Senin, 24 Oktober 2011

MENJAMURNYA BISNIS WARALABA

MENJAMURNYA BISNIS WARALABA
(LIVE ON BERITA SATU TV , 21 OKTOBER 2011)
Speakers:
Ardantya Syahreza (Pengusaha Waralaba)
Tri Raharjo (Pemimpin Redaksi Info Franchise)

Hadir di Berita Satu TV

Sebagai media terdepan dalam bisnis franchise, kami sudah jadi rujukan banyak pihak terkait dengan perkembangan dan peluang bisnis franchise di Indonesia. Terkait hal tersebut, pada 21 Oktober silam Majalah Info Franchise mendapat kesempatan tampil di acara Jurnal pagi, Berita Satu TV (sebelumnya Q-Channel), sebuah televisi berbayar (pay tv) melalui First Media. Anda juga bisa menikmati live streaming BeritasatuTV di beritasatu.com.

Dalam acara tersebut, Tri Raharjo, Pemimpin Redaksi Majalah Info Franchise, dan Ardantya Syahreza, franchisee Bakso Malang Cak Man, didaulat menjadi narasumber. Tema yang diangkat juga menarik, “Menjamurnya Bisnis Waralaba”. Pada kesempatan itu, Tri Raharjo memaparkan berbagai peta market dari waralaba asing dan lokal, syarat bisnis franchise, potensi dan peluang berbisnis franchise. Sementara Ardantya Syahreza lebih menyoroti alasan mengambil bisnis franchise, tantangan dan hambatan di bisnis franchise, serta keuntungan berbisnis melalui franchise. Dipandu oleh Prima host dari Berita Satu makin menambah hangatnya perbincangan “Menjamurnya Bisnis Waralaba”.




DIALOG TRENTOP PAGI SABTU, 221011


TEMA : MENJAMURNYA BISNIS WARALABA 
BISNIS WARALABA MEMILIKI POTENSI YANG SEMAKIN MENJANJIKAN // ASOSIASI FRANCHISE INDONESIA MENCATAT / OMZET WARALABA KESELURUHAN MENCAPAI 114,6 TRILIUN RUPIAH PADA TAHUN 2010 // SEDANGKAN TAHUN 2011 DIPERKIRAKAN NAIK MENJADI 135,4 TRILIUN RUPIAH //

BAGAIMANA PERSAINGAN DUNIA WARALABA? APA SAJA PELUANG DAN HAMBATANNYA?   

KAMI SUDAH MENGHADIRKAN TRI RAHARJO / PENGAMAT BISNIS WARALABA DAN PENGUSAHA WARALABA YANG SUDAH BERKECIMPUNG DALAM BISNIS INI SELAMA LEBIH DARI LIMA TAHUN / ARDANTYA SYAHREZA//


ATURAN YANG MEMPERSEMPIT
DAMPAK KRISIS GLOBAL THD BISNIS WARALABA
WARALABA ASING NAIK 100 PERSEN DAN MAKIN PESAT DI TAHUN 2012
ANTISIPASI THD WARALABA ASING


SEGMEN 1 : WARALABA ASING VS LOKAL


TRI RAHARJO :
   1.  WARALABA ASING VERSUS LOKAL, BAGAIMANA PERSAINGANNYA?
"Sebenarnya, waralaba asing dan waralaba lokal memiliki pasar yang berbeda di pasar Indonesia ini."

   2.  WARALABA LOKAL APA YANG DOMINAN? MENGAPA?
"Yang saya lihat berkembang sekarang adalah didominiasi oleh waralaba food and beverage"

ARDANTYA SYAHREZA :
   1.  WARALABA APA YANG ANDA JALANKAN? (TIDAK USAH MENYEBUTKAN BRAND, SEBUT SAJA WARALABA MAKANAN BRAND LOKAL)
-----
"Saya sudah 5 tahun lebih ini menjalankan sebuah usaha waralaba makanan bakso atau bakwan dari kota Malang".
-----

   2.  BERAPA BESAR MODAL AWAL? BERAPA LAMA WAKTU PENGEMBALIAN MODAL?
---
"Modal terdiri dari:
1. Biaya Franchise atau license menggunakan merek tsb, sistem dan supportnya selama sekian tahun. Saya 5 tahun. Pada tahun 2005 habis 50 juta utk 5 thn.
2. Biaya Down Payment sewa tempat, around 50 juta.
3. Biaya renovasi tempat around 50 juta
4. Sisa 50 juta untuk pembelian perangkat dan kas awal.
200 juta.
Dan alhamdulillaah bisa BEP selama 1.5 tahun."

   3.  BERAPA GERAI YANG SUDAH ANDA MILIKI?
------------
"Saya saat ini memiliki 2 gerai. Di Plaza Semanggi lantai 3A dan di Cibubur Junction LG. Akan buka lagi Desember, di Margo City Depok.
Sebelumnya pernah buka di Kemang Food Fest, Blok M Plaza, dan Sabang, tapi kurang beruntung :)"

   4.  APA ALASAN ANDA MEMBELI WARALABA LOKAL?
-----
"Tidak ada alasan khusus.
Saya mengambil waralaba lokal ini yg notabene dari kota Malang, kota masa kecil saya, adalah karena saya tahu sebagai produk bakwan Malang , memang yg paling enak.
Dan, melihat Jakarta yg dipenuhi pendatang, dan sudah dikepung dg berbagai macam gerai makanan fast food dan brand luar, mereka (konsumen/pasar) ada kerinduan utk mencari bakwan yg 'kampung'.
Ya udah, peluangnya ada, maka saya ambil. Dan Alhamdulillaah benar.
"

   5.  BAGAIMANA PERSAINGANNYA? APAKAH WARALABA ASING MENYULITKAN BISNIS ANDA?

---
"Justru tidak.
Masyarakat Jakarta punya demand dan waktu sendiri untuk brand2 makanan asing, dan ada waktu sendiri untuk brand2 makanan lokal. Jadi tidak bersaing justru. Krn masyarakat ada alokasinya masing2.
Yang saya inginkan adalah menyamai ukuran bisnis dengan para waralaba asing tadi :)"
-----

SEGMEN 2 : TANTANGAN DAN HAMBATAN WARALABA



ARDANTYA SYAHREZA :

   1.  BERAPA LAMA ANDA MENJALANKAN BISNIS WARALABA?

"Sudah 6 tahun lebih."
   2.  APA YANG PALING MENANTANG DARI BISNIS INI?

"Bagaimana menyediakan sebuah produk lokal atau 'kampung' dan menyediakannya ke sebuah lingkungan urban, harus lebih modern, tapi tidak boleh kehilangan identitasnya sebagai makanan lokal. Nah, menjaga keseimbangan itu yg tidak mudah.
Selain itu, bagaimana kita juga berkreativitas untuk mencari peluang pasar, keinginan konsumen dan cara2 pendekatan apa saja yg kiranya efektif utk masing2 segmen: tua, muda, keluarga, anak kuliah, dst."

   3.  APA SAJA HAMBATANNYA?
----
"Hambatan adalah pada franchisornya.
Adalah di mana sebuah pemilik merek franchise atau franchisor tidak dapat memberikan support yg maksimal.
Dlm pengalaman saya adalah kurangnya support program marketing, sdm, quality control, keuangan dan akuntansi. Jadinya, kita ini franchisee kalau tidak jago mencari cara sendiri, bisa stagnan bisnisnya.
Yang harus dicatat adalah:
Seorang franchisor tidak hanya cukup punya produk atau jasa bagus atau diterima pasar, tapi perlu juga sistem. "

   4.  BAGAIMANA ANDA MENJAGA BISNIS INI, KUALITAS ATAU KEUNIKAN WARALABA YANG ANDA KELOLA?
-----
"Dua-duanya.
Seperti Anda mengelola brand anda sendiri. Kualitas harus dijaga, begitu juga keunikan.
Yang lucu adalah, apabila franchisor tidak bekerja optimal utk menyamakan kualitas dari gerai satu dg yg lain, kita jadinya berjuang sendiri utk differentiate outlet2 kita dari outlet2 lain dg merek yg sama.
Kita gak mau dibilang di lokasi X merek ini kok gak enak, tapi di tempat saya enak. Nah, akhirnya persaingan kurang sehat kan."

ARDANTYA SYAHREZA :
   1.  APA SAJA YANG ANDA DAPATKAN MELALUI WARALABA?
------
"Produk makanan jadi atau koki ahli untuk membuat makanannya. Kemudian boleh menggunakan mereknya selama masa waralaba."
   2.  APA KENDALA BERAT YANG MASIH ANDA HADAPI?
----
"Yg saya sampaikan tadi. Berjuang sendiri.
Maunya kalau udah beli waralaba itu kan maunya udah enak, udah ada sistem, disupport, bekerja bersama.
Pada saat itu tidak ada, kita harus kerja ekstra keras utk create segala macam program promosi khusus utk outlet kita, quality control sendiri, rekrut SDM sendiri, dll."

   3.  APA KIAT ANDA UNTUK MENJAGA KELANGSUNGAN WALARABA ANDA?
-------
"Jaga kualitas dan reputasi.
Terus ciptakan interaksi atau program promosi dg customer. Treat ini seperti merek yg Anda kelola."

   4.  TERKAIT MASUKNYA SEMAKIN BANYAK WARALABA ASING, APA STRATEGI ANDA?
------
"Nggak ada strategi khusus. Mungkin malah mencoba mencontoh dan belajar dari gerakan2 mereka. Supaya kita juga bisa besar spt mereka.
"

   5.  ANDA AKAN MENCOBA WARALABA LAIN? MENGAPA?
-----
"Why not?
Waralaba atau tidak, yg penting ada peluangnya atau tidak, customer mau atau tidak.
Kalau ada peluang, ya masuk lagi lah. Apalagi kalau kita gak terlalu bisa membuat atau melakukan jasanya, atau apalagi kalau brandnya sudah memberikan jaminan mutu dan sudah punya pasar besar.
Begitu."


Contact Person:
Ardantya Syahreza
Twitter : @ardansyahreza 

Dari Marketing Researcher Sampai Berjaya sebagai Company Owner (ARDANTYA SYAHREZA)


DARI MARKETING RESEARCHER SAMPAI BERJAYA SEBAGAI
COMPANY OWNER
---------------------------------------------------------------------------
Ardantya Syahreza
(market+ magazine , Oktober 2011, page 21)

Sosok suami dan bapak dua anak ini tak lain merupakan pengusaha muda yang berjaya di bidang pelayanan komunikasi pemasaran dan bisnis restoran. Lahir di Jakarta, 20 Desember 1976, kini Ardantya Syahreza menjabat sebagai CEO PT Marketing Komunikasi Indonesia (MKI), agensi komunikasi pemasaran yang didirikannya pada tahun 2005 silam. Tak hanya itu, pria jebolan Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya ini juga sukses menempati posisi Chairman AIESEC Indonesia Alumni Organization. Lalu, di bidang kuliner, ia merupakan sosok penting di balik kesuksesan K-Food Indonesia dengan Bakso Kota Cak Man-nya dengan cabang ada di Plaza Semanggi lantai 3A, Cibubur Junction LG dan akan dibuka di bulan Desember 2011, di Margo City Depok.

Ardantya Syahreza mengawali karirnya sebagai Marketing Researcher di ACNielsen Indonesia. Dengan memfokuskan diri pada riset-riset kualitatif untuk pemahaman dan pendalaman konsumen, ia melanjutkan karir risetnya di Exquisindo Global Research. Tak puas mengangani Indosat, Telkom Indonesia, HM Sampoerna, Honda, Daihatsu, ABC President dan klien-klien lainnya, Ardantya Syahreza mulai menggeluti bidang lain; yaitu sebagai Business Development Manager di DDB Indonesia, sebuah perusahaan periklanan multinasional global ternama. Ia pun mulai menjamah pekerjaan pengembangan strategi komunikasi pemasaran berbasis consumer insights.

Tak sampai disitu, pada tahun 2005, Ardantya Syahreza mengibarkan dua bendera sekaligus; PT Marketing Komunikasi Indonesia dan K-Food Indonesia.

Pengusaha muda yang tergabung dalam HIPMI sejak 2007 lalu ini mengoperasikan PT MKI dalam dua divisi; EXIGO (http://www.createbrandexperience.com/ atau www.mki-group.com/exigo) , agensi yang berfokus pada brand activation, dan Cauldron Research (www.mki-group.com/cauldron_research) yang mendedikasikan diri di bidang riset pemasaran.

Kini PT MKI di bawah naungannya telah menangani Bank Central Asia (BCA), Hutchison Telecom Indonesia, Kalbe Farma, Nestle Indonesia, Danone Dairy Indonesia, Kraft Foods Indonesia, Sari Husada, Abbott, Mercedes-Benz, BMW Indonesia, LG Electronics, Ranch Market, Produgen, Garudafood, Kidzania Jakarta, Exelcom Indonesia dan klien-klien ternama lainnya.

Ardantya Syahreza telah memutuskan untuk terus berkontribusi dan menginspirasi lewat karirnya di bidang business of brand marketing communication, marketing research, events & sales promotion dan food culinary.


Contact Person:
ARDANTYA SYAHREZA
Twitter : @ardansyahreza

Senin, 05 September 2011

Minal Aidin Wal Faidzin : "Lebaran adalah Hati yang Baru, bukan Show Off Barang Baru"

Jakarta, 1 September 2011

Di hari Idul Fitri ini, saya dan sekeluarga mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin. Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Semoga kita semua telah melewati bulan Ramadhan dan Idul Fitri dengan khusyuk dan menemukan banyak pembelajaran sehingga menjadi manusia yang lebih baik di masa mendatang.

Berikut adalah sedikit sharing kami di koran INDOPOS, 1 September 2011.
"Lebaran artinya memiliki Hati yang Baru, bukan memiliki Barang Baru untuk di Show Off"


koran INDOPOS, 1 September 2011


"Tidak ada persiapan apa-apa bagi kami sekeluarga di Lebaran ini. Hanya siap-siap saja ditinggal oleh para pembantu dan baby sitter pulang kampung".
"Setiap lebaran kami pada umumnya berlebaran di Jakarta, karena nenek dan ibu mertua saya ada di Jakarta. Orang tua saya dari Malang juga biasanya akan berlebaran di Jakarta karena keluarga pada umumnya ada di Jakarta"

Lebaran adalah suatu momen yang 'memaksa' kita untuk dapat memaafkan dan meminta maaf pada orang lain. Ibadah kita di bulan Ramadan satu bulan penuh dan di Idul Fitri, semuanya adalah satu kesatuan.
Ini adalah suatu pelatihan buat kita untuk menjadi manusia yang lebih baik. Manusia yang sabar, taqwa pada Allah SWT, terkontrol, lebih tenang dan rendah hati (karena menyadari besarnya kuasa Allah SWT).

Lebaran bagi keluarga kami bukan berarti harus semua baru dan berfoya foya. "Jadinya malah jadi riya' kan?"
 Jadi tips untuk mengelola keuangan pada waktu lebaran adalah hilangkan persepsi di Lebaran itu harus selalu beli barang baru.

Selain itu, justru di bulan Ramadhan ini , orang harusnya bisa menabung lebih karena telah menerima THR (Tunjangan Hari Raya). "Simpan saja dananya dan diinvestasikan untuk membeli rumah, emas, tanah atau aset lainnya".

"Kita harus tahu, bahwa lebaran itu artinya hati kita yang harus baru, bukan punya barang baru".

Rabu, 15 Juni 2011

Gabungkan Brand Activation dan Research

Gabungkan Brand Activation dan Research
(Koran INDOPOS, Rubrik Bisnis, 14 Juni 2011, hal. 15)




Koran INDOPOS, 14 Juni 2011, hal. 15




Pintar mencari peluang usaha adalah salah satu kunci kesuksesan. Itu yang dikatakan Ardantya Syahreza, CEO MKI Group dan anggota pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia DKI Jakarta dan Jakarta Timur ini. Seperti apa?

Ardantya Syahreza atau disapa Dacil mengaku melihat peluang bisnis brand activation yang belum banyak dijamah para pengusaha. "Saya baru mendirikan perusahaan sendiri pada 2005 lalu, masih baru ya?", kata CEO PT Marketing Komunikasi Indonesia (MKI Group) itu di areal booth MKI Group pada saat mengikuti pameran di ICC (Jakarta, 8-12 Juni 2011) yang lalu.
Dia mengaku pada saat itu belum banyak pengusaha yang membuka perusahaan marketing komunikasi yang memiliki jasa brand activation.

"Pada era tahun 1990-2000-an", lanjut Dacil, "banyak produsen atau perusahaan mengemas komunikasi iklannya melalui Televisi. Semakin banyak pemainnya, konsumen menjadi jenuh", kata Dacil.
Akhirnya dia mencoba mencari peluang baru. "Saya mulai mencoba bergeser, mengemas komunikasi pemasaran merek ke dalam berbagai macam jenis aktivitas below-the-line misalnya exhibition, talk show, in store promo, launching, community, sampling dan school to school", terangnya.

Saat ini, sudah mulai banyak perusahaan yang bergerak di bidang Event Organizer maupun brand activation. Namun, belum ada perusahaan yang menggabungkannya dengan sebuah research unit.
Dengan adanya sebuah research unit, activation idea dan communication strategy yang ditawarkan menjadi lebih tajam dan mengena consumer insights-nya. Tentunya ini akan berdampak pada tingkat keberhasilan dari program activation dan marketing brand tersebut.

Pria yang pernah bekerja di perusahaan ACNielsen tersebut mengaku MKI Group pernah menangani beberapa client kunci seperti BCA, Nestle, BMW, Kidzania, Danone, Kalbe Farma, Sari Husada, Mercedes-Benz, Kraft Indonesia, Hutchison Telecom, Garudafood, Toshiba, Sari Segar Alami (Country Choice) dan beberapa klien blue -chip lainnya.

Ke depannya, Dacil menambahkan, persaingan bukan masalah besar. "Selama kita selalu mengikuti trend perilaku konsumen, termasuk di mana saat ini perilaku online dan mobile yang harus diikuti oleh pendekatan brand activation online and mobile, kita tidak usah khawatir", imbuh Dacil.
Serta tentunya secara konsisten diperlukan penelitian pasar dan pengenalan konsumen secara terus menerus dan lebih dalam.


(INDOPOS, Selasa, 14 Juni 2011)

Selasa, 07 Juni 2011

Ardantya Syahreza in ENTREPRENEUR TV at TVOne (June 4th, 2011 - 8.30AM)



"Menjadi seorang Entrepreneur yang baik, memerlukan proses. Ada proses gagal coba yang berulang kali untuk menyempurnakan kemampuan kita untuk melihat peluang yang baik dan cocok, atau tidak. Perlu pengalaman juga untuk mengetahui keseimbangan yang bagaimana agar kita dapat terus melaju."
 (Ardantya Syahreza)

"Menjadi seorang Entrepreneur harus selalu konsisten membuka mata, telinga, hati dan pikiran untuk menerima masukan dan mempelajari segala hal di sekitar kita. Baik itu yang baik maupun tidak. Karena tugas kita adalah mencari opportunity / peluang dan kemudian mengolahnya menjadi suatu usaha yang berhasil dan memberikan perubahan yang baik"
(Ardantya Syahreza)

"Menjadi Pengusaha harus Fokus dan Tekun. Jangan mudah menyerah. Tipsnya adalah; Anda harus menyenangi apa yang Anda kerjakan terlebih dahulu, sehingga ketahanan mental dan passion akan terus terjaga"
(Ardantya Syahreza)


"Apabila Anda memang menyenangi kebebasan berinsiatif dan memprakarsai ide-ide, memilih mengambil resiko dan konsekuensinya daripada mengikuti agenda / aturan orang lain, maka ambil profesi  menjadi seorang Entrepreneur"
(Ardantya Syahreza)



"Menjadi seorang pengusaha memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi segala bentuk kemungkinan usaha. Ikuti saja intuisi itu. Namun, tetap ada batasnya dimana itu akan ditemukan setelah kita mencobanya. Biasanya pengusaha pemula akan getol mengeksplorasi, namun lama-lama akan menemukan mana yang cocok buatnya"
(Ardantya Syahreza)

"Semakin sukses kita sebagai Entrepreneur, seharusnya akan membawa sukses juga untuk orang lain. Karena apa yang kita bangun dan lakukan adalah mengembangkan usaha. Manfaat tersebut seharusnya akan semakin dirasakan oleh para karyawan kita, keluarga karyawan kita dan juga customer kita."
(Ardantya Syahreza)



"Perbedaan menjadi karyawan dan entrepreneur adalah; kebebasan dalam mengeksplorasi atas inisiatif kita yang tidak kita dapatkan apabila menjadi seorang karyawan"
(Ardantya Syahreza)

"Menjadi seorang Entrepreneur adalah artinya kita telah memberanikan diri untuk mengambil tanggung jawab sebagai seorang Change Leader yang akan membawa perubahan yang baik bagi lingkungan dan masyarakat"
(Ardantya Syahreza)



Rabu, 30 Maret 2011

Empat Kelompok Orang Kaya

Empat Kelompok Orang Kaya

By marketeers | March 30, 2011 3:26 pm
 


Riset MarkPlus Insight membagi orang-orang kaya menjadi empat golongan. Keempat golongan ini layak diperhatikan oleh para pemasar.  Hal ini disampaikan oleh Dr. Jacky Mussry, Chief Knowledge Officer MarkPlus, dalam Aladin di Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta, Rabu (30/03).

Keempat golongan itu adalah:

1. Tradisional (18.04%)
Golongan ini cenderung memikirkan keluarga dan kerap membeli barang yang terbaik buat keluarganya. Kelompok ini senang membaca buku pengembangan diri, novel romantis, dan biografi orang-orang terkenal. Tradisional adalah kelompok masyarakat yang telah mapan namun introverted. Brand yang sesuai dengan karakternya akan menjadi pilihan kelompok ini.  Misalnya,  Mercy untuk kategori mobil.

2. Feodal (14.15%)
Golongan ini mengharapkan untuk dihormati karena mereka memiliki harta dan kekayaan. Posisi, gelar dan aktualisasi diri sangat penting bagi kelompok ini. Mereka cenderung membeli untuk menyenangkan diri sendiri. Kelompok ini senang membaca buku biografi orang terkenal, keuangan, manajemen, pendidikan, dan sumber daya manusia. Kelompok Feodal memiliki ego lebih tinggi dibanding tradisional namun sama-sama introverted. Brand yang cocok untuk kelompok ini misalnya Rolex untuk kategori jam tangan.

3. Narcis (28.79%)
Orang dalam golongan ini berfikir untuk diri sendiri dan lebih banyak didominasi oleh orang muda atau generasi kedua orang kaya. Mereka menikmati dan ingin menjadi pusat perhatian, ingin menjadi trendsetter, pengadopsi awal, dan ingin dikenal oleh orang lain. Kelompok ini adalah mesin dari pasar barang mewah massal. Mereka suka membaca buku biografi orang terkenal, buku finance, dan buku marketing.  Kelompok narsis memiliki ego tinggi namun suka pamer. Brand yang sesuai dengan kelompok ini.  Misalnya, Starbuck untuk kategori tempat hangout.

4. Philanthropist (39.2%)
Golongan  ini suka berderma. Mereka  terbagi rata antara generasi pertama dan generasi kedua orang kaya. Mereka senang berada dalam masyarakat dimana mereka bisa membuat perbedaan.  Buku yang senang dibaca mereka adalah biografi orang-orang ternama, non-fiksi dan buku pendidikan. Karena suka berderma kelompok ini suka dengan program CSR yang dibuat perusahaan.

*Ulasan lebih dalam dan data lebih lengkap dari riset  “luxury brand” ini dibaca di Majalah Marketeers edisi April 2011.

Senin, 14 Maret 2011

Sebuah Organisasi bernama Himpunan Pengusaha Muda Indonesia - (dari kaca mata seorang Ardantya Syahreza)






Saya pertama kali mengenal sebuah organisasi bernama HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) adalah pada tahun 2006. Saat itu saya baru menjadi wirausaha selama kurang lebih 1 tahun. Seorang teman mengajak saya untuk bergabung.
Sebagai seseorang yang memang suka berorganisasi dan bercita-cita menjadi seorang pengusaha yang tangguh, ini adalah sebuah organisasi yang sempurna buat saya! Tanpa pikir panjang, saya langsung mendaftar dengan datang ke sekretariat. Kebetulan saya tinggal di Jakarta, sehingga saya mendaftar ke kantor BPD HIPMI Jakarta Raya (Jaya).
Tanpa panjang lebar, akhirnya saya diwawancara dan kemudian dilantik sebagai anggota pada tanggal 4 Maret 2007.

1st Impression? Kecewa!

Pada 6 - 10 bulan pertama menjadi anggota HIPMI, saya kecewa. (kecuali gara-gara HIPMI lah saya akhirnya bertemu dengan istri saya tercinta yang sekarang kita dikaruniai 1 putra dan 1 putri yang luar biasa :)).
Agaknya saya bergabung di periode yang kurang tepat. Saya masuk pada saat masa-masa akan ada pemilihan Ketua Umum BPD HIPMI Jaya yang baru untuk periode 2008 - 2011.
Ya ampun. Seringkali kita diundang pertemuan , yang saya pikir akan saling bertukar pikiran mengenai business opportunity atau hal-hal yang berkaitan kewirausahaan, namun yang dibicarakan benar-benar di luar harapan. Isinya hanya mengajak kita untuk membantu memenangkan salah satu kandidat atau dirayu untuk memilih kandidat Ketua Umum yang lain.
Bingung? Banget! Apakah memang harus begini untuk mempelajari dunia usaha? Maksudnya bagaimana sih? Apakah begini untuk bisa saling bernetworking?

Sampai pada hari H di Musyawarah Daerah HIPMI Jaya di tahun 2007 terjadi tarik-menarik voters. Suasana memanas dan saat itu juga saya dan istri merasa bahwa ini sudah keterlaluan.
Kami berharap untuk belajar berwirausaha dan meningkatkan network kita, namun yang kami dapat benar-benar sudah jauh dari harapan. Sehingga saya dan istri benar-benar menarik diri dari HIPMI. Kami tidak masuk di dalam kepengurusan periode terpilih dan juga jarang muncul. Kami non aktif sejak akhir tahun 2007. Setelah itu kami suka diajak kumpul acara golf, futsal, peresmian, talk show ... namun tidak ada yang sesuai dengan harapan kita.

Pemilihan Ketua Umum 2011 - 2014 BPD HIPMI Jaya

Setelah sekian lama HIPMI berada di luar orbit keseharian saya, tiba - tiba di awal bulan Oktober 2010 saya mendapat SMS / BBM dari seorang teman dari HIPMI (= 1 - 2 orang teman yang saya anggap teman terbaik di HIPMI), "Cil, kamu pilih siapa untuk Ketua Umum HIPMI Jaya berikut?"

Saya jawab, "Ha? Memangnya ada pemilihan lagi? Siapa saja calonnya?"
Teman saya menjawab, "Ada A, B, C, D ... " -- dalam hati saya, hanya 1 orang yang saya kenal dari nama-nama yang disebut. Seorang teman yang baik lain dan juga cukup saya rasa paling genuine dalam bersikap.
Jadi saya jawab, "Aku pikir dulu ya. Boleh minta nomor telpon si A (=kandidat yang satu-satunya saya kenal) nggak?"
Kemudian saya hubungi teman lama itu dan akhirnya saya meniatkan diri untuk membantu kampanyenya.

My Come Back to HIPMI

Allah SWT memang Maha Mengetahui atas segala misteri di dunia ini. Siapa yang menyangka, saya, seseorang yang sudah lama 'hilang dari peredaran' tiba-tiba saja mengkomandoi kampanye pencitraan seorang calon Ketua Umum HIPMI Jaya.
Selama 3 bulan penuh, saya bekerja keras untuk memenangkan teman saya ini untuk kursi Ketua Umum HIPMI Jaya.
Karena perkembangan teknologi pula, seperti milis dan blog, akhirnya saya banyak posting sana sini di milis, mewakili si kandidat ... dan dalam waktu singkat, saya sudah berada di dalam HIPMI.
Dalam waktu singkat saya menambah contact BBM teman HIPMI saya dari 10 orang menjadi 120 orang. Luar biasa.
Dalam waktu singkat, saya sudah larut dalam segala aktivitas HIPMI hingga saya juga diikutsertakan sebagai Ketua Departemen Publikasi HIPMI Jaya.

Apa yang Beda?

So, apa cerita berikutnya setelah saya akhirnya berada di dalam orbit HIPMI ini?
Ada yang berbeda.
Ada pergeseran kultur dan warna dari anggotanya. Kalau dulu, saya anggap / persepsi saya semua anak HIPMI itu cuma hura-hura dan hanya memiliki kedekatan pertemanan main, sekarang saya mulai merasakan adanya lebih banyak warna anggota HIPMI yang memang benar-benar pengusaha dan memiliki harapan yang sama dengan saya. Harapan yaitu HIPMI menjadi sekolah pembelajaran kita dalam berwirausaha.

Mulai banyak anggota yang mendengung-dengungkan bahwa Indonesia harus memiliki jumlah wirausaha 10x lipat dari yang kita punya sekarang dan HIPMI yang dianggap sebagai inkubator pengusaha baru, memiliki peran yang sangat besar.

Namun banyak hal masih sama dan masih merupakan Tantangan

Dengan namanya adalah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), namun banyak hal yang tidak sesuai dengan identitas nama organisasi tersebut.
- Banyak anggota HIPMI yang BUKAN PENGUSAHA
- Bahkan, yang bukan pengusaha itu, bisa jadi Pengurus HIPMI

Saya bingung.

Yang berikutnya adalah belum adanya orientasi yang sama dalam masuk ke HIPMI.
- Ada yang ingin mendapatkan pengalaman politik --- (ini bukan organisasi politik padahal????)
- Ada yang ingin mendapatkan uang karena menjadi anggota kampanye / timses atau dekat dengan anak orang kaya
- Ada wanita-wanita yang masuk, baik dia pengusaha atau bukan, untuk mencari laki-laki idaman

Yang benar-benar pengusaha dan ingin memperluas wawasan serta network bagaimana? Ada juga, namun ya itu, jumlahnya masih berbanding dengan yang memiliki orientasi berbeda.

Banyak sekali praktek-praktek yang masih kurang layak, seperti:
- Ketua Umum menjadi sumber pendanaan organisasi, bukan dari fee keanggotaan
-

Senin, 14 Februari 2011

Prosentase (%) Jumlah Entrepreneur dalam suatu negara



JAKARTA, kabarbisnis.com: Entrepreneur atau wirausaha di Indonesia, jumlahnya masih sedikit. Dibandingkan negara lain, malah tertinggal jauh. Saat ini, jumlah entrepreneur di tanah air mencapai 0,18% dari jumlah penduduk. Bandingkan dengan India mendekati 12%, Amerika Serikat 11,5%, China 10%, Singapura 7,2% dan Malaysia 3%.

Global Entrepreneur Monitor menyebutkan idealnya entrepreneur di sebuah negara mencapai 2% dari total penduduknya. Sehingga ekonomi negara itu bisa lebih baik. Saat ini, penduduk Indonesia sekitar 240 juta orang, ini berarti seharusnya ada sekitar 4,5 juta wirausaha.

"Namun kenyataannya, Indonesia baru mencapai 400.000 wirausaha. Jumlah ini sangat rendah bila dibandingkan dengan potensi dan luas wilayah republik ini yang besar," ungkap Surjanto Yasaputera, marketing manager PT. Gelora Jaya, produsen rokok Wismilik Diplomat di Jakarta, Rabu (23/09/10).


SINGAPURA 7.2%
SOUTH KOREA 4%

MALAYSIA 2.1%

THAILAND 4.1%

INDIA 12%

UNITED STATES OF AMERICA :  11.5%

INDONESIA is still 0.24%
Masih harus mengejar 10x lipat dari kondisi yang ada untuk memenuhi kuota kebutuhan jumlah entrepreneur di Indonesia.



Surjanto menilai menjadi wirausaha memang butuh kerja keras, semangat juang tinggi, kecerdasan, jenius, kesabaran, wawasan bisnis yang tajam, juga tahan banting dalam menghadapi situasi yang sulit. Umumnya, wirausaha muda banyak yang putus asa ketika menghadapi masalah, sehingga tidak tangguh dengan upaya yang dilakukan.


"Karenanya, banyak wirausaha yang gulung tikar saat berhadapan dengan sepinya pembeli, sulitnya pemasaran hasil produknya apalagi saat krisis ekonomi melanda banyak yang jatuh dan menutup usahanya. Padahal, sebagai entreprneur harus tetap konsisten dan semangat meski menghadapi situasi yang buruk," jelasnya.

Aviliani, pengamat ekonomi menambahkan rendahnya wirausaha di Indonesia karena banyak faktor, umumnya orang-orang di daerah maupun perkotaan, lebih suka bekerja atau menjadi pegawai negeri setelah lulus sekolah, ketimbang menciptakan lapangan kerja sendiri.

Faktor lainnya, sambung peneliti INDEF (Institute For Development of Economics and Finance), karena keturunan. Dulu orang tuanya menjadi pengusaha lantas usahanya diturunkan
atau dilanjutkan kepada anaknya.

Sebaliknya, jika orang tuanya bukan pengusaha dan anaknya menjadi pengusaha biasanya memilki daya inovasi yang tinggi, mempunyai mental yang kuat dan selalu survival dalam kondisi jatuh bangun dan biasanya wirausaha seperti ini mengalami sukses yang luar biasa, ucap wanita kelahiran Malang.

Dilanjutkan masalah lain dan selalu menjadi kelemahan bagi wirausaha Indonesia setelah sukses, umumnya didatangi perbankan untuk mendapatkan kredit dlam jumlah yang besar.

Sayangnya dana itu tidak disalurkan untuk pengembangan usaha agar lebih meningkat, namun biasanya dipakai untuk konsumtif yakni membeli rumah, mobil atau kebutuhan gaya hidupnya. Akibatnya, banyak wirausaha yang bangkrut karena meninggalkan hutang.

Sumber: http://www.kabarbisnis.com/

Dikutip oleh:


ARDANTYA SYAHREZA
CEO of PT Marketing Komunikasi Indonesia

Prosentase (%) Jumlah Entrepreneur dalam suatu negara



JAKARTA, kabarbisnis.com: Entrepreneur atau wirausaha di Indonesia, jumlahnya masih sedikit. Dibandingkan negara lain, malah tertinggal jauh. Saat ini, jumlah entrepreneur di tanah air mencapai 0,18% dari jumlah penduduk. Bandingkan dengan India mendekati 12%, Amerika Serikat 11,5%, China 10%, Singapura 7,2% dan Malaysia 3%.






Singapura 7.2 %


MALAYSIA 2.1%
Malaysia 2.1 %
Korea Selatan 4 %
Thailand 4.1 %
Amerika Serikat 11.5 %
Indonesia 0.24 % . .
 
Global Entrepreneur Monitor menyebutkan idealnya entrepreneur di sebuah negara mencapai 2% dari total penduduknya. Sehingga ekonomi negara itu bisa lebih baik. Saat ini, penduduk Indonesia sekitar 240 juta orang, ini berarti seharusnya ada sekitar 4,5 juta wirausaha.

"Namun kenyataannya, Indonesia baru mencapai 400.000 wirausaha. Jumlah ini sangat rendah bila dibandingkan dengan potensi dan luas wilayah republik ini yang besar," ungkap Surjanto Yasaputera, marketing manager PT. Gelora Jaya, produsen rokok Wismilik Diplomat di Jakarta, Rabu (23/09/10).

Surjanto menilai menjadi wirausaha memang butuh kerja keras, semangat juang tinggi, kecerdasan, jenius, kesabaran, wawasan bisnis yang tajam, juga tahan banting dalam menghadapi situasi yang sulit. Umumnya, wirausaha muda banyak yang putus asa ketika menghadapi masalah, sehingga tidak tangguh dengan upaya yang dilakukan.


"Karenanya, banyak wirausaha yang gulung tikar saat berhadapan dengan sepinya pembeli, sulitnya pemasaran hasil produknya apalagi saat krisis ekonomi melanda banyak yang jatuh dan menutup usahanya. Padahal, sebagai entreprneur harus tetap konsisten dan semangat meski menghadapi situasi yang buruk," jelasnya.

Aviliani, pengamat ekonomi menambahkan rendahnya wirausaha di Indonesia karena banyak faktor, umumnya orang-orang di daerah maupun perkotaan, lebih suka bekerja atau menjadi pegawai negeri setelah lulus sekolah, ketimbang menciptakan lapangan kerja sendiri.

Faktor lainnya, sambung peneliti INDEF (Institute For Development of Economics and Finance), karena keturunan. Dulu orang tuanya menjadi pengusaha lantas usahanya diturunkan
atau dilanjutkan kepada anaknya.

Sebaliknya, jika orang tuanya bukan pengusaha dan anaknya menjadi pengusaha biasanya memilki daya inovasi yang tinggi, mempunyai mental yang kuat dan selalu survival dalam kondisi jatuh bangun dan biasanya wirausaha seperti ini mengalami sukses yang luar biasa, ucap wanita kelahiran Malang.

Dilanjutkan masalah lain dan selalu menjadi kelemahan bagi wirausaha Indonesia setelah sukses, umumnya didatangi perbankan untuk mendapatkan kredit dlam jumlah yang besar.

Sayangnya dana itu tidak disalurkan untuk pengembangan usaha agar lebih meningkat, namun biasanya dipakai untuk konsumtif yakni membeli rumah, mobil atau kebutuhan gaya hidupnya. Akibatnya, banyak wirausaha yang bangkrut karena meninggalkan hutang.

Sumber: http://www.kabarbisnis.com/

Minggu, 06 Februari 2011

Marketing Komunikasi Indonesia, my baby



PT Marketing Komunikasi Indonesia, is a company that I established in 2006. Well, it started its operation in September 2005, but we managed to set up the legal in 2006.
The company was born due to the concerns of the traditional advertising does not really answer fully the needs of brand communication and brand business objectives.
There was a time when advertising agency refused to be fully responsible in the sales performance of the brand, rather than involve or offer multidimensional solutions.

Therefore, we initiated PT Marketing Komunikasi Indonesia to become a better partner of brand owners in managing its accountable brand communication.

The company has several service units:



        EXIGO is a local brand activation agency specializing in developing below-the-line solutions that meet a company’s sales / business and communication objectives.
        We believe that consumer activation activities are crucial nowadays in order to facilitate consumers to see, to hear, to feel and to experience the brand where above-the-line media is already cluttered.
         Being part of MKI Group, EXIGO has strength in research-base and strategic approach brand activation. This will give our clients advantage to feel assured that our activities will always have measurement and insights-base.
       EXIGO was established in September 2005

 EXIGO Core Services are:
    • Developing Brand Communication Strategy and Activation Concept.
    • Brand Activation Implementation Management:
      • Launching Event Management
      • In-Store Promotional Activities Management
      • Exhibition Event Management
      • Talk Show / Seminar Management
      • Road Show Management



Here are some example of our activities:

BCA 50th Year Anniversary GEBYAR EMAS Consumer Expo (2007)


Nestle Health Wellness Campaign Launch in 2010


Nestle In-Store Activities


10,000 balloons with message: "Drink Milk" Testimonials released to break MURI Records



3 (Hutchison Telecom) Launch Activity in Campus (2007)


Mercedes-Benz E-Class Launch in 2009


Kidzania Brand Activation in School Road Show (2007)


Marketing Research is very much needed as part of our marketing activities. Its function to understand "what's going on" and "what could potentially to be done" has been playing important role in creating the right marketing strategy, communication and other marketing activities.

Therefore, Cauldron Research wants to ensure that brands will move in a more precise and effective way by knowing the right information.

In fact as part of an integrated marketing communication and activation services company (MKI), Cauldron Research has more understanding beyond just research, but also in brand strategy and implementation. This gives us ability to effectively tap into the information really needed by clients.

Our core qualitative research services are:

  • New Advertising & Promotion Concept Checking
  • New Product Concept Evaluation
  • Advertising / Campaign Evaluation
  • Consumers Usage & Attitude Exploration Study
  • Shopping Behavior Study
Our methodologies are:
  • Focus Group Discussions
  • In-Depth Interviews
  • i-Group
  • Ethnography

Cauldron Research client's portfolios are: XL Axiata, BMW Indonesia, Permata Bank, Garudafood, A Mild, and many more.


It has been more than 5 years I have stood as an entrepreneur. MKI is my baby.
Our website is in http://www.mki-group.com 

Best Regards,


Ardantya Syahreza 

Marketing 1.0 , 2.0 , and now 3.0? Values-Driven Marketing

Marketing 3.0 : Value Driven by Philip Kotler
Whatever it is,  it is worth to read.


Di era sekarang, pemasaran saat ini tidak hanya diterjemahkan dalam pengertian positioning, diferensiasi dan merek yang dibungkus dalam identitas merek, integritas merek, dan menghasilkan citra merek. Dunia pemasaran perlu menunjukkan nilai-nilai (spiritual) dalam pemasaran.

Nilai-nilai yang ditebarkan itu diyakini tidak hanya mendongkrak profit tetapi juga menjamin kelanggenan dan penguatan karakter brand, sekaligus membentuk diferensiasi yang tidak tertandingi.

Di dalam buku ”Marketing 3.0: Values-Driven Marketing” Philip Kotler dan saya mengatakan, perusahaan seharusnya tidak hanya memasarkan produk dengan manfaat fungsional ataupun manfaat emosional, melainkan harus pula menonjolkan manfaat spiritual.

Pendekatan pemasaran berbasis nilai ini diyakini akan memperoleh hasil yang berbeda. Karena perusahaan atau pemilik merek tidak sekadar memberikan kepuasan atau mengincar profitabilitas, melainkan memiliki compassion, dan keberlanjutan. Model bisnis yang menyeimbangkan pencetakan profit dan tanggung jawab sosial seperti itu sungguh didambakan oleh banyak pemain bisnis.

Kita tahu bahwa, perjalanan waktu telah membuat model pemasaran berubah, dari Marketing 1.0 ke Marketing 2.0 - dari product centric ke customer-centric era. Dan sekarang marketing telah mentransformasi diri ke dalam human-centric era. Itulah yang dikatakan sebagai Marketing 3.0.

Marketing 1.0 mengandalkan rational intelligent: Produk bagus, harga terjangkau. Konsumen memilih produk berdasarkan tinggi-rendahnya harga yang ditawarkan produsen. Pada level ini konsumen sangat mudah berpindah.

Marketing 2.0 berbasiskan emotional intelligent: Sentuhlah hati customer. Meski suatu produk lebih mahal dibanding yang lain, tapi tetap dipilih konsumen, sebab ia sudah memiliki ikatan emosional dengan produknya.

Marketing 3.0 berdasarkan spiritual intelligent: Lakukan semua dengan Nilai-Nilai Universal seperti kasih dan ketulusan maka profit akan datang. Pada tahap ini, merek telah menjadi “reason for being.” Karena merek itu maka si konsumen diakui keberadaannya.

VALUE BASED MARKETING



Values-driven marketing adalah model untuk Marketing 3.0, yang melekatkan nilai-nilai pada misi dan visi perusahaan. Gagasan ini akan memperbaiki persepsi publik terhadap marketing dan membimbing perusahaan dan pemasar untuk menginkorporasikan visi yang lebih manusiawi dalam memilih tujuan mereka.


Marketing 3.0 ini akan terlihat dari seberapa dalam hubungan hubungan produsen dengan konsumen atau stakeholder-nya. Wujud spiritualisme adalah bagaimana mencintai jejaring stateholder bisnis kita dengan modal dan menjunjung tinggi kejujuran. Jika sudah sampai tahap spiritual sedemikian itu, hubungan antara perusahaan dengan siapapun yang berkepentingan, apakah itu konsumen, karyawan, supplier, akan langgeng terus.

Contoh Penerapan Values-Driven Marketing Matrix di SC JOHNSON



Marketing 3.0 inilah yang merupakan cikal bakal pemikiran bahwa pada akhirnya marketing menjadi horisontal, di mana sisi humanisme si pemasar membuat pasar menjadi datar. Artinya, tidak ada perbedaan status antara Marketer dan Customer. Marketer dan Customer sama rata. Marketer sudah berbaur dengan Customer-nya.

Bagaimana pendapat Anda?
(KOMPAS.COM)


"I totally agree. Today, the value of the brand not depends only what they offer as products or service, but what community values that their brand fights for. Then people would love to be part of it."


Best regards,

Ardantya Syahreza
CEO of PT. Marketing Komunikasi Indonesia 

Jumat, 04 Februari 2011

Ardantya Syahreza in SWA Magazine December 20th, 2010






Who Am I?

WHO AM I?

I am born in Jakarta, December 20th in 1976.
I am the eldest son of 3 brothers.
My dad is an orthopedic surgeon doctor. He is a professional doctor and also a lecture in a Medical Faculty.
My mother is a housewife.

I grew up in a hometown called Malang city in East Java of Indonesia. I went for school there until I graduated from Brawijaya University in 1999 majoring Marketing Management.

As an ordinary kid, I was lucky to have opportunity to join AIESEC (www.aiesec.org). Joined the organization in Economics Faculty of Brawijaya University in 1994, I have made up my career until I became National Committee President in 1998/1999.
The organization has taught me about project management, organization skill, concept development and international exposure. Until today, I am still an active alumni in coaching active members and I am now the Chairman of AIESEC Indonesia Alumni Organization (AIAO).

My career starts from becoming an AIESEC Trainee working in Royal Bank of Canada for only 4 months. Then I continued my career as Marketing Researcher in ACNielsen Indonesia (2000 - 2002).
Finalizing my career in research from Exquisindo Global Research in 2003, I moved to Advertising industry and work with DDB Indonesia (2003 - 2005).
My professional career has developed myself in expertise of combining the skills of marketing research, strategic marketing communication and marketing communication implementation (advertising, media, PR, events / activation, online, social media, etc).

In 2005, I decided to start up my own.
I founded PT. Marketing Komunikasi Indonesia and K-Food Indonesia.
And here goes my journey as an Entrepreneur.

I am now also active as Public Relation of HIPMI Jaya (Indonesian Young Entrepreneur Association - Jakarta Chapter) 2011 - 2014.

I can be contacted via:
- Blackberry PIN:21bee2f5
- Mobile: +62811192012
- Email: ardantya.syahreza@mki-group.com
- Twitter: @ardansyahreza

Best Regards,

Ardantya Syahreza

Being part of Top 40 of Young & Successful Before 40 years Old (version of Fortune Indonesia Magazine)

40 Young & Successful Before 40 Years Old
version of Fortune Indonesia Magazine
November 2010










Being part of communities is important, so that people will know who you are and what you are capable of. Indonesian Young Entrepreneur (IYE!) has given me an opportunity to be acknowledged in Fortune Indonesia Magazine as one of Top 40 Young and Successful Indonesian before 40 years old.

Alhamdulillah.

If you are just passionate in what you are doing, you may reach the sky.


Best Regards,

Ardantya Syahreza
Owner and CEO of PT Marketing Komunikasi Indonesia
Owner and CEO of K-Food Indonesia

My First Blog

My First Blog
Jakarta, February 4th, 2011

I have managed several blogs for other people. Now, it is time for me to have my own.
For quite sometime, I thought, "why would I need a blog?"
What should I write?

Now, I know.

This world needs unlimited thoughts and souls to support and to bring it to a better world. Every single idea is counted. No matter how small it is, it matters.

Therefore, here I am, part of the universe. Contributing my thoughts, ideas, passions, and spirit to share and inspire for I-don't-know how many people.
I just hope, it would come out good for a lot of people.

Let's roll.

Best Regards,


Ardantya Syahreza
A husband of a lovely and determined woman
A father of a kind handsome boy and a sexy charming girl
An entrepreneur in marketing communication industry
A passionate speakers for youth development
A believer of a better world

Blackberry PIN:21bee2f5