and avoid confrontation.

The good thing about President Trump's first Asia tour is the low expectations surrounding it -- from fellow Asian leaders and from the American people.

While he has met a few Asian leaders bilaterally at the White House, this Asia trip is important to show that President Trump can perform well in a forum with scores of Asian leaders around the table.

He will learn that respect from fellow leaders cannot be forced-- it must be earned. As with any new kid on the block, President Trump is also well advised to do more listening than talking in the East Asia Summit and Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) retreat.

After all, in Asian cultures, humility is part of leadership.

* The writer is founder of Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) and former Indonesia's Ambassador to the US (2010-2013). Send comments to dinodjalal@gmail.com

Minggu, 12 November 2017

8 Kebiasaan Sederhana dari Orang Super Kaya

http://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/21/074307226/8-pelajaran-hidup-sederhana-dari-orang-orang-super-kaya-dunia

Di era media sosial di mana banyak orang seolah berlomba memamerkan segala hal, para super kaya ini justru menjalankan gaya hidup yang tetap sederhana, hemat dan efisien.

Orang Terkaya Dunia memilih fokus pada apa hal-hal yang lebih penting dalam hidup, ketimbang menghabiskan waktu dan uang mengurusi penampilan dan hal-hal tersier lain.

Bisa jadi, itulah rahasia mengapa mereka bisa mencapai kemakmuran hingga di tingkat luar biasa.

Inilah 8 pelajaran yang bisa kita pelajari dari gaya hidup sederhana orang-orang super kaya dunia, yang disarikan dari berbagai sumber:

1.Mereka hidup di bawah kemampuan

Warren Buffet punya uang lebih dari 68,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 919,35 triliun. Dengan uang sebanyak itu, Buffet sebenarnya mampu membeli rumah dengan harga fantastis yang dia inginkan.

Tapi, kenyataannya, Buffet sudah cukup nyaman tinggal di rumah lama yang dia beli tahun 1958 seharga 31.500 dollar AS sampai saat ini.

Hal yang serupa ditunjukkan oleh Mark Zuckerberg yang memiliki kekayaan 51,5 miliar dollar AS.

Kekayaan sebanyak itu memungkinkan pemilik Facebook ini membeli mobil mewah berharga jutaan bahkan miliaran dollar.

Namun, Zuckerberg sudah cukup nyaman mengendarai mobil Volkswagen Black Acura TSX seharga 30.000 dollar AS.

2.Mereka tidak mendewakan penampilan

Bila Anda perhatikan, orang-orang super kaya yang jenius itu justru tidak pernah terlalu peduli dengan penampilan luar mereka.

Lihat saja penampilan Steve Jobs dengan T-shirt hitam kemana-mana. Juga Zuckerberg yang nyaman saja dengan kaos oblong berwarna abu-abu dan celana jeans.

Mereka memilih strategi seefisien mungkin terutama untuk hal-hal yang kurang mendasar seperti “pakaian apa yang perlu dikenakan hari ini”.

Dengan menghemat waktu dan energi memikirkan hal-hal kurang penting, orang-orang superkaya ini bisa memaksimalkan energi dan waktu mereka untuk memikirkan hal lebih penting seperti pengembangan bisnis.

Selain itu, berpenampilan sederhana juga menghindarkan mereka dari langkah pemborosan uang untuk penampilan.

3.Mereka senang beramal

Para orang superkaya dunia senang beramal. Bill Gates, pendiri dan pemilik Microsoft dan tercatat sebagai orang paling kaya sedunia, sudah dikenal sebagai pribadi yang suka sekali beramal.

Tahun 2017 ini, Bill Gates menyumbangkan sekitar 4,6 juta dollar AS untuk kegiatan kemanusiaan. Nilai donasi itu adalah yang terbesar yang dikeluarkan oleh Gates dalam 17 tahun terakhir.

Bill Gates memberi pelajaran penting tentang menjadi kaya: mereka yang benar-benar kaya adalah mereka yang senang memberi. Sejauh ini, Bill Gates mencatat kekayaan senilai 90 miliar dollar AS atau Rp 1.200-an triliun.

Bukan hanya Bill Gates yang senang beramal. Orang superkaya lain seperti Buffet, George Soros, sampai Chuck Feeney, pendiri Duty Free Shops, juga dikenal sebagai pesohor kaya raya yang senang berbagi pada sesama.

4.Mereka membawa bekal makan siang

Anda pasti sudah sering membaca betapa besar nilai penghematan hanya dari kebiasaan membawa bekal makan siang dari rumah?

Membawa bekal makan siang dari rumah bukan cuma membantu Anda lebih hemat uang jajan, tapi juga bisa menghemat waktu Anda dari kebingungan mencari tempat makan yang tepat saat jam makan siang tiba.

Anda bisa lebih fokus memakai waktu tersebut untuk melakukan hal lain yang lebih penting.

Charlie Ergen, pemilik Dish Network, yang memiliki kekayaan bersih 14,4 miliar dollar AS, sampai hari ini masih rajin membawa bekal makan siang dari rumah berisi sandwich dan minuman ringan setiap berangkat ke kantor.

Bukan cuma itu, Ergen juga berbagi kamar dengan kolega kerja ketika tengah berdinas ke luar kota.

5.Mereka tidak manja

Banyak kalangan yang baru kaya sudah merasa berhak atas kenyamanan tingkat tinggi. Misalnya, membawa mobil pribadi kemana-mana walau terhadang macet yang sering tidak masuk akal.

Ingvar Kampard, pendiri IKEA, yang memiliki kekayaan bersih 39,3 miliar dollar AS, sampai hari ini masih nyaman-nyaman saja memakai transportasi umum kemana-mana.

Sebagai salah satu orang terkaya di dunia, Kampard tidak merasa harus mengubah gaya hidupnya menjadi serba wah.

Kampard masih senang bepergian menumpang pesawat kelas ekonomi dan makan siang di kafetaria bersama karyawan-karyawannya dan naik bus kemana-mana.

6.Mereka pendukung hidup hemat energi

Para orang super kaya selalu menyukai konsep hidup efisien dan hemat energi. Salah satu orang taipan terkenal asal India, Azem Premji .

Premji yang memiliki Wipro Ltd dan kekayaan bersih 16,6 miliar dollar AS, rajin mengingatkan para karyawannya agar tidak lupa mematikan lampu setelah selesai dipakai.

Premji juga asyik-asyik saja kemana-mana menumpangi pesawat kelas ekonomi dan menyetir mobil bekas.

7.Mereka selalu membayar lunas utang kartu kredit

Para super kaya jarang membawa uang tunai dalam jumlah besar. Mengutip Bussiness Insider, para orang super kaya lebih nyaman membawa uang tunai seperlunya sesuai dengan kebutuhan.

Mereka juga pengguna kartu kredit yang cerdas dengan selalu membayar penuh tagihan kartu kredit supaya tidak perlu membayar bunga kart kredit yang mahal.

Para orang super kaya ini selalu menerapkan strategi yang jeli dalam mengelola uang mereka supaya bisa mereka gunakan seoptimal mungkin.

8.Mereka rendah hati

Ada ungkapan, orang kaya baru biasanya yang lebih “ngotot” menunjukkan kekayaan mereka. Didukung oleh media sosial, para OKB ini tidak sungkan memamerkan segala hal yang mereka anggap sebagai penanda status sosial dan kekayaan yang mereka miliki.

Nah, bagaimana dengan mereka yang memang sungguh-sungguh kaya? Kebanyakan orang yang super kaya, justru enggan memamerkan kekayaan mereka. Para taipan yang super kaya justru lebih sering bersikap rendah hati.

Contohlah pendiri Zara, Amancio Ortega yang tercatat sebagai orang terkaya nomer tiga di dunia dengan kekayaan 82,3 miliar dollar AS.

Memiliki kekayaan berlimpah tidak mengubah gaya hidup Ortega menjadi super wah. Dia tidak segan bergabung dengan para karyawannya di kantor pusat Zara untuk makan siang di kafetaria.

Penampilan Ortega juga sederhana dengan memakai blazer biru, kemeja putih dan celana abu-abu. Walau memiliki jet pribadi seharga 45 juta dollar AS, Ortega jarang memakainya karena waktunya sudah habis untuk bekerja.

   
©2017 PT. Kompas Cyber Media

Sabtu, 11 November 2017

TIPE THINKER ATAU ACTION TAKER? oleh Budiman Hakim

KAMU TIPE THINKER ATAU TIPE EKSEKUTOR?

“Mau bikin bisnis tapi yang gak ada risiko rugi sama sekali, apa ya?” tanya Adi pada aji di ruang makan, di sebuah kantor periklanan..

Lo cari aja barang-barang unik di kota-kota kecil trus lo jual online pake Instagram. Setiap kali ada order yang melalui elo, minta bagian 30% dari ownernya,” sahut Aji.

“Wah, jenius lo! Yuk kita bikin bareng-bareng?”

“Yuk! Kita berkoaborasi, ya?” kata Aji sambil ngajakin toss.

TOSS! Tepukan sebuah kesepakatan pun terjadi.

Besoknya kedua sahabat ini makan bareng lagi dan kali ini Aji yang bertanya, “Bini gue pengen nyoba bisnis catering tapi ternyata modalnya gede juga, ya?”

Bisa disiasati, kok. Fotoin masakan yang udah dia masak trus tarok di Instagram beserta harga-harganya,” jawab Adi.

“Modalnya?” tanya Aji belom nangkep maksud temannya.

“Gak usah pake modal. Lo bikin bisnisnya pake sistem on demand. Jadi bini lo cuma masak setiap kali ada orang yang order.”

“Deliverynya?”

“Kerja sama dong sama Gojek. Ongkos antaran, bebankan juga pada Si pengorder.”

“Wah, keren tuh. Toss?” kata Adi.

TOSS! Sekali lagi kedua tangan ditepukkan sebagai tanda bahwa ide brilyan sudah ditemukan sebagai solusi.

Besoknya kedua orang itu diskusi lagi dan ngide lagi. Besoknya lagi diskusi dan ngide lagi, begitu seterusnya. Tapi hanya terbatas pada omongan doang. Idenya sih keren-keren namun gak ada satupun yang dieksekusi. Sayang banget, kan?

Sebetulnya, apa yang terjadi pada kedua sahabat di atas? Apakah kalian juga mempunyai kawan seperti itu? Atau jangan-jangan kita sendiri juga termasuk dalam kategori tersebut.

Aji dan Adi keduanya adalah tipe thinker. Mereka seneng berpikir dan mencari ide tapi sayangnya mereka bukan tipe eksekutor sehingga tinggallah ide terlunta-lunta tanpa majikan.

Secara garis besar memang manusia dapat dibagi dalam dua kategori. Tipe thinker dan tipe eksekutor. Kalo tipe eksekutor biasanya cenderung gak bisa diem. Mereka senantiasa aktif dan selalu terlihat sedang melakukan kegiatan. Pokoknya ada aja yang dikerjakan oleh tipe eksekutor. Sayangnya, karena bukan tipe thinker, mereka jarang dapet ide. Bagusnya adalah setiap kali dapet ide langsung dieksekusi dan beres.

Manusia kedua kategori ini masing-masing ada plus dan minusnya. Yang tipe thinker keliatan pinter, idenya banyak tapi gak ada yang dieksekusi. Sementara tipe eksekutor minimal mempunyai hasil dari apa yang dikerjakannya meskipun mungkin idenya biasa-biasa aja. Jadi enaknya gimana dong?

Yang paling OK adalah kalo tipe thinker berpartner dengan tipe eksekutor. Keduanya bisa bekerja sama saling mengisi sehingga hasilnya pasti akan mengagumkan. Ide banyak dan keren-keren dan semuanya tereksekusi dengan baik. Kalo itu yang terjadi, insya Allah pintu kesuksesan akan terbentang di depan mata.

Jadi kembali pada pertanyaan di atas; kalian tipe thinker atau eksekutor?

BERSIAP TAHUN 2018 YANG TIDAK MUDAH

*Selamat Datang Krisis 2018*

Tahun 2018 adalah tahun yang tidak mudah, bukan saja kehadiran lawan-lawan yang tidak terlihat (Silent Competitor) yang langsung menerebos ke rumah konsumen tanpa melalui jalur konvensional (conventional distribution channel), tetapi melalui ONLINE.

Smartphone jalur digital/ONLINE memungkinkan produk menerebos langsung dihadapan customer, berbiaya murah (lebih efisien) dan tidak terlihat oleh pesaing.

Tantangan Disruption ini memang tak terelakkan, industri lama, para incumbent yang tak mau berubah langsung kena dampak.

Online telah membuat semua produk kehilangan jarak, dunia tanpa jarak, tanpa perantara manusia, produsen dan konsumen semakin dekat, barang-barang dari luar negeri pun bisa menyelinap hadir di tangan kita dengan mudah.

Inilah market baru (disruptive market) yang lebih efisien, sederhana dan tentunya murah (biaya distribusi/marketing lebih efisien).

Disruption ini telah membuat retail besar atau incumbent  bertumbangan atau mengatur kembali strategi mereka (Matahari, Ramayana, Debenhams, Lotus, CROCs, Blue Bird, dll).

Regulator atau pemerintah bingung bersikap mau membiarkan ini terjadi atau memproteksi pemain lama, semua jadi serba salah, karena disruption memang tak terelakkan. 

Pemain lama (incumbent) bingung karena perubahan yang begitu cepat, bahkan sulit merespon karena terbelit persolan internal yang tidak mau berubah (Giant Sleep).

Khusus bagi kalangan business, bukan hanya disruption (perubahan yang mengganggu) tetapi Tahun 2018 akan membawa busines seperti roller coaster (naik turun atau volatility) yang tajam.

Menghadapi masa liburan Lebaran ditambah rangkaian event yang akan memancing market slow down.

Banyaknya Hari Libur Tahun 2018 akan diawali dengan Liburan Natal dan Tahun baru yang membuat efektifitas pekerjaan baru benar-benar mulai di pertengahan Januari 2018 dimana target baru di-setting dan budget baru di approve, yang pasti penjualan belum mengangkat.

Baru liburan panjang, eh! Sudah  akan di sambut dengan Liburan Imlek (Chinese New Year) pada pertengahan Februari.  

Penjualan baru akan jalan efektif setelah minggu ke-3 Februari 2018 hingga sampai awal bulan puasa di Mei 2018 (3 bulan saja), yang akan terus flat/no special karena efektifitas di bulan Mei sampai Juni (Ramadhan mood) yang pasti datar saja (kecuali kuliner).

Apalagi ditambah liburan bersama Lebaran 14 s/d 20 Juni 2018, yang kemudian dilanjutkan dengan BBN alias Bulan Begadang National, karena adanya FIFA World Cup yang berlangung dari 14 Juni sd 15 Juli 18 (satu bulan penuh).

Rasa kantuk dan lemas akan melanda para karyawan sementara market belum pulih benar ditambah dengan heboh PILKADA Serentak di 171 kota/daerah di Indonesia pada tanggal 27 Juni 2018.

Yang pasti ditambah dengan drama kampanye antar partai yg akan menghangatkan suasana, khususnya di sosial media dan news online.

Selesai Pilkada dan Piala Dunia Sepak Bola, kita kembali di sambut oleh event Asia terbesar yaitu Asian Games ke-18 pada tanggal 27 Agustus sd 3 September 2018. 

Jika kurang oke penyelenggaraannya atau hasil pencapaian tim Indonesia-nya akan berimbas pada situasi  sosial media dan keamanan, karena semua akan terasa atau berbau "PILPRES", Pokoknya bisa berpotensi ramai di sosial media.

Oktober akan diwarnai Geopolitik dimana ada sidang IMF and World Bank di Bali 8-14 Oktober dan dibarengi dengan Date Line Brexit (UK akan keluar dari UE) secara kasat mata akan berpengaruh terhadap situasi moneter Indonesia.

November dan Desember 2018 mulai semakin panas suhunya dengan gembar-gembor Capres dan Cawapres serta persiapan PILPRES 2019.

Disini pasti akan kembali terjadi perang kampanye (termasuk Black Campaign) dll.

Di tahun 2018, ada hal lain yaitu agenda-agenda dibidang ekonomi dan politik Nasional/Internasional yang akan berimbas pada ekonomi dan pasar nasional, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

*Bagaimana kita menghadapi semua ini?*

Motivasi saja Tidak Akan Cukup.
*Yang dibutuhkan adalah Transformasi.*

_Pertama_,  jangan bersikap  (menyangkal) bahwa dunia telah berubah dan tantangan makin berat (perubahan itu pasti).

_Kedua_, Perubahan Mindset dimulai dari diri kita sebagai karyawan maupun pelaku bisnis.

_Ketiga_, Milikilah Growth Mindset, pemikiran yang berkembang, berani berinovasi, mau belajar serta meninggalkan cara lama yang tidak efektif lagi (Iteration).

_Keempat_, Dua Kata yang penting adalah Creative and Innovative (Disruption).

Memang tidak perlu khawatir yang berlebihan karena manusia adalah makhluk yg paling adaptif, manusia selalu punya cara mengatasinya.

Yukkk.. Mulai Berubah, Bersiap Diri....👍👍👍👍

Jumat, 10 November 2017

BEDAH OTAK DISRUPTIVE INNOVATOR

BEDAH OTAK DISRUPTIVE INNOVATOR

Oleh : Lyra Puspa*

Bagaimana jika cara kerja otak seorang Disruptive Innovator kita potret, bedah, dan petakan ? Apa jadinya jika kita dan tim kita mampu memiliki sistem kerja otak yang serupa dengan para Disruptive Innovator ini ?

Itulah tepatnya yang terjadi pada sesi Keynote Panel 2nd Indonesia Human Capital Summit (IHCS) di Ritz Carlton Hotel tepat 10 November 2017 lalu. Di sesi puncak itu saya diminta Farhan, sang moderator, untuk membedah bagaimana mekanisme kerja otak Wishnutama CEO NET Mediatama Televisi.

Selama ini kita senantiasa membedah fenomena Disruption dari kerangka yang digagas guru dan mentor saya di Harvard Business School, Prof. Clay Christensen. Bahwa ke depan persaingan dan pergerakan industri tidak akan lagi linear. Akan terus lahir para Disruptor, yang mengacak-acak industri tanpa batas dengan derajat inovasi yang di luar batas pemikiran standar.

Lalu kita bergegas melahap semua data dan informasi tentang disruption. Sibuk berpikir tentang Disruptive Strategy. Heboh merevitalisasi business model baru agar lebih disruptif. Ini yang saya istilahkan sebagai Macro Approach.

Lalu lupa. Bahwa Disruptive Strategy secanggih apapun adalah hasil dari pemikiran manusia.

Di belakang sebuah Disruptive Strategy senantiasa ada sosok Disruptive Innovator beserta timnya. Disruptive Innovation ala Apple tidak terlepas dari sosok Steve Jobs. Sebagaimana Facebook dan Mark Zuckerberg, Alibaba dan Jack Ma, Amazon dan Jeff Bezzos, Tesla dan Elon Musk, GoJek dan Nadiem Makarim, atau NET. TV dan Wishnutama.

Adalah guru Disruption saya yang lain, Prof. Hal Gregerson dari MIT Sloan School of Management, yang memotret dari perspektif Micro Approach ini. Maka lahirlah lima keterampilan Innovator's DNA, yaitu :
1. Associating,
2. Questioning,
3. Observing,
4. Experimenting, dan
5. Networking.

Namun di balik keterampilan itu, sesungguhnya ada proses tertentu di dalam otak kita. Riset neurosains membuktikan bahwa para inovator berpikir dengan menggunakan jalur sirkuit syaraf yang berbeda dengan orang kebanyakan. Otak mereka juga jauh lebih terampil memproduksi zat kimia syaraf (neurochemical) yang mendorong kreativitas.

Jika kita ingin membangun lebih banyak pemimpin yang mampu berpikir inovatif di jajaran organisasi kita, justru mekanisme otak di balik strategi dan keterampilan Disruptive inilah yang perlu dibangun. Ini yang dibangun Vanaya Coaching Institute sebagai Meta Approach dalam memotret Disruption. Ini yang tidak mudah digantikan oleh artificial intelligence secanggih apapun.

Ada banyak hal yang membedakan kerja otak seorang inovator dari kebanyakan orang. Salah satunya adalah perbedaan pola kebiasaan penggunaan sirkuit otak. Seorang inovator sejati  sangat terlatih dan terampil dalam mengelola harmonisasi 3 sirkuit dalam sistem syaraf pusatnya, yakni
1. Executive Attention Network (sirkuit fokus atensi),
2. Imagination Network (sirkuit imajinasi), dan
3. Salience Network (sirkuit berpikir sintesis).

Artificial intelligence mungkin akan mudah meniru mekanisme kerja Executive Attention Network.

Sirkuit ini adalah jaringan yang kerap kita gunakan dalam menganalisa, merencanakan, menimbang pilihan, dan mengambil keputusan. Program AlphaGo karya Divisi Deep Learning dari Google meniru kerja sirkuit ini dalam algoritmanya. Hasilnya, AlphaGo berhasil menaklukkan pemain Go nomor wahid dunia Lee Sedol. Google berhasil membuktikan bahwa robot bisa mengalahkan manusia.

Tetapi belum tentu robot akan dengan mudah meniru Imagination Network dan Salience Network. Apalagi karena faktor emosi dan perasaan hasil kerja neurochemical dan sistem limbik banyak bermain di kedua jalur sirkuit itu. Ini baru dari jalur sirkuit saja, belum faktor-faktor mekanisme kerja otak yang lain. Inovator tidak berpikir secara mekanis linear. Cara kerja otaknya : beda.

Ketika membedah otak inovatif Wishnutama sang pelopor inovasi dunia pertelevisian, semakin tampak bahwa para inovator ini memiliki pola kerja otak yang berbeda. Beliau memiliki sistem berpikir yang berbeda dalam membaca informasi di balik data, memproses ide inovatif dari potongan-potongan informasi yang diserap, menghubungkan antar informasi dan antar data, membangun cara pandang yang berbeda dari kebanyakan orang, bahkan hingga bagaimana mengkondisikan diri agar "Aha" moment kerap muncul.

Dan menariknya semua dilakukan begitu saja. Tanpa sadar. Tanpa kesengajaan. Sampai-sampai di atas panggung pasca dibedah beliau berbisik pada saya, "Ternyata saya seperti itu ya, mbak Lyra ? Saya aja gak tau lho saya itu bagaimana..."

Memang. Selama ini Disruptive Innovator seakan terlahir karena bakat. Padahal kabar baiknya kemampuan berpikir inovatif bisa dibentuk. Baik secara makro melalui penciptaan iklim dan ekosistem, maupun secara mikro dan meta melalui coaching. Seorang coach yang memahami prinsip-prinsip neurosains akan mampu membantu proses stimulasi dan penguatan jalur-jalur sirkuit inovatif dalam otak Anda.

Tentu butuh proses. Tidak ada yang instan. Karena para inovator ini juga muncul dari tempaan sebuah proses yang panjang. Namun bukan tidak mungkin, karena kini sains telah membuka begitu banyak hal yang tidak kita pahami sebelumnya.

Disuption di depan mata. Tomorrow is today, istilah Prof. Rheinald Kasali. Sains telah membuka banyak peluang bagi kita untuk menjadi lebih inovatif. Maka menciptakan lebih banyak lagi sosok seperti Wishnutama dan Nadiem adalah sangat mungkin.

Keputusan selanjutnya di tangan kita : Siap Berubah atau Punah ?

*Penulis adalah President Vanaya Coaching Institute dan Ketua Umum Asosiasi Sinergi Terapan Neurosains Indonesia (SINTESA)

Tulisan sis @⁨Lyra Puspa⁩ 👍👍👍

Joko Widodo telah Menghitung Segala Resiko

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JOKO WIDODO: SAYA SUDAH MENGHITUNG SEMUA RESIKO

Majalah Tempo
Laporan Utama
Minggu, 5 November 2017

PRESIDEN Joko Widodo lagi-lagi memilih cara tak lazim saat meresmikan proyek infrastruktur. Ia menunggangi Land Rover Defender County lawas untuk menjajal Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu)-yang sempat mangkrak selama 18 tahun-saat peresmian pada Jumat pekan lalu. Sebelumnya, pada Mei lalu, berjaket tebal tanpa rompi antipeluru, Jokowi menggeber sepeda motor trail menyusuri jalan Trans Papua.

Jalan Tol Becakayu dan Trans Papua adalah dua dari puluhan proyek infrastruktur yang pengerjaannya sempat macet dan lantas dituntaskan Presiden Jokowi. Pada tiga tahun pemerintahannya bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla, sejumlah proyek baru juga mulai dibangun meski dikritik karena tak dibekali perencanaan dan studi yang matang. "Kalau tidak dimulai sekarang, ongkosnya akan semakin mahal," kata Jokowi, 56 tahun.

Ia mengatakan kebijakannya yang ekspansif membangun jalan, bendungan, pelabuhan, dan bandar udara semata-mata demi pemerataan, bukan untuk mengail efek elektoral. Menurut dia, daerah pelosok sudah terlalu lama tak menikmati pembangunan. "Kalau mau berhitung imbal balik politik, ya, membangunnya di Pulau Jawa saja," ujarnya.

Untuk mempercepat pembangunan, Jokowi meneken ratusan peraturan dan instruksi presiden. Alokasi anggaran infrastruktur melonjak dari Rp 177 triliun pada 2014 menjadi Rp 387 triliun pada tahun ini.

Jumat pekan lalu, Jokowi menerima wartawan Tempo Arif Zulkifli, Anton Aprianto, Istman Musaharun, dan Raymundus Rikang di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, untuk sebuah wawancara khusus. Nada bicaranya sering meninggi dan berulang kali penanya dibanting ke meja ketika menyatakan tak suka pada proyek yang melulu berorientasi profit. Tanya-jawab sempat terhenti karena Presiden menunaikan salat. "Salat magrib sebentar ya, barusan sudah emosi," kata Jokowi setelah mendiskusikan plus-minus tol laut.

-----
Mengapa Anda memprioritaskan sektor infrastruktur yang secara kalkulasi politik tak menguntungkan?
-----

Saya sudah menghitung semua risiko ketika memutuskan sebuah kebijakan. Kalau saya mau hitung-hitungan imbal balik politik dan ekonomi, ya, membangun infrastrukturnya di Pulau Jawa saja. Praktis saya tak butuh anggaran banyak bila berfokus di Pulau Jawa. Tinggal membangun koridor ekonomi di bagian utara dan selatan sudah beres. Lebih-lebih keuntungan ekonominya jauh lebih cepat kembali ketimbang membangun infrastruktur di daerah. Namun, setelah blusukan dari Sabang sampai Merauke, saya menyaksikan ketimpangannya sudah sangat parah.

-------
Anda yakin infrastruktur bisa menjadi solusi kesenjangan?
--------

Ini masalah pemerataan dan keadilan. Lagi pula, infrastruktur kita sudah jauh tertinggal dibanding negara tetangga. Infrastruktur adalah fondasi mengatasi problem kesenjangan. Kalau mau cara gampang, tinggal pos anggaran subsidi dan bantuan sosial saja yang dibesarkan sehingga konsumsi menguat, daya beli meningkat, rakyat pun senang. Tapi apa mau cara-cara semacam itu diteruskan? Saya ambil risiko tak meneruskan politik anggaran seperti itu dan mengalihkannya pada infrastruktur. Sebab, infrastruktur akan menyatukan bangsa ini. Kalau tidak disatukan, kita akan menghadapi masalah yang mengerikan di masa depan. Saya tahu kebijakan ini pahit, tapi pembangunan harus dimulai.

--------
Meskipun pemerintah seperti kalang-kabut mencari pembiayaannya?
--------

Jika praktik pembiayaannya monoton seperti dulu, ketika cuma bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta badan usaha milik negara, sampai kapan pun enggak akan jadi infrastrukturnya. Harus dicari skema-skema pembiayaan alternatif.

--------
Skemanya seperti apa?
--------

Ada terobosan pembiayaan yang dibuat. Bila proyek itu bisa dikerjakan swasta, kami tawarkan dan prioritaskan mereka yang menggarap. Namun, bila internal rate of return-nya tergolong berat, BUMN bisa bermitra dengan swasta. Kalau masih terlalu berat, tugas BUMN mengambil. Opsi terakhir menggunakan APBN yang persentasenya saat ini sudah mencapai 20 persen untuk membangun infrastruktur.

-------
Benarkah penunjukan BUMN untuk menggarap infrastruktur menjadi beban keuangan BUMN?
---------

Mereka merasa terbebani karena selama ini enggak ada pressure sehingga akalnya enggak jalan untuk mencari skema lain. Saya memberi mereka persoalan sekaligus tantangan agar menjadi kreatif. BUMN itu agen pembangunan. Di situlah perbedaan peran mereka dengan pihak swasta. Mencari keuntungan iya, tapi harus menjadi agen-agen pembangunan seperti itu. Kita sering melalaikan tugas BUMN ini.

-------
Solusi apa yang Anda tawarkan ke BUMN?
--------

Jangan pakai pola-pola lama. Mulai gunakan sekuritisasi aset, limited concession scheme, dan terbitkan surat utang. Saya bilang, kalau mau membuka surat utang, jangan di dalam negeri, coba sesekali di luar negeri. Kita juga ingin tahu apakah surat utang kita laku di luar negeri.

--------
Bagaimana pola-pola lama itu?
--------

Dulu BUMN kegemarannya memiliki aset. Misalnya, mereka selesai membangun jalan tol, lalu berikutnya santai-santai saja tidak membangun lagi karena merasa sudah punya jalan tol. Merasa nyaman karena setiap bulan ada pemasukan. Jadi yang dibangun cuma itu-itu saja selama puluhan tahun. Contohnya, sejak 1978, panjang jalan tol cuma 80 kilometer. Dengan skema pembiayaan baru tiga tahun terakhir ini, panjang jalan tol bertambah 580 kilometer dan akan tembus 1.800 kilometer pada 2019.

----------
Dengan skema baru yang Anda tawarkan, praktiknya seperti apa?
---------

Ketika infrastrukturnya sudah jadi, segera lakukan sekuritisasi aset atau konsesi terbatas selama 10-20 tahun. Setelah habis perjanjiannya, aset itu akan kembali lagi ke kita alias tidak hilang atau dimiliki pihak lain. Dengan skema ini, kita bisa mendapatkan sumber pendanaan baru untuk membangun proyek lain tanpa harus kehilangan aset.

-------
Bagaimana realisasinya?
--------

BUMN kita sudah mulai rajin mencari partner dan melakukan sekuritisasi aset. Praktik semacam ini enggak pernah dilakukan, bahkan dicium baunya saja enggak. Mereka terlalu nyaman dan keenakan.

---------
Anda terkesan memprioritaskan BUMN dan mengesampingkan swasta….
----------

Prioritas kami tetap swasta karena mereka ditawari pertama kali saat menggarap proyek. Silakan kalau pihak swasta mau mengambil proyek pelabuhan di Sorong, Papua, atau jalan Trans Sumatera. Dalam catatan saya, 57 persen proyek infrastruktur di Indonesia digarap pihak swasta. Ada yang menggarap proyek kelistrikan, pelabuhan, dan jalan tol. Sekarang BUMN masih banyak mengambil alih karena internal rate of return yang masih kecil. Pemerintah membantu dengan menyuntik penyertaan modal negara.

---------
Ekonom menilai pembangunan infrastruktur di pelosok, khususnya Papua, tak serta-merta mendongkrak pertumbuhan ekonomi di sana. Apa tanggapan Anda?
-----------

Ada yang bilang membangun Papua menunggu ekonomi di sana bagus. Lho, kalau menunggu ekonomi bagus, ya, keliru cara mikirnya. Jadinya seperti analogi telur dan ayam, mana yang lebih dulu. Mau menunggu ekonomi bagus baru membangun atau membangun dulu biar ekonomi bergairah. Saya memilih membangun sekarang untuk mendongkrak perekonomian di sana menjadi baik. Semakin lambat kita membangun infrastruktur, ongkosnya akan semakin mahal.

--------
Infrastruktur memberi kesempatan daerah mengatasi ketertinggalan?
--------

Bagaimana Wamena di Papua berkembang kalau harga semennya Rp 800 ribu per sak? Mau tumbuh dari mana daerah sana kalau banderol bensinnya Rp 100 ribu per liter? Coba beri saya penjelasan caranya daerah itu bisa tumbuh di tengah harga komoditas dan barang kebutuhan pokok yang selangit. Makanya pemerintah membangun Trans Papua agar semen itu bisa diangkut dari laut dan darat.

--------
Ada yang sudah terlihat hasilnya?
----------

Coba lihat di Skouw, Papua. Ada pertumbuhan titik ekonomi baru dan aktivitas ekonomi masyarakat di sana sudah bergairah. Lebih dari itu, pembangunan di Papua adalah demi pemerataan dan keadilan. Jika Anda pergi ke pelosok Indonesia, Anda akan tahu bahwa republik ini bukan cuma Jawa.

--------
Bagaimana misi pemerataan yang butuh biaya besar itu bisa terwujud sementara faktor keekonomisannya tetap terpenuhi?
----------

Pasti terpenuhi. Gimana, sih? Kok, masih ada orang ragu terhadap program infrastruktur.

--------
Bukankah yang terjadi pada tol laut itu tak menguntungkan?
----------

Kalau enggak dimulai, apa mereka dibiarkan enggak punya kapal? Harga komoditas justru akan bersaing ketika kapal sudah masuk. Saya beri contoh di Tapaleo, Maluku Utara. Kapal pulang dari sana membawa kopra, lada, kelapa, dan jagung ke Indonesia bagian barat. Persoalannya, apakah kita punya kemauan memperhatikan masyarakat di pelosok ini?

-------
Anda juga melihat kelemahan tol laut, ketika sentra komoditas belum tumbuh di Indonesia timur?
--------

Pemerintah membangun dengan berbagai pertimbangan. Ada komoditas apa yang bisa dibawa keluar dari daerah itu. Kalau daerah itu tak punya andalan, lama-lama berat juga memberi subsidi kapal ke sana. Contohnya, pemerintah sedang mengkaji pembangunan pelabuhan besar di Sorong, Papua. Namun saya melihat belum ada komoditas yang bisa dibawa dari sana sehingga disiapkan program agar pelabuhan bisa produktif. Terobosan seperti ini harus diambil agar keadilan terwujud. Kalau mikirnya cuma keuntungan, tak akan mulai membangun.

--------
Bertajuk percepatan, berbagai proyek infrastruktur dimulai cuma atas dasar peraturan presiden. Anda membuat diskresi?
---------

Bukan diskresi. Diskresi apanya? Itu penugasan saja untuk BUMN.

--------
Bagaimana dengan akrobat pembiayaan, misalnya realokasi penyertaan modal PT Kereta Api Indonesia di proyek kereta ringan?
--------

Itu namanya prioritas. Kami ingin mendorong dan memprioritaskan jalan tol dulu di Sumatera ketimbang membangun rel kereta api.
(Pemerintah merealokasikan penyertaan modal negara PT Kereta Api Indonesia sebesar Rp 2 triliun yang semula untuk kereta api Trans Sumatera menjadi untuk proyek light rail transit [LRT].)

--------
Apa landasannya?
---------

Kalau saya tak membangun light rail transit dan mass rapid transit sekarang, kita rugi Rp 28 triliun setiap tahun. Itu kerugian besar, jangan dianggap enteng. Masak, kerugian seperti ini mau kita terus-teruskan?

--------
Ada juga kritik proyek LRT tak melewati studi kelayakan yang matang. Apa tanggapan Anda?
--------

Tidak matang gimana, sih? Semua proyek itu sudah direncanakan sejak dulu. Sejak saya menjabat Gubernur DKI Jakarta sudah membahas LRT sampai ratusan kali dalam rapat.

--------
Kalau direncanakan serius, mengapa kontrak baru diteken selang 17 bulan setelah groundbreaking?
---------

Itu teknis. Saya tak mengerti hal prosedural dan teknis semacam itu. Orientasi saya itu hasil, bukan prosedur. Kalau mau orientasi prosedur, kapan mau mulainya.

----------
Bukankah Anda dulu dikenal ketat pada prosedur?
----------

Kewajiban pemerintah itu taat prosedur, tapi jangan melulu itu juga. Yang pasti, saya selalu minta pendapat semua pihak, Kejaksaan Agung dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, agar jangan sampai melanggar. Manajemen itu selalu ada, dari perencanaan sampai pengawasan.

----------
Tidak takut tersandung kasus bila mengesampingkan prosedur?
----------

Saya pusing karena ada 52 ribu aturan yang njelimet. Pemerintah jadi tak bisa mengambil keputusan dengan cepat karena banyaknya aturan.

---------
Program deregulasi belum menunjukkan hasil?
----------

Sudah ada beberapa, seperti pembebasan lahan dan dwelling time menjadi lebih cepat.

----------
Sejumlah proyek juga dianggap terlalu muluk, seperti listrik 35 ribu megawatt. Anda masih optimistis?
---------

Kalau mau, pasti jadi. Tapi kita harus menyesuaikan. Sebab, bila penggunaannya tak sampai 35 ribu MW, PLN akan kena beban pembayaran. Target itu tetap, tinggal PLN mengatur kapan waktu penyelesaiannya.

--------
Kesannya seperti memaksakan.…
--------

Sejak merdeka, kita cuma punya 53 ribu MW. Karena itu, saya bilang mau bangun 35 ribu MW pada enggak percaya, ya terserah kalau tak percaya. Saya masih percaya.

(Situs presidenri.go.id pada Mei 2016 melansir kebutuhan listrik nasional hingga akhir 2019 sekitar 90.500 MW, sementara daya yang tersedia baru 55.528 MW. Dengan pertumbuhan permintaan listrik secara nasional 7.000 MW per tahun, kebutuhan tambahan listrik selama 2014-2019 adalah 35 ribu MW.)

---------
Target realistis Anda apa?
---------

Kalau kami bisa membangun 25 ribu MW saja sudah sangat baik dan bukan lumayan lagi namanya. Sebab, selama 72 tahun kita cuma bisa membangun 53 ribu MW. Coba bandingkan pencapaian itu.

--------
Menteri Keuangan sempat menyurati PLN soal anggaran. Apa sebabnya?
---------

Teguran itu baik karena proses manajemen kontrol sedang berjalan. Kami saling mengingatkan. Jangan memakai uang negara lalu merasa tidak diawasi, berbahaya sekali itu.

---------
Apakah Menteri Keuangan berani menegur Anda bila penyusunan anggaran mulai tak realistis?
--------

Namanya bukan menegur, tapi mengingatkan.

---------
Anda terkesan berlari cepat, apa para menteri bisa mengikuti?
---------

Apa saya cepat? Ha-ha-ha.... Wong pekerjaannya jadi, ya, berarti menteri bisa mengikuti ritme saya.

----------
Anda puas terhadap kinerja menteri?
----------

Kalau bicara kepuasan kan sudah 70,8 persen, ha-ha-ha.... Terus pertanyaannya, reshuffle kapan, Pak? Ha-ha-ha....

----------
Katanya bersamaan dengan seorang menteri yang mau ikut pemilihan kepala daerah?
----------

Ha-ha-ha....

--------
Bagaimana Anda memastikan proyek infrastruktur ini berlanjut?
---------

Banyak proyek yang akan selesai pada 2020, 2021, dan 2022. Memang harus selesai dan kewajiban saya memastikannya agar selesai tepat waktu. Saya akui beberapa proyek yang saya resmikan adalah peninggalan pemerintahan sebelumnya. Tapi selesainya lama sekali, seperti Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Nusa Tenggara Barat. Sampai kiamat pun tak akan selesai kalau hanya duduk di balik meja. Harus turun ke lapangan.

-------
Blusukan rupanya masih efektif?
--------

Mendengar dan menyaksikan langsung problem di lapangan itu sangat penting. Kalau saya turun ke lapangan, ketemu masyarakat lima menit saja sudah dapat cerita banyak. Dari situ saya merumuskan solusinya.

-------
Jadi kapan target semua proyek strategis nasional rampung?
-------

Tunggu 2018-lah, ha-ha-ha....

-------
Bisa untuk bahan kampanye pada pemilihan umum presiden mendatang?
-------

Tak mungkin negara sebesar ini bisa selesai membangun dalam 5 bahkan 20 tahun. Masih banyak yang harus dikerjakan. Jangan berpikir seperti itu. Visinya harus tetap konsisten siapa pun pemimpinnya.

---------
Joko Widodo
Tempat dan tanggal lahir:
Surakarta, 21 Juni 1961
Pendidikan: Sarjana Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1985)

Karier:
· Presiden Republik Indonesia (2014-sekarang)
· Gubernur DKI Jakarta (2012-2014)
· Wali Kota Surakarta (2005-2012)
· Ketua Asosiasi Permebelan dan Industri Kerajinan Indonesia Surakarta (2002-2007)
· Ketua Bidang Pertambangan dan Energi Kamar Dagang dan Industri Surakarta (1992-1996)
· Pendiri Koperasi Pengembangan Industri Kecil Surakarta (1990)

https://majalah.tempo.co/konten/2017/11/05/LU/154311/Presiden-Republik-Indonesia-Joko-Widodo-Saya-Sudah-Menghitung-Semua-Risiko/37/46

Kamis, 02 November 2017

OUR KIDS WISHES

💥 *Ada 14 permintaan anak yang mungkin tidak pernah mereka ucapkan:*

1. Cintailah aku sepenuh hatimu.
2. Jangan marahi aku di depan orang banyak.
3. Jangan bandingkan aku dengan kakak atau adikku atau orang lain.
4. Ayah Bunda jangan lupa, aku adalah fotocopy-mu.
5. Kian hari umurku kian bertambah, maka jangan selalu anggap aku anak kecil.
6.  Biarkan aku MENCOBA, lalu beritahu aku bila salah.
7. Jangan UNGKIT-UNGKIT kesalahanku.
8. Aku adalah Ladang Pahala bagimu.
9. Jangan memarahiku dengan mengatakan hal-hal buruk, bukankah apa yang keluar dari mulutmu sebagai orang tua adalah doa bagiku?
10. Jangan melarangku hanya dengan mengatakan "JANGAN" tapi berilah penjelasan kenapa aku tidak boleh melakukan sesuatu.
11. Tolong ayah ibu, jangan rusak mentalku dan pemikiranku dengan selalu kau bentak-bentak aku setiap hari.
12. Jangan ikutkan aku dalam masalahmu yang tidak ada kaitannya denganku. Kau marah sama yang lain, aku imbasnya.
13. Aku ingin kau sayangi cintai karena engkaulah yang ada di kehidupanku dan masa depanku.
14. Berilah aku pendidikan agama, agar lepas tanggung jawabmu kelak, dan sebagai anak shaleh kita akan saling tarik menarik ke Surga

*SEMOGA BERMANFAAT, BAGI PARA ORANG TUA....

Rabu, 01 November 2017

REINVENT YOUR BUSINESS, REINVENT YOURSELF


Berita ttg berbagai perusahaan besar

Kita semua tahu nasib Kodak, sebuah perusahaan yang gagal re-invent dirinya sendiri, dan kita semua tahu nasib tragis yang dialami perusahaan besar tersebut.

Ternyata besarnya perusahaan, banyaknya uang yang dimiliki, dan kesuksesan masa lalu sebuah perusahaan sama sekali tidak menjamin kesuksesan dan keberlangsungan sebuah perusahaan di masa depan!

Kemudian profesor itu bertanya, "Apakah anda tahu apa yang terjadi dengan Fuji Film?"

Ternyata di antara peserta banyak yang tidak tahu.
Well, kita semua sih tahu bahwa dulu Fuji Film juga berjaya, bahkan pada tahun 1980-an hampir di semua praparan di Jakarta selalu ada toko berwarna hijau bernama Fuji Image Plaza tempat kita mencetak foto foto kita. Kebayang gak, profit yang mereka hasilkan dari situ?

Cuma ternyata orang lama lama tidak mencetak lagi. Di Indonesia kita tidak lagi melihat banyak toko Fuji Image Plaza, pelan pelan mulai tutup satu per satu.

Tetapi bagaimana dengan Fuji Film di Jepang? Apakah mereka bangkrut? Ternyata tidak! Profit mereka masih tinggi! How they did it? They re-invent themselves. Mereka melahirkan diri mereka sendiri.

Mereka tahu mereka punya product andalan, tinta kimia untuk mencetak foto. Tetapi mereka juga melakukan penelitian yang intensive agar foto foto itu tahan lama. Ada sebuah cairan kimia yang mampu mengawetkan foto foto itu. Dan ternyata dengan sedikit modifikasi, zat kimia itu bisa untuk mengawetkan kulit dan menjadi bahan untuk product kosmetika.
And ... voila!

Sekarang profitnya Fuji berkembang terus karena mereka menjadi pemasok utama perusahaan-perusahaan kosmetik dunia. Ini adalah sebuah contoh bagaimana sebuah perusahaan bisa "re-inventing itself". Dan sekarang mereka survive , sukses dan berjaya.

That's the difference between a great company and others, they can re-invent themselves.

Ada pepatah mengatakan,"Kita tidak bisa mengendalikan badai yang akan menyerang kapal kita, tapi kita bisa menyesuaikan layar yang kita punya"

Pelan atau lembat, disruption pasti datang, bisnis anda akan terganggu, itu pasti, dan anda tidak bisa mencegah, mengontrol atau mengendalikan itu.
Yang bisa anda kontrol adalah bagaimana anda menghadapi disruption tersebut.

Dalam contoh di atas, Fuji mampu re-invent themselves dan akhirnya mereka mampu survive dan sukses terus!

Remember, sometimes you need to re-invent yourself to ensure your future success!

Contoh lain?
Garmin dulunya sukses dengan menjual alat navigasi GPS untuk mobil mewah, pada saat navigasi GPS software bisa didownload gratis, mereka re-invent dan sekarang menjual gadget untuk fitness, sukses luar biasa dan profit naik!

Nokia?
Anda pikir mereka sudah almarhum? Think again!
Pada saat bisnis handphone mereka menurun drastis, mereka jual bisnis itu ke Microsoft, dan mereka focus ke network infrastructure (BTS, Switching ...etc). Sekarang Nokia network infrastructure berjaya , menjadi one of the market leader, bahkan membeli Motorola, Siemens, Alcatel dan Lucent!

They re-invent themselves!
By the way, itu bukan pertama kalinya mereka melakukan itu , Nokia dulunya adalah perusahaan yang memproduksi kayu dan hasil hutan, karet, ban mobil, kemudian mereka re-invent dan memproduksi kertas, kemudian kabel, kemudian TV, handphone dan sekarang mereka berjaya dengan network infrastructure!

HOW about YOU?
Are you ready to re-invent yourself?

Saya dulu berijasah Bachelor dan Master dalam Computer Science, dan saya me- re-invent diri saya sendiri menjadi Human Resources.

Seorang sahabat saya , sebut saja namanya Arini, dulunya adalah Network Planning Engineer di sebuah perusahaan telekomunikasi, sekarang dia re-invent dirinya menjadi seorang Sales Director di sebuah operator telekom besar di negeri ini.

Seorang talent pulang dari Hong Kong dengan ijasah Micro-Biology, dan karena characternya yang hardworker dan quick-learner, saya recruit dia menjadi Management Trainee di Citibank, dan sekarang dia sudah mapan meniti kariernya sebagai banker.

Itu adalah beberapa contoh orang yang berhasil re-invent dirinya sendiri dan re-invent kariernya.

Apapun yang anda kerjakan sekarang, perusahaan apapun di mana anda bekerja sekarang, industry di mana anda bekerja sekarang, tidak ada yang akan terhindar dari disruption yang akan mengganggu bisnis anda, dan kalau anda tidak bersiap siap , karier anda bisa meniru Kodak. Namun kalau anda bersiap-siap dan ready to reinvent yourself, anda bisa menjadi Garmin, Fuji atau Nokia yang terus menerus sukses.

Jadi, apa yang anda bisa lakukan untuk re-invent yourself?
Ikuti kelima langkah di bawah ini ...

1. ANALYSE YOUR CURRENT STRENGTH

Analysa, identifikasi dan catat, sebenarnya kekuatan anda itu di bidang apa? Apakah yang anda mampu lakukan dan lebih jago daripada yang lain?
Apakah itu design?
Mengembangkan product baru?
Menjual? Meyakinkan customer? Presentasi?  Berkomunikasi?
Merancang proses? Mengimplementasikan proses? atau apa? Identifikasi 3 strength anda.

2. DEFINE THE NEW GREEN FIELD THAT YOU WANT TO EXPLORE

Cari bidang baru atau industry baru (di luar profesi atau industry yang anda tekuni sekarang) yang anda bisa explore.
Challenge the status-quo.
Keluarlah dari comfort zone.
Ingat comfort dan progress tidak bisa berjalan bersama.
Kalau anda mau confortable (nyaman), siap siap, anda tidak akan maju.
Kalau anda mau progress (maju), siap siap, perjalanan hidup anda tidak akan comfortable (nyaman).

3. FIND YOUR STRENGTH THAT YOU CAN USE IN THE NEW GREEN FIELD

Nah, dari semua strength yang anda miliki, special skills apa yang anda miliki dan bisa diterapkan di area yang baru.
Saya dulu adalah seorang insinyur, kemudian pada saat saya menemukan strength saya dalam hal presentasi dan komunikasi, maka saya pun berganti menjadi trainer (dalam bidang telekomunikasi), kemudian saya berganti arah lagi menjadi trainer dalam bidang leadership, setelah itu menjadi Training and Development Manager, dan kemudian menjadi HR Director!

Sahabat saya Arini adalah Network Planning Manager, ternyata punya strength dalam project management, dia menjadi Project Manager, kemudian dia banyak berpartisipasi dalam Sales Project Management , dan akhirnya menjadi Sales Director!

Temukan strength anda, yang akan anda gunakan sebagai modal anda untuk berkarier di tempat baru.

4. LEARN OTHER KNOWLEDGE NEEDED IN THE GREEN FIELD

Nah, meskipun anda sudah punya asset, tetap saja anda harus belajar skills yang lain yang dibutuhkan .
Meskipun Arini sudah jago dalam sales project management, Arini masih harus belajar bidang bidang sales yang lain.
Meskipun saya sudah menguasai masalah training and development, sebelum saya menjadi HR Director, saya juga harus mempelajari competences yang lain yang juga dibutuhkan.
Remember, we have moved from age to agility. Sekarang bukan lagi kompetensi tentang umur atau pengalaman anda.
Sekarang adalah kompetisi di mana siapa yang lebih banyak belajar dan bekerja keras yang akan memenangkan kompetisi di masa depan.

5. GO ON, BE BRAVE and CHALLENGE YOURSELF ...

OK, sekarang anda sudah siap melangkah, asset anda sudah cukup. Ambil resiko, explore and experiment!

Banyak yang sudah punya mobil yang CC  mesinnya tinggi, dan jago menyetir, tapi gak berani injak pedal!
Takut nabrak!

Life is about taking risks.
Be brave, challenge yourself in a new green field!

Jadi ingat, to reinvent yourself and your career...