Rabu, 09 Januari 2013

Kiprah 100 Alumni Universitas Brawijaya : MENJADI PENGUSAHA ADALAH PANGGILAN HATI

Ardantya Syahreza

MENJADI PENGUSAHA ITU PANGGILAN HATI UNTUK BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB DALAM BERKREASI UNTUK MASYARAKAT

Setiap orang memiliki bakat dan keunggulannya. Keberhasilan seseorang akan dimulai ketika dia menyadari dan memahami bakat dan keunggulannya. Begitu pula dengan Ardantya Syahreza, dia mampu keluar dari sudut sempit keinginan menjadi seorang profesional seperti ayahnya dan berhasil menemukan bakat dan keunggulannya di bidang bisnis. Berkat kegigihan dan kerja kerasnya mengasah potensi diri, kini dia memiliki dua perusahaan dibidang brand activasion (PT Marketing Komunikasi Indonesia) dan di bidang franchise kuliner (PT Kuliner Nusantara Sejahtera Indonesia).

Pria kelahiran Jakarta yang dibesarkan di kota Malang ini awal tidak pernah bermimpi menjadi seorang businessman. Ayahnya, Prof. Dr. dr. Mohamad Hidayat, SPOT, adalah seorang dokter bedah spesialis Orthopedi yang juga menjadi dosen di FK UB. Karena itu, cita-cita masa kecilnya adalah menjadi dokter sebagaimana sang ayah.

“Karena setiap di meja makan kita mendengar cerita dari ayah saya bahwa seorang dokter itu tidak bisa kaya sekali, tapi tidak juga akan jatuh ekonominya, karena akan selalu dibutuhkan. Jadi saya ya tahunya cuma jadi dokter,” kenang Ardantya. “Di SMA pun saya diarahkan untuk sekolah jurusan IPA, padahal nilai saya tidak mencukupi untuk masuk IPA. Sampai harus pindah sekolah supaya bisa masuk IPA.”

Kesibukan sang ayah yang bekerja 12-14 jam sehari membuat hubungan komunikasinya kurang berjalan baik. Meskipun begitu, Ardantya dapat mengambil sisi positif dari sosok seorang laki-laki pekerja keras, bertanggung jawab, tegas dan sukses. Dia kemudian menemukan sosok pelengkap pada diri pamannya, Ir. Benny Subianto, yang sukses bekerja di Jakarta. Pamannya itu pula yang kemudian membelokkan orientasinya tentang masa depan.

“Sampai umur 17 tahun, pada suatu malam saya berdiskusi dengan paman saya dan kemudian di challenge apa alasan saya ingin menjadi dokter. Saya tidak bisa jawab,” tutur Ardantya. “Kemudian dalam diskusi singkat tersebut, wawasan saya langsung terbuka dan langsung mengubah haluan cita-cita saya untuk ingin masuk dunia bisnis."

Setelah lulus SMA, dia pun hanya mengambil jurusan IPS saat mendaftar UMPTN dan akhirnya diterima di Fakultas Ekonomi UB dan mengambil jurusan Manajemen. Dia mulai menemukan keunggulan dirinya, bakat yang dimilikinya, ketika dia diterima sebagai anggota AIESEC, sebuah organisasi internasional yang fokus pada pengembangan kemampuan kepemimpinan.

“AIESEC beroperasi seperti layaknya sebuah perusahaan. Kami sebagai anggota baru, ada training-training yang disediakan seperti marketing training, presentation skills, negotiation training, dan lain-lain, yang tujuannya akan digunakan kita semua sebagai officer pengelola project-project AIESEC,” tutur pria pecinta musik jazz yang sempat menjadi keyboardist Home Band Unit Aktivitas Brawijaya pada tahun 1996-1998 ini.

Kemauannya yang kuat dan kegigihannya mengikuti program-program organisasi membawa Ardantya meraih puncak posisi sebagai Ketua Nasional AIESEC Indonesia tahun 1998/1999. Dan sebagai pengrus AIESEC, dia pun berkesempatan untuk mendesign banyak conference dan planning, memimpin organisasi, memimpin team, dan membuka jaringan dengan teman-teman dari berbagai Negara.

Bersamaan dengan berakhirnya kepengurusan di AIESEC Indonesia pada bulan Juni 1999, Ardantya berhasil lulus ujian skripsi dengan nilai A. Dia langsung berangkat ke Canada untuk mengikuti program international traineeship AIESEC dan berkesempatan bekerja di Royal Bank of Canada.

“Gara-gara pernah kerja di Canada, sewaktu saya melamar bekerja di ACNielsen, saya dianggap seperti lulusan luar negeri. Lumayan,” ungkap Ardantya.
Mulai bergabung dengan ACNielsen Indonesia tahun 2000, Ardantya menganggap awal karirnya menjadi gerbang awal yang membentuk dirinya sebagai seorang professional di bidang marketing. Disitulah dia banyak belajar mengenai bagaimana cara untuk menggali segala informasi dari sudut pandang konsumen dan juga perilaku konsumen---mulai dari brand positioning, segmentation, targeting, consumer insights, dan lain sebagainya. Tahun 2002 dia memutuskan keluar dari ACNielsen Indonesia dan bergabung dengan Exquisindo Global Research sebagai Research Manager.

Bosan bekerja dibidang riset dan karena penasaran bagaimana informasi konsumen dari riset akan diolah, Ardantya kemudian memutuskan lompat ke dunia advertising. Tahun 2003 dia bergabung dengan DDB Indonesia, sebuah perusahaan periklanan multinational, sebagai Business Development Manager.

“Bekerja di sebuah perusahaan periklanan adalah sebuah pengalaman baru setelah 3 tahun bergerak di bidang riset pemasaran. Sebuah dunia yang dinamis dalam hal bagaimana mengkomunikasikan sebuah pesan dari suatu merk atau brand kepada target audience-nya, “ tutur Ardantya. “Saya di sini berperan sebagai individu yang mencari klien-klien baru bagi perusahaan dengan mengembangkan proposal-proposal yang tepat bagi calon klien ini.”

Di sini dia belajar sisi kreatif dari dunia brand communication, bagaimana informasi dari konsumen dapat menjadi sebuah dasar suatu konsep brand communication. Pengalamannya dibidang riset konsumen menjadi modal yang cukup untuk berkarir di dunia advertising. Dan karena itu, dia merasa begitu menikmatinya.

Lama kelamaan kembali muncul rasa bosan. Kali ini bukan bosan dengan pekerjaan, melainkan bosan “disuruh-suruh” oleh bos.

“Bersamaan dengan itu, saya mulai melihat ada peluang pada tahun 2004 itu adalah maraknya agency advertising yang menawarkan iklan TV, radio dan cetak, tapi belum banyak yang menawarkan program-program brand communication yang berbasis terukur, sales oriented, relevan dan interaktif,” ungkapnya. “Pas banget seorang teman sedang mencari agency, maka saya bentuklah PT Marketing Komunikasi Indonesia dengan nama EXIGO Brand Activation Agency.”

Lahirnya PT Marketing Komunikasi Indonesia (MKI) juga distimulasi dari banyaknya komentar para pemilik merek perihal bagaimana mereka bisa mengukur korelasi investasi pada iklan dengan hasil penjualan bisnis. EXIGO adalah agensi below the line yang dirancang untuk melakukan segala kegiatan promosi dan pemasaran merek, sistem remunerasinya memuat variabel nilai yang dibayarkan disesuaikan dengan tingkat keberhasilan suatu kegiatan dan penjualan.

“Merintis usaha sendiri di awal sangatlah menyenangkan. Kata pertama adalah; “BEBAS”! Kita bebas mengarahkan kapal kita, kita bebas menetapkan target kita, strategi kita, gaya kita, ide kita dan lain-lain,” ujar pria yang mengaku memulai usaha sendiri dengan modal nekat ini.

Klien pertamanya adalah sebuah perusahaan dengan produk minuman kotak Country Choice. MKI langsung menggebrak dengan kegiatan School to School untuk mempromosikan minuman kotak ini kepada anak-anak sekolah.
“Event ini cukup berhasil mendongkrak brand image produk tersebut, apalagi menggunakan ikon Spongebob dan digelar kegiatan seperti lomba mewarnai, game, dan lainlain,” jelas dia.

Meskipun cukup berhasil menangani proyek pertamanya, karena minimnya pengalaman menangani usaha sendiri, tahun pertamanya terasa stagnan dengan pertumbuhan yang lambat dan sibuk membangun reputasi dan portfolio.

Di tahun kedua, Ardantya berusaha meyakinkan investor untuk kembali menyuntikkan modal usaha agar MKI dapat merekrut karyawan-karyawan dengan kaliber lebih professional sehingga mampu menggaet lebih banyak potential client. Dan usahanya berjalan baik. Dalam waktu singkat, MKI mampu berkembang pesat dan pada tahun 2007 mampu meraup omzet sebesar 8 milyar rupiah.

“Namun sekali lagi karena minimnya pengalaman, perusahaan tiba-tiba berhenti menerima order bisnis selama semester 1 2008. Perusahaan kami bleeding hingga kita harus mengeluarkan seluruh karyawan, dengan tersisa sekretaris dan Office boy, di Juli 2008,” Ardantya mengungkapkan pengalamannya, bagaimana rasanya jatuh terjerembab setelah menikmati sukses.

Dukungan penuh keluarga, diakuinya, membuatnya mampu kembali bangkit. Dengan dibantu sang istri tercinta, Sofia Ambarini, Ardantya perlahan-lahan berusaha membangun lagi usahanya dari awal. Berbekal portofolio dan kemampuannya di bidang strategi marketing communication, dia berhasil mendapatkan beberapa client dengan dibantu perusahaan teman sebagai vendornya.

“Kami belajar bahwa berkembang haruslah konservatif. Berkembang tidak hanya semata-mata menyuntikkan modal, beli pemain dan akan mencapai titik puncak. Semua butuh proses dan perkembangan dengan bersama antara karyawan/team, dan pimpinan,“ tutur ayah satu putra dan satu putri ini.

Sedikit demi sedikit MKI kembali bergerak. Mulai dengan Omzet 500 juta/tahun di 2009, kemudian naik menjadi 2 miliar per tahun di 2010 dan 2011. Sekarang di tahun 2012, MKI telah mampu kembali mencapai omzet 8 miliar dan terus melaju untuk mengembalikan kejayaannya. Dan untuk menegaskan komitmennya kepada para klien terkait brand activaton, Ardantya mendirikan divisi riset yang kemudian menjadi keunggulan MKI.

“Keberhasilan dalam membantu para klien kami dengan brand-brand mereka untuk mencapai marketing atau business objectives-nya membuat kami semakin percaya diri dan berhasrat untuk selalu mengasah kemampuan kami dalam memberikan solusi-solusi yang tepat bagi brand-brand klien kami,” tegas Ardantya, yang juga pemilik PT Kuliner Nusantara Sejahtera Indonesia (K-Food), yang menaungi usaha franchise Bakso Kota Cak Man di mall Plaza Semanggi, Margo City Depok dan Cibubur Junction.

Sejak didirikan pada tahun 2005, PT Marketing Komunikasi telah membidani beberapa klien-klien seperti Bank Central Asia, Nestle Indonesia, Shell Indonesia, Danone Dairy Indonesia, Mayora Indonesia, Kraft Foods Indonesia, LG Electronics Indonesia, Kidzania, Hutchison Telecom Indonesia, Kalbe Farma, Combiphar, Ranch Market, Arnotts Indonesia dan masih banyak lagi.

Untuk menjadi pengusaha, menurut Ardantya, seseorang harus memiliki keberanian untuk bermimpi, mengeluarkan ide-ide baru dan mengambil resiko. Kedua, passionate, kecintaan pada bidang yang ditekuni, karena biasanya hal itu akan membuat seseorang selalu termotivasi untuk bekerja keras dan all out. Seorang pengusaha juga harus berorientasi pada tujuan, pantang menyerah dan memiliki kemauan yang kuat untuk terus belajar, untuk menyerap berbagai informasi. Selebihnya, banyaklah berdo’a pada Allah SWT dan bantulah orang lain.

Sebagai pribadi, Ardantya meyakini jalan hidup sebagai pengusaha. Dia begitu menikmati makna kebebasan dan kemandirian, yang menurutnya tidak akan tergantikan dengan apapun. Namun, dibalik kebebasan dari seorang pengusaha, Ardantya memahami betul bahwa sebagai seorang pengusaha memiliki fungsi penting untuk selalu berkreasi dan menciptakan hal-hal baru yang membawa kebaikan lebih baik lagi di masyarakat.