Sabtu, 29 Juli 2017

WAKAF untuk Pembangunan Sosial dan Ekonomi

http://www.jawapos.com/read/2017/07/29/147447/knks-dan-pr-wakaf-kita

SUDUT PANDANG
KNKS dan PR Wakaf Kita
Oleh: Raditya Sukmana*

Sabtu, 29 Jul 2017 19:10 | Editor : Miftakhul F.S

Raditya Sukmana (Jawa Pos Photo)

PADA Kamis (27/7) Presiden Joko Widodo me-launching Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) di Istana Negara. KNKS itu telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 91 Tahun 2016 pada November 2016.

Komite tersebut diketuai langsung oleh presiden dan susunan dewan pengarah beranggota sejumlah menteri serta perwakilan regulator seperti Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hal itu merupakan gerakan pemerintah yang signifikan atas komitmen untuk mengembangkan ekonomi syariah.

Dengan bergabungnya beberapa institusi penting tersebut, bisa kita lihat bahwa tujuan dibentuknya komite itu adalah untuk percepatan melalui integrasi antar-institusi penting terkait sehingga tercipta efisiensi yang pada akhirnya adalah membantu pembangunan ekonomi dan sosial. Tulisan ini mencoba menghubungkan tugas KNKS dengan salah satu instrumen ekonomi syariah, yaitu wakaf, dengan fakta potensi wakaf kita yang sangat luar biasa. Mengapa wakaf?

Salah seorang ahli ekonomi syariah asal Turki Prof Murat Cizakca dalam salah satu tulisannya yang berjudul Waqf in History and Its Implications for Modern Islamic Economics menyatakan,

"apabila wakaf dioptimalkan, pemerintah tidak perlu melakukan pinjaman luar negeri yang umumnya berbasis riba."

Awalnya penulis tidak percaya atas pernyataan itu karena melihat bahwa wakaf bersifat sosial dan tidak ada hubungannya dengan pinjaman luar negeri pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Tetapi, setelah membaca argumen beliau, penulis menyadari bahwa apa yang beliau ungkapkan benar adanya.

Penulis menganalogikan pernyataan beliau sebagai berikut, asumsikan banyak orang kaya dan dermawan (wealthy individual philantropist) yang mau menyumbangkan dana (berbentuk wakaf) untuk suatu sektor tertentu, misalnya pendidikan. Mereka bersedia membangun sekolah dan segala fasilitasnya di seluruh Indonesia. Sejumlah orang kaya dan dermawan yang lain mau menyumbang untuk sektor infrastruktur seperti pembangunan jalan tol trans-Sumatera-Jawa-Bali, lingkar Kalimantan, dan Sulawesi Utara ke selatan.

Sejumlah yang lain bersedia menyumbangkan dana untuk wakaf kesehatan berupa pendirian rumah sakit di kota-kota kecil yang kekurangan jumlah rumah sakitnya.

Apabila tiga sektor tersebut dijalankan, pos pengeluaran APBN akan banyak sekali terkurangi. Karena sudah ditanggung sejumlah orang kaya nan dermawan tersebut sehingga APBN yang awalnya defisit sehingga harus pinjam dana luar negeri menjadi surplus karena bantuan masyarakat. Sehingga pinjaman luar negeri tidak diperlukan lagi.

Mungkin kita berpikir mengapa orang kaya tersebut mau memberikan bantuan berbentuk wakaf yang akan menguntungkan banyak orang.

Tidak lain karena apa yang mereka kejar bukan materi di dunia yang sudah mereka dapatkan, melainkan tabungan kelak di akhirat di mana wakaf akan mengalirkan pahala kepada orang yang berwakaf. Artinya, jika seseorang berwakaf untuk sekolah, lantas ada murid yang datang dan belajar di sekolah tersebut, akan ada pahala bagi yang berwakaf sampai hari akhir.

Atas dasar itulah, banyak orang yang mau berwakaf dan penulis yakin fakta wakaf tanah di Indonesia, yaitu sebesar 4,1 miliar meter persegi (data Badan Wakaf Indonesia/BWI), merupakan tanda bahwa masyarakat Indonesia dermawan. Dalam wacana utang pemerintah beberapa minggu terakhir, penerapan wakaf ini perlu mendapat perhatian. Penulis yakin wakaf akan benar-benar mengurangi secara signifikan utang pemerintah.

Karena itu, hemat penulis, kerja utama KNKS sebaiknya diarahkan untuk mendayagunakan wakaf. Sekali lagi karena wakaf adalah dari masyarakat untuk masyarakat. Sehingga pemerintah tidak keluar dana untuk pembangunan fisik tersebut. Pemerintah cukup mengeluarkan dana guna menguatkan sektor regulator wakaf.

Lebih spesifik lagi, tulisan ini ingin memberikan gambaran apa yang hendaknya bisa dilakukan KNKS terkait dengan pengoptimalan wakaf demi pembangunan ekonomi dan sosial.

Pertama, KNKS perlu memberikan kesempatan yang luas kepada instansi terkait untuk melakukan sosialisasi secara signifikan dengan seluruh media massa.
Masyarakat secara umum masih memahami wakaf secara tradisional. Artinya, wakaf masih terbatas pada mewakafkan tanah untuk dibangun masjid, pesantren, atau pemakaman. Padahal, wakaf juga dapat dilakukan dengan mewakafkan uang, hak kekayaan intelektual, saham wakaf perusahaan, dan sebagainya.

Kedua, permasalahan anggaran. BWI di tingkat provinsi maupun daerah belum semuanya mempunyai kantor yang representatif serta anggaran operasional.

Ketiga, KNKS perlu mendorong BWI dan lembaga lain terkait untuk penciptaan tata kelola yang baik sehingga pelaksanaan wakaf dapat efektif dan efisien. Misalnya, perlu dibuatkan peraturan apakah kualifikasi seorang pengelola wakaf (nazir) dengan aset kuburan (makam) sama dengan kualifikasi nazir dengan aset wakaf hotel serupa Zamzam Tower di Makkah (yang memang adalah wakaf). Dalam hal ini, buku yang diterbitkan Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (DEKS BI) yang berjudul Wakaf: Pengaturan dan Tata Kelola yang Efektif perlu di-download dan dijadikan rujukan utama.

Keempat, KNKS harus mampu mendorong inovasi pengelolaan wakaf. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah inovasi telah diajukan beberapa pihak untuk meningkatkan peran wakaf dalam perekonomian nasional. Inovasi tersebut pada umumnya berupa integrasi wakaf dengan instrumen keuangan syariah. Salah satu bentuknya adalah wakaf manfaat asuransi yang telah dijalankan lembaga wakaf Al-Azhar Peduli Ummat. Dompet Dhuafa saat ini juga memiliki aset wakaf berupa saham yang diwakafkan donatur. Selain itu, DEKS BI sekarang sedang mengkaji sukuk dengan underlying aset tanah wakaf. Semua inovasi tersebut harus kita dukung.

Momentum launching KNKS ini perlu disambut baik. Terkait wakaf, KNKS perlu memberikan perhatian khusus bagi sektor ini mengingat potensi untuk pembangunan ekonomi dan sosial begitu tinggi serta tentu akan meringankan beban APBN. (*)

*) Ketua Departemen Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, PhD Holder International Islamic University Malaysia


Privacy Policy
Work with Us
Jawa Pos Corporate
Digital Ads
©2017 PT Jawa Pos Group Multimedia

Kamis, 27 Juli 2017

Rhenald Kasali : DAYA BELI TURUN?

DAYA BELI TURUN?
oleh Rhenald Kasali

Saya kok ragu daya beli turun. Kajian yg kami lakukan pd dataran mikro menunjukkan uang sdg berpindah (shifting) dari kalangan menengah ke atas ke ekonomi rakyat. Dan para elit sekarang sedang sulit krn peran sbg "middleman" mereka pudar akibat disruptive innovation, lalu meneriakkan "daya beli turun".

Sy cek di tiga titik:

1. JNE. Ini adalah jaringan logistik yg marketsharenya sdh di atas PT Pos dan nama perusahaannya disebut oleh smua bisnis online. Di JNE   Sy dapat data pegawainya ditambah terus utk melayani pengambilan dan pengiriman logistik. Penambahan SDM bbrp bulan terakhir sd 500 orang.

Tak banyak orang yg tahu bhw konsumen dan pedagang beras di kalimantan kini lbh bnyk membeli beras dan minyak goreng via tokopedia dari Surabaya, Lombok, Makasar dll. Juga tak bnyk yg  tahu bhw angkutan kargo udara dari solo naik pesat utk pengiriman garmen dan barang2 kerajinan. Juga dari kota2 lainnya. Artinya usaha2 kecil dan kerakyatan mulai diuntungkan

2. Retailer. Aprindo melaporkan penjualan yg dicapai anggota aprindo semester 1 sales drop 20%. Ini mulai mengikuti pola angkutan taksi yg sdh turun skitar 30-40% tahun lalu. Apakah krn daya beli? Bukan, penyebabnya adalah shifting ke taxi online. Sama halnya retail dan hotel yg beralih dari konvensional ke online.

Artinya bukan daya beli drop, bukan juga krn keinginan membeli turun, melainkan terjadi shifting

3. Produsen besar FMCG. Hampir smua yg kami temui mengakui omset mrk naik 30/40%. Mulai dari tepung terigu kami cek ke Bogasari sd obat2an (consumer health) kaki cek ke Kalbe. Demandnya masih naik pesat. Tetapi produsen spt Gulaku mengaku drop krn kebijakan HET yg mulai dikontrol pemerintah.

Lalu siapa yg pendapatannya turun dan mengapa turun?
Jawabnya yg turun adalah grosir2 besar yg biasa membayar kepada produsen mundur 45 hari-3 bulan. Diantaranya adalah supermatket2 besar yg biasa "ngerjai" UMKM dgn menunda pembayaran. Kini dengan munculnya dunia online UMKM bisa langsung, maka supermatket besar kekurangan pasokan. Produsen besar juga menahan stoknya, lebih mngutamakan membuka jalur distribusi baru.

Berkat Tol laut kini para agen-agen penyalur FMCG yg berada di Lombok, NTT, Maluku, Sulawesi dll bisa dapat barang langsung dari produsen tanpa melalui middleman di JKT, Bandung, Surabaya dll.

Kini penerimaan para midleman besar di P Jawa itu kehilangan pasar. Demikian juga supermarket2 besar  yg terbiasa menjual kpd para agen di masa lalu. Kini mereka juga dibatasinkrn parabprodusrn mulai menata jatingan disttibusinya berkat infrastruktur yg bagus dan kedatangan kapal yg lbh rutin (kebijakan tol laut). 

Itulah yg mereka keluhkan dengan  "DAya beli turun". In fact, pasar bergeser, pemerataan tengah terjadi walaupun blm smp ke bawah sekali (kelompok prasejahtera), namun "kekayaan" kelompok mapan di P Jawa (khususnya para middleman) tengah tergerus.

Smg kita bs sedikit lbh jernih melihat. Bhw pembangunan infrastruktur dan tol laut ini menimbulkan dampak shifting yg besar, namun dlm jangka panjang mudah2an baik bagi pemerataan kelas menengah. Tinggal tax policy utk menangani the plutocrats (kalangan superkaya yg jumlahnya sedikit tapi menguasai banyak).

Salam

===========================

PARA MAKELAR YANG TERGUNCANG..

Membaca tulisan pak Rhenald Khasali selalu menarik..

Dari tautan seorang teman, pak Rhenald berbicara tentang bagaimana paniknya para "middle man" atau para perantara yang selama ini menguasai ekonomi Indonesia.

Para perantara ini ada di semua sektor apa saja. Mulai dari proyek pemerintah dgn nama keren makelar proyek, sampai komoditi pokok pangan. Contoh middle man dalam komoditi beras ya seperti PT IBU itu lah..

Kenapa mereka panik ? Disini menariknya..

Kebijakan Jokowi dengan kontrol ketatnya pada berbagai bidang seperti penetapan Harga Eceran Tertinggi atau HET membuat keuntungan PT Gulaku drop. Jadi bisa dibayangkan keuntungan PT IBU yang kemaren bermain di beras juga akan mulai drop dengan kontrol ini.

Selain itu, berkat adanya tol laut maka para pedagang di wilayah timur Indonesia bisa mendapat barang langsung dari produsen tanpa melalui perantara dari Jakarta, Bandung dan Surabaya.

Di luar kebijakan Jokowi, pengaruh internet juga sangat kuat menghapuskan peran para middle man..

Pak Rhenald juga menyoroti dropnya pendapatan para grosir2 besar yang biasanya mengambil keuntungan dari UMKM. Grosir besar yang biasanya suka menekan harga beli dan baru membayar 4-5 bulan, sekarang banyak kehilangan pasar.

Para UMKM sudah mulai menggunakan online utk memasarkan barangnya dan produsen pun mulai mengatur jalur distribusinya.

Itulah kenapa banyak toko-toko yang berada di mall banyak yang tutup karena rantai produsen dan konsumen sekarang sudah bertemu tanpa perantara middle man.

Karena mulai terdesak ekonominya inilah para middle man serentak berteriak, "DAYA BELI TURUN !!"

Benarkah turun ?

Pak Rhenald mencoba mengamati dari beberapa titik, salah satunya adalah jasa pengiriman barang JNE. JNE mengalami situasi kegiatan pengiriman yang jauh lebih padat dari sebelumnya. Beberapa bulan terakhir, JNE sudah menambah pegawai sampai 500 orang.

Inilah yang disebut pak Rhenald sebagai shifting atau perpindahan posisi.

Ekonomi yang biasanya dikuasai oleh para perantara atau middle man itu - yang biasanya berkumpul di pulau Jawa - berubah dan bergerak merata.

Meskipun belum sampai ke tingkat paling bawah atau pra sejahtera, setidaknya ada geliat ekonomi di arus bawah karena mereka bisa langsung bertransaksi tanpa harus membayar biaya lebih kepada perantara.

Akibatnya, para middle man yang biasanya mendapat keuntungan besar dengan cuman modal uang dan jaringan itu pun teriak, "DAYA BELI TURUN !!"

Ya, daya beli mereka, bukan seluruh rakyat Indonesia..

Dan kemana kesalahan ini mereka timpakan ?

Ke Jokowi lah, siapa lagi. Kan harus ada yang salah..

Saya pernah menulis beberapa tahun lalu saat melihat apa yang dilakukan Jokowi.

"Jokowi ini ibarat seorang nahkoda yang membelokkan kapal besar bernama Indonesia yang selama ini bergerak ke jalur yang salah. Belokan tajam yang dilakukan Jokowi akan mengakibatkan perubahan besar2an dalam ekonomi Indonesia dan akan menimbulkan korban2.

Para korban ini adalah mereka yang selama ini mengambil keuntungan besar dari salah jalurnya kapal besar ini.."

Ah, saatnya minum kopi sore hari..

www.dennysiregar.com

=========================

 

Daya Beli Terpuruk, Tetapi Jalan Semakin Macet

Sabtu, 29 Juli 2017 | 12:03 WIB

      

Dalam CEO Forum Metro TV hari Kamis lalu (27/7/2017), saya sengaja mengundang Perry Tristianto sebagai narasumber bersama para pengusaha properti. Kami membutuhkan Perry untuk menguji kebenaran tentang lesunya pasar belakangan ini.

Seperti pengusaha ritel dan properti lainnya, ternyata Perry mengkonfirmasi lesunya pasar. “Sulit,” ujarnya. “Tahun lalu saja sudah susah, tahun ini lebih susah lagi. Dan tahun depan saya yakin akan semakin susah …". Tapi ujungnya Perry mengatakan,  "semakin susah bagi kita tak mau berubah!”

Perry yang dikenal sebagai salah satu raja FO (Factory Outlet), tahu persis pendapatan dari penjualannya di beragam FO di Bandung semakin hari semakin turun. Tetapi, bedanya dengan pengusaha lainnya, ia tak mau menuding masalahnya ada di daya beli.

“Sudahlah,” ujarnya lagi di Rumah Perubahan. “Masalahnya bukan di daya beli, tetapi gaya hidup masyarakat yang terus berubah. Cepat sekali,” tambahnya.

Lawan-lawan tak kelihatan

Tentu saja untuk melakukan validasi ucapan Perry, kita membutuhkan science. Dan science membutuhkan data. Ilmu yang saya kuasai sesungguhnya bisa melakukannya.

Hanya masalahnya, lembaga-lembaga yang ditugaskan mengumpulkan data terperangkap dalam sektor-sektor yang bisa dilihat secara kasat mata. Dan sektor-sektor itu semuanya adalah konvensional.

Taksi konvensional, properti konvensional, ritel konvensional, keuangan dan pembayaran konvensional, penginapan (hotel) konvensional, otomotif yang dirajai pemain-pemain lama, media dan periklanan konvensional dan seterusnya. Hampir tak ada yang menunjukkan data substitusi atau prospek dari disruptornya. Ini tentu bisa menyesatkan.

Sampai kapanpun, kalau data-data yang dikumpulkan tetap seperti itu, maka kita akan semakin cemas, sebab faktanya dunia konvensional cepat atau lambat akan ditinggalkan konsumen baru, khususnya generasi millennials yang sekarang usianya sudah mendekati 40 tahun.

Generasi millennials itu mempunya cara pandang yang benar-benar berbeda dengan para incumbents yang telah bertahun-tahun menjadi market leader. Uang (daya beli) mereka memang belum sebesar generasi di atasnya yang lebih mapan, tetapi mereka bisa mendapatkan barang-barang dan jasa-jasa yang jauh lebih murah di jalur non-konvensional karena dunia ekonomi yang tengah peristiwa disruptif yang luar biasa.

Di dunia baru itu mereka dimanjakan pelaku usaha baru yang telah berhasil meremajakan business process-nya. Mereka bukan pakai marketing konvensional (4P) melainkan business model. Dan lawan-lawan tangguh pemain-pemain lama itu kini hadir tak kasat mata, tak kelihatan.

Ibarat taksi yang tak ada merknya di pintu, tanpa tulisan “taksi”, dan penumpang turun tak terlihat tengah membayar. Sama sekali berada di luar orbit incumbent, pengumpul data dari BPS dan lembaga-lembaga survei lainnya, ekonom, bahkan oleh para wartawan sekaligus.

Kita hanya disajikan angka-angka penurunan yang sudah diramalkan oleh penemu teori Disruption, Christensen (1997), bahwa data-data itu sungguh tak valid. Pernyataan Christensen itu bisa Anda buka di situs YouTube dalam suatu wawancara di kampus MIT.

Di situ Christensen menjelaskan pertemuannya dengan founder Intel, Andy Groove yang sempat meninggalkannya setelah sekitar 5 menit mengundang Christensen. Namun seminggu kemudian Andy menyesali perbuatannya dan kembali mengundang penemu teori Disruption itu. Apa alasannya?

“Saya akhirnya menyadari ucapan Anda bahwa pemain-pemain lama seperti Intel ini bisa terdisrupsi oleh pendatang-pendatang baru yang masih kecil-kecil karena mereka membuat produk yang simpel yang jauh lebih murah,” ujar Andy Groove seperti ditirukan Christensen.

“Look,” ujarnya lagi. “Saya membutuhkan data, tetapi dalam era disruption data yang ada sudah tidak bisa dipakai lagi karena data yang kami kumpulkan adalah data-data kemarin yang hanya cocok untuk melakukan pembenaran. Sedangkan kami butuh data untuk melihat apa yang tengah  dan yang akan terjadi besok. Jadi yang saya butuhkan; kalau belum ada datanya adalah teori. Dan teori Anda menjelaskan proses shifting itu.”

Intel selamat berkat disruptive mindset-nya. Dan sekarang kita saksikan hal itu tengah terjadi secara besar-besaran dalam landscape ekonomi Indonesia. Semua orang bingung.

Tabloid Kontan menyajikan judul menarik, “Gejala Anomali Ekonomi Indonesia” sembari menunjukkan data-data penurunan pertumbuhan penjualan beragam sektor. Sayangnya kita hanya membaca sektor-sektor yang, maaf, konvensional.

Kita tak cermat membaca ketika penjualan sepeda motor turun sebesar 13,1 persen dan semen turun1 persen untuk semester 1 tahun ini (dibanding periode yang sama tahun lalu). Kemana ia beralih?

Juga tak kita baca bahwa pendapatan PT Astra International naik 30 persen sepanjang semester I tahun ini.

Yang lain kita mendengarkan pandangan-pandangan yang saling bertentangan. Teman saya pengusaha keramik terbesar di negeri ini mati-matian menjelaskan daya beli saat ini sedang drop. Tetapi Perry Tristianto mengatakan, “Dulu saja, Jakarta-Bandung atau sebaliknya cukup 2 jam. Sekarang 5 – 7 jam. Sulit bagi saya untuk mengakui bahwa daya beli turun?”

Saya tambahkan lagi, selama mudik lebaran kemarin (dipantau sekitar 4 minggu), penumpang yang terbang dari 13 bandara di lingkungan AP 2 naik sekitar 11 persen. Lalu di Bandara Halim Perdanakusuma saja naiknya hingga 25 persen.

Blame and Confirmation trap

Kejadian-kejadian ini jelas disukai para eksekutif yang bisnis-bisnisnya mengalami kelesuan. Maaf, maksud saya, kita tiba-tiba seperti punya jawaban pembenaran. Semacam konfirmasi. “Tuh kan, emang bener, daya beli turun. Jadi wajar, kan?”

Pada saat saya tulis kolom ini pun banyak yang menunjukkan gejala serupa: mainan anak-anak juga turun signifikan. Sama dengan data dari asosiasi pengusaha angkutan truk.

Mengapa kita tak belajar dari pertarungan mainan anak-anak antara Hasbro (yang naik terus penjualanannya karena bertransformasi dari mainan monopoli ke mainan transformer yang kaya "experience" dan online games) dengan Mattel (yang dari masa ke masa hanya membuat boneka Barbie).

Para penjaja mainan juga luput memonitor beralihnya anak-anak ke permainan yg menantang seperti gym anak-anak, parkour dan mainan lain yang kayaengagement.

Namun alih-alih membaca weak signals, hari-hari ini komentar yang sering kita dengar justru lebih banyak menghibur diri untuk membenarkan turunnya pencapaian target.

Lantas pertanyaannya, “memangnya kalau kondisi kembali membaik menurut versi itu, katakanlah sekarang daya beli benar-benar turun (bukan shifting), nanti manakala benar-benar sudah kembali lagi, katakanlah setahun dari sekarang , dan daya beli membaik besar-besaran, lantas penjualan produk/jasa Anda benar-benar kembali naik?”

Come on, my brother. Itu benar-benar perangkap. A confirmation trap karena puluhan pelaku usaha di bidang yang konvensional semua membenarkannya. Dan Anda pun memiliki satu buah perangkap lagi: A blame trap. Ya, kita terlalu senang mencari, pertama-tama, siapa yang bisa kita blame, kita salahkan, bukan memecahkan masalah yang sebenarnya.

Realitas lain

Kebetulan sejak buku Disruption beredar akhir februari lalu, di Rumah Perubahan kami mulai mengkaji kejadian-kejadian yang berada di luar orbit konvensional.

Kami mendengarkan, mengecek kebenaran, mengumpulkan fakta-fakta yang terjadi dalam aneka usaha yang berkembang di luar orbit yang kasat mata itu.

Kami membuat semacam case study dan menyebarkannya kepada sejumlah eksekutif. Sebulan sekali mereka datang dan mengikuti kuliah saya, membahas kasus-kasus itu sehingga mereka bisa membedakan mana kasus tentang bisnis yang salah urus dan mana yang terimbas disruption. Kami membagi ke dalam dua kelompok.

Kelompok pertama, adalah para CEO dan pejabat-pejabat Eselon 1, komisaris perusahaan, para rektor dan pemimpin-pemimpin strategis. Kami membahas bagaimana mereformulasi strategi di era ini. Lalu kelompok kedua diikuti orang-orang marketing dan sales, para CMO (Chief Marketing Officer).

Dalam setiap pertemuan, kami menghadirkan CEO –CEO yang melakukan disruption dan yang terdampak oleh disruption. Dari situ kami mengetahui apa yang setidaknya terjadi atau bakal terjadi.

Kami jadi mengerti mengapa penjualan sepeda motor turun, sementara kendaraan yang lain justru tengah kebanjiran permintaan. Kami jadi mengerti mengapa Sevel ditutup, mengapa supermarket-supermarket besar kini kesulitan akibat perbaikan distribusi yang dilakukan produsen-produsen besar.

Kami jadi mengerti mengapa suasana perdagangan di Harco (Glodok), Mangga Dua dan bahkan Pasar Tanah Abang serta Electronic City yang dulu ramai kini mulai terganggu.

Kami juga mengecek sektor-sektor non-konvensional. Tidak terlalu sulit karena dua start up lahir dari tempat kami, yang satu situs pengumpulan dana (crowd funding) dan satu lagi situs peternakan yang semua saling terjalin kerjasama dengan start up-start up besar Nusantara lainnya dalam bidang fintech dan retail. Kami bisa lebih mudah mengintip data-data mereka.

Dari berbagai pertemuan dengan para CEO itu, saya juga mendapatkan data-data yang bertentangan dengan pandangan tentang memudarnya daya beli.

Minggu lalu saya juga sempat makan malam dengan CEO perusahaan tepung tererigu besar yang langsung mengecek data produksi dari ponselnya. Ia mencatat kenaikan permintaan yang masih terus berlanjut meskipun hari raya telah lewat. Bahkan hari raya Lebaran saja ia mengaku sebagian besar pegawainya tak bisa libur demi mengejar produksi.

Tetapi yang lebih menarik adalah membaca data-data perputaran uang dalam bisnis non-konvensional yang akhirnya tampak dalam bidang logistik.

Saya memilih perusahaan yang paling sering disebut situs-situs belanja online semisal JNE atau JNT. Sekali lagi dari JNE saya mendapatkan data pengiriman barang yang sangat signifikan.

Tetapi yang mengagetkan saya terutama adalah perubahan pola penyaluran barang dan sentra-sentra pengiriman. Harus kita akui, shifting yang tengah terjadi sangat berdampak pada semua pemain lama.

Tak banyak yang menyadari bahwa beras dan bahan-bahan pokok yang dibeli para pedagang dan konsumen di Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi saja sudah berawal dari Tokopedia dan Bukalapak.

Barang-barang pangan itu juga bukan lagi diambil dari sentra-sentra konvensional yang selama ini kita kenal. Petanya telah berubah.

Saya juga membaca bahwa perbaikan di sektor perhubungan, khususnya tol laut, jalan tol, pelabuhan-pelabuhan dan bandara-bandara baru telah membuat rezeki beralih dari pedagang-pedagang besar di Jakarta, Bandung, dan Surabaya ke berbagai daerah. Dari pengusaha-pengusaha besar ke ekonomi kerakyatan.

Saya ingin kembali ke rekan saya, Perry Tristianto, si raja FO yang tadi saya ceritakan. Karena penjualan FO sudah bukan zamannya lagi dan turun terus, ia pun telah mengalihkan usahanya dari ritel konvensional ke bidang wisata.

“Saya menemukan perbedaannya. Justru sekarang daya beli itu ada di segmen bawah. Mereka yang naik sepeda motor bersama keluarga mampu ke kawasan wisata, dipungut biaya, dan mengucapkan terima kasih. Sementara yang membawa mobil Mercedes komplain: mengapa harus bayar?"

Saya mengerti fenomena disruption ini masih sulit dipahami para incumbentsyang telah bertahun-tahun menjadi "penguasa" dalam bisnisnya masing-masing. Namun hendaknya kita sadar bahwa banyak hal telah berubah dan kita telah tinggal dalam kubangan aneka perangkap, di antaranya adalah "the past (success) trap".

Saya tak mengatakan daya beli telah tumbut besar-besaran. Saya hanya mengatakan terlalu dini menuding penurunan pendapatan dan penjualan karena daya beli. Mungkin bukan itu masalahnya.

Mari kita ikuti terus fenomena disruption ini.

Cak Fifin Senin, 31 Juli 2017 | 09:13 
hal seperti ini tak ada di universitas, sebaiknya analisis p renald mendapat tempat secara meluas di kalangan mahasiswa dan pelaku usaha di tanah air karena daya beli masy dituding sebagai momok lesunya penjualan produk secara konvensional. anak sy saja sdh ndak prrnah datang ke rmh mkn utk membeli makanan kesukaannya. cukup dengan klik klik, mkanan datang dengan sendirinta. unusual...

 (0)  (0)  Tanggapi  Laporkan

Muliadi Jeo Senin, 31 Juli 2017 | 08:39 
saya pernah membahas tentang perubahan customer behavior ini (yang tertarik bisa search youtube dengan keyword "icube customer 360 journey". pada dasarnya ini juga di alami di negara negara lain yang lebih maju seperti amerika. the core issue is customer is changing and technology fuel it.

Ribay Bayu Sabtu, 29 Juli 2017 | 22:41 
daripada macet2an, bayar parkir, buang waktu & uang bensin, lebih baik belanja online. online shop pada perang harga & diskon gede2an, sbg konsumen saya merasa diuntungkan.

 (4)  (0)  Tanggapi  Laporkan

Selasa, 18 Juli 2017

World is Changed by Technology


*An interesting talk by the MD of Daimler Benz a bit mind blowing really*

An interesting  concept of what could lay ahead. .

In a recent interview the MD of Daimler Benz (Mercedes Benz) said their competitors are no longer other car companies but Tesla (obvious), Google, Apple, Amazon 'et al' are……  There have always been the 3 constants ...    Death, Taxes and CHANGE!

Software will disrupt most traditional industries in the next 5-10 years.  

Uber is just a software tool, they don't own any cars, and are now the biggest taxi company in the world

Airbnb is now the biggest hotel company in the world, although they don't own any properties.  

Artificial Intelligence: Computers become exponentially better in understanding the world. This year, a computer beat the best Go player in the world,  10 years earlier than expected.

In the US, young lawyers already don't get jobs. Because of IBM Watson, you can get legal advice (so far for more or less basic stuff) within seconds, with 90% accuracy compared with 70% accuracy when done by humans.

So if you study law, stop immediately. There will be 90% less lawyers in the future, only specialists will remain. 

Watson already helps nurses diagnosing cancer, 4 times more accurate than human nurses.

Facebook now has a pattern recognition software that can recognize faces better than humans.

In 2030, computers will become more intelligent than humans.

Autonomous cars: In 2018 the first self driving cars will appear for the public.

Around 2020, the complete industry will start to be disrupted.
You  won't want to own a car anymore. You will call a car with your phone, it will show up at your location and drive you to your destination. You will not need to park it, you only pay for the driven distance and can be productive while driving. Our kids will  never get a driver's licence and will never own a car.

It will change the cities, because we will need 90-95% less cars for that. We can transform former parking spaces into parks. 1.2 million people die  each year in car accidents worldwide. We now have one accident every 60,000 miles (100,000 km), with autonomous driving that will drop to one accident in 6 million miles (10 million km). That will save a million lives each year.

Most car companies will probably become bankrupt. Traditional car companies try the evolutionary approach and just build a better car, while tech companies (Tesla, Apple, Google) will do the revolutionary approach and build a computer on wheels.

Many engineers from Volkswagen and Audi; are completely terrified of Tesla.

Insurance companies will have massive trouble because without accidents, the insurance will become 100x cheaper. Their car insurance business model  will disappear.

Real estate will change. Because if you can work while you commute, people will move further away to live in a more beautiful neighborhood.

Electric cars will become mainstream about 2020. Cities will be less noisy because all new cars will run on electricity.

Electricity will become incredibly cheap and clean: Solar production has been on an exponential curve for 30 years, but you can now see the burgeoning impact. 

Last year, more solar energy was installed worldwide than fossil. Energy companies are desperately trying to limit access to the grid to prevent competition from home solar installations, but that can't last. Technology will take care of that strategy.

With cheap electricity comes cheap and abundant water. Desalination of salt water now only needs 2kWh per cubic meter (@ 0.25 cents). We don't have  scarce water in most places, we only have scarce drinking water. Imagine what will be possible if anyone can have as much clean water as he wants, for nearly no cost.  

Health:    The Tricorder X price will be announced this year. There are companies who will build a medical device (called the "Tricorder" from Star Trek)  that works with your phone, which takes your retina scan, your blood sample and you breath into it.

It then analyses 54 biomarkers that will identify nearly any disease. It will be cheap, so in a few years everyone on this planet will have access to world class medical analysis, nearly for free. Goodbye, medical establishment.

3D printing: The price of the cheapest 3D printer came down from $18,000 to $400 within 10 years. In the same time, it became 100 times faster. All  major shoe companies have already started 3D printing shoes.

Some spare airplane parts are already 3D printed in remote airports. The space station now has a printer that eliminates the need for the large amount of spare parts they used to have in the past.

At the end of this year, new smart phones will have 3D scanning possibilities.    You can then 3D scan your feet and print your perfect shoe at home.  

In China, they already 3D printed and built a complete 6-storey office building.    By 2027, 10% of everything that's being produced will be 3D printed.

Business opportunities: If you think of a niche you want to go in, ask yourself: "in the future, do you think we will have that?" and if the answer  is yes, how can you make that happen sooner?

If it doesn't work with your phone, forget the idea. And any idea designed for success in the 20th century is doomed to failure in the 21st century.

Work:  70-80% of jobs will disappear in the next 20 years. There will be a lot of new jobs, but it is not clear if there will be enough new jobs in such a small time.

Agriculture:   There will be a $100 agricultural robot in the future. Farmers in 3rd world countries can then become managers of their field instead of working all day on their fields.

Aeroponics will need much less water. The first Petri dish produced veal, is now available and will be cheaper than cow produced veal in 2018. Right now, 30% of all agricultural surfaces is used for cows. Imagine if we don't need that space anymore. There are several startups who will bring insect protein to the market shortly. It contains more protein than meat. It will be labelled as "alternative protein source" (because most people still reject the idea of eating insects).

There is an app called "moodies" which can already tell in which mood you're in.  By 2020 there will be apps that can tell by your facial expressions, if you are lying. Imagine a political debate where it's being displayed when they're telling the truth and when they're not.

Bitcoin may even become the default reserve currency ... Of the world!

Longevity:  Right now, the average life span increases by 3 months per year. Four years ago, the life span used to be 79 years, now it's 80 years. The increase itself is increasing and by 2036, there will be more than one year increase per year. So we all might live for a long long time, probably way more than 100.

Education:  The cheapest smart phones are already at $10 in Africa and Asia. By 2020, 70% of all humans will own a smart phone. That means, everyone  has the same access to world class education.

Every child can use Khan academy for everything a child needs to learn at school in First World countries. There have already been releases of software in Indonesia and soon there will be releases in Arabic, Suaheli and Chinese this summer. I can see enormous potential if we give the English app for free, so that children in Africa and everywhere else can become fluent in English and that could happen within half a year.

Jumat, 14 Juli 2017

Brutal Facts of Life

https://youtu.be/yzLdeJojD3I

A very important notes for me especially;

1. You will never know when you are going to die. So value every single of your time with something worthwhile.

2. Your loved ones will also die. So spend more effort for quality relationships.

3. Your Wealth, Your Money will not make you to be better person. It will just amplify for whatever there inside you.
So make sure that you are a good person. Make sure that your life purpose is not for money.

4. Your obsession of 'Finding Happiness' is what block you from getting the Happiness itself. Happiness is now. It is what you already Have Now.

5. Spare your time to create good memories for you and loved ones.

6. Stop trying to be somebody else and pleasing everyone. Be yourself and respect your values.

7. You are not perfect. You will never be. Stop making unrealistic standards for yourself. It will tear you apart.

8. Your Actions speak louder than your words. So be accountable. Be responsible. Be committed. Put thought in every of your actions.

9. Your wealth achievements will not mean anything in your death bed. Your relationships with people, loved ones, all will be the things that you will remember.

10. Your talents will not mean anything without consistent exercise. Go out from your comfort zone. Take action now.

11. Stop worrying the Past. You can not change thus no point of regretting. You can build the future instead.

12. You are the Author of Your Life. Stop asking sympathy from other people. It is you who will drive your life.
Start creating your Life Story.

13. Use words wisely. Start inspiring people. Do not hurt people's heart.

14. Invest time on yourself. Build yourself.

15. It is not about what happened. It is how you will react to it. Train yourself to react only for better outcomes.

16. Pleasure is temporary. Stop chasing fireworks but start building the foundation and the strong construction. Do not settle for Ego boost.

17. Go out there and Do It all your ambition.

Rabu, 12 Juli 2017

Belajar dari Ibu Mooryati Soedibyo, Dian Sastro dan Susi Pudjiastuti

Mooryati Soedibyo, Dian Sastro, dan Metakognisi Susi Pudjiastuti

Oleh Prof. Rhenald Kasali

Saya kebetulan mentor bagi dua orang ini: Dian Sastro dan Mooryati Soedibyo. Akan tetapi, pada Susi Pudjiastuti yang kini menjadi menteri, saya justru belajar.

Ketiganya perempuan hebat, tetapi selalu diuji oleh sebagian kecil orang yang mengaku pandai. Entah ini stereotyping, atau soal buruknya metakognisi bangsa. Saya kurang tahu persis.

Mooryati Soedibyo

Sewaktu diterima di program doktoral UI yang pernah saya pimpin, usianya saat itu sudah 75 tahun. Namun, berbeda dengan mahasiswa lain yang datang pakai jins, dia selalu berkebaya. Anda tentu tahu berapa lama waktu yang diperlukan untuk berkebaya, bukan?

Akan tetapi, ia memiliki hal yang tak dimiliki orang lain: self discipline. Sampai hari ini, dia adalah satu-satunya mahasiswa saya yang tak pernah absen barang sehari pun. Padahal, saat itu ia salah satu pimpinan MPR.

Memang ia tampak sedikit kewalahan "bersaing" dengan rekan kuliahnya yang jauh lebih muda. Akan tetapi, rekan-rekan kuliahnya mengakui,  kemajuannya cepat. Dari bahasa jamu ke bahasa strategic management dan science yang banyak aturannya.

Teman-teman belajarnya bersaksi: "Pukul 08.00 malam, kami yang memimpin diskusi. Tetapi pukul 24.00, yang muda mulai ngantuk, Ibu Moor yang memimpin. Dia selalu mengingatkan tugas harus selesai, dan tak boleh asal jadi."

Masalahnya, ia pemilik perusahaan besar, dan usianya sudah lanjut. Ada stereotyping dalam kepala sebagian orang. Sosok seperti ini jarang ada yang mau kuliah sungguhan untuk meraih ilmu. Nyatanya, kalangan berduit lebih senang meraih gelar doktor HC (honoris causa) yang jalurnya cukup ringan.

Akan tetapi, Mooryati tak memilih jalur itu. Ia ingin melatih kesehatan otaknya, mengambil risiko dan lulus 4 tahun kemudian. Hasil penelitiannya menarik perhatian Richard D’aveni (Tuck School-USA), satu dari 50 guru strategi teratas dunia. Belakangan, ia juga sering diminta memaparkan kajian risetnya di Amerika Serikat, Belanda, dan Jerman.

Meski diuji di bawah guru besar terkemuka Prof Dorodjatun Kuntjoro Jakti, kadang saya masih mendengar ucapan-ucapan miring dari orang-orang yang biasa menggunakan kacamata buram dan lidahnya pahit. Ada saja orang yang mengatakan ia "diluluskan" dengan bantuan, "sekolahnya hanya dua tahun", dan seterusnya. Anehnya, kabar itu justru beredar di kalangan perempuan yang tak mau tahu keteladanan yang ia tunjukkan. Kadang ada juga yang merasa lebih tahu dari apa yang sebenarnya terjadi.

Akan tetapi, ada satu hal yang sulit mereka sangkal. Perempuan yang meraih doktor pada usia 79 tahun ini berhasil mewujudkan usahanya menjadi besar tanpa fasilitas. Perusahaannya juga go public. Padahal, yang menjadi dosennya saja belum tentu bisa melakukan hal itu, bahkan membuat publikasi ilmiah internasional saja tidak. Namun, Bu Moor juga berhasil mengangkat reputasi jamu di pentas dunia.

Dian Sastro

Dia juga mahasiswi saya yang keren. Sewaktu diterima di program S-2 UI, banyak juga yang bertanya: apa benar artis mau bersusah payah belajar lagi di UI?

Anak-anak saya di UI tahu persis bahwa saya memang cenderung bersahabat, tetapi mereka juga tahu sikap saya: "no bargain on process and quality".

Dian, sudah artis, dan sedang hamil pula saat mulai kuliah. Urusannya banyak: keluarga, film, dan seabrek tugas. Namun lagi-lagi, satu hal ini jarang dimiliki yang lain: self discipline. Ia tak pernah abai menjalankan tugas.
Sebulan yang lalu, setelah lulus dengan cum laude dari MM UI, ia berbagi pengalaman hidupnya di program S-1 pada kelas yang saya asuh.

"Saat ayah saya meninggal dunia, ibu saya berujar: kamu bukan anak orang kaya. Ibu tak bisa menyekolahkan kalau kamu tidak outstanding," ujarnya.

Ia pun melakukan riset terhadap putri-putri terkenal. Di situ ia melihat nama-nama besar yang tak lahir dari kemudahan. "Saya tidak cantik, dan tak punya apa-apa," ujarnya.

Dengan uang sumbangan dari para pelayat ayahnya, ia belajar di sebuah sekolah kepribadian. Setiap pagi, ia juga melatih disiplin, jogging berkilo-kilometer dari Jatinegara hingga ke Cawang, ikut seni bela diri. "Mungkin kalian tak percaya karena tak pernah menjalaninya," ujarnya.

Itulah mental kejuangan, yang kini disebut ekonom James Heckman sebagai kemampuan nonkognisi. Dian lulus cum laude dari S-2 UI, dari ilmu keuangan pula, yang sarat matematikanya. Padahal, bidang studi S-1 Dian amat berjauhan: filsafat.

Metakognisi Susi

Sekarang kita bahas menteri kelautan dan perikanan yang ramai diolok-olok karena "sekolahnya". Beruntung, banyak juga yang membelanya.

Khusus terhadap Susi, saya bukanlah mentornya. Ia terlalu hebat. Ia justru sering saya undang memberi kuliah. Dia adalah "self driver" sejati, yang bukan putus sekolah, melainkan berhenti secara sadar. Sampai di sini, saya ingin mengajak Anda merenung, adakah di antara kita yang punya kesadaran dan keberanian sekuat itu?

Akan tetapi, berbeda dengan kebanyakan orangtua yang membiarkan anaknya menjadi "passenger", ayah Susi justru marah besar. Pada usia muda, di pesisir selatan yang terik, Susi  memaksa hidup mandiri. Ditemani sopir, ia menyewa truk dari Pangandaran, membawa ikan dan udang, dilelang di Jakarta. Hal itu dijalaninya selama bertahun-tahun, seorang diri.

Saat saya mengirim mahasiswa pergi "melihat pasar" ke luar negeri yang terdiri dari tiga orang untuk satu negara, Susi membujuk saya agar cukup satu orang satu negara. Saya menurutinya (kisah mereka bisa dibaca dalam buku 30 Paspor di Kelas Sang Profesor).

Dari usaha perikanannya itu, ia jadi mengerti penderitaan yang dialami nelayan. Ia juga belajar seluk-beluk logistik ikan, menjadi pengekspor, sampai terbentuk keinginan memiliki pesawat agar ikan tangkapan nelayan bisa diekspor dalam bentuk hidup, yang nilainya lebih tinggi. Dari ikan, jadilah bisnis carter pesawat, yang di bawahnya ada tempat penyimpanan untuk membawa ikan segar.

Dari Susi, kita bisa belajar bahwa kehidupan tak bisa hanya dibangun dari hal-hal kognitif semata yang hanya bisa didapat dari bangku sekolah. Kita memang membutuhkan matematika dan fisika untuk memecahkan rahasia alam. Kita juga butuh ilmu-ilmu baru yang basisnya adalah kognisi. Akan tetapi, tanpa kemampuan nonkognisi, semua sia-sia.

Ilmu nonkognisi itu belakangan naik kelas, menjadi metakognisi: faktor pembentuk yang paling penting di balik lahirnya ilmuwan-ilmuwan besar, wirausaha kelas dunia, dan praktisi-praktisi andal. Kemampuan bergerak,
berInisiatif,
Self discipline,
Menahan diri,
Fokus,
Respek,
Berhubungan baik dengan orang lain, membedakan kebenaran dengan pembenaran, mampu membuka dan mencari "pintu" adalah fondasi penting bagi pembaharuan, dan kehidupan yang  produktif. 

Manusia itu belajar untuk membuat diri dan bangsanya tangguh, bijak mengatasi masalah, mampu mengambil keputusan, bisa membuat kehidupan lebih produktif dan penuh kedamaian. Kalau cuma bisa membuat keonaran dan adu pandai saja, kita belum tuntas mengurai persepsi, baru sekadar mampu mendengar, tetapi belum bisa menguji kebenaran dengan bijak dan mengembangkannya ke dalam tindakan yang produktif.

Ketiga orang itu mungkin tak sehebat Anda yang senang melihat kecerdasan orang dari pendekatan kognitif yang bermuara pada angka, teori, ijazah, dan stereotyping. Akan tetapi, saya harus mengatakan, studi-studi terbaru menemukan, ketidakmampuan meredam rasa tidak suka atau kecemburuan pada orang lain, kegemaran menyebarkan fitnah dan rasa benar sendiri, hanya akan menghasilkan kesombongan diri.

Anak-anak kita pada akhirnya belajar dari kita, dan apa yang kita ucapkan dalam kesaharian kita juga akan membentuk mereka, dan masa depan mereka.

Senin, 10 Juli 2017

SUPERMARKET TANPA PEGAWAI by Jack Ma

http://m.frontroll.com/news-24238-inilah-supermarket-jack-ma-dan-supermarket-ini-tanpa-pengawai.html

Semua orang tidak pernah memikirkan hal itu, supermarket Jack Ma yang tidak berpegawai akan datang begitu cepat! Juga tidak ada yang memikirkan bahwa supermarket itu pun akan sangat populer. Ini akan menjadi bencana yang melanda ke seluruh industri ritel China! Saya harap Anda tidak Akan tereliminasi sebagai pengusaha ritel.

Masa depan telah tiba!

Situs ini sangat nge trend , Jack Ma tidak memiliki supermarket yang secara formal diresmikan

Supermarket Jack Ma sekarang sudah operasional .Buka selama 24 jam sehari, Tidak ada kasir! Yang anda lakukan hanya memilih barang , mengscan kodenya dan mengangkat barangnya dan pergi.

Kemarin (8 Juli), di jalan-jalan di hangzhou, supermarket pertama Mr Jack Ma yang tidak berpegawai dibuka!

Hanya menggunakan ponsel atau taobao alipay untuk bisa masuk , yang anda lakukan hanya dengan menggunakan kode nya langsung di pintu masuk supermarket tersebut.

Supermarket tanpa pegawai pertama milik Jack Ma , terletak di pusat hangzhou, dan sambutan dari masyrakat setempat sangat tergila-gila. Semua antrian panjang terbentuk di pintu masuk, banyak orang mengantri untuk bisa masuk ke supermarket tersebut.

Mulai dari lima jam sore hari sudah banyak orang mengantri ...dan mereka ingin menikmati kenyamanan dalam berbelanja

Semuanya kelihatan seperti supermarket biasa dengan barang barang lengkap , yang membedakan hanyalah , tidak ada pegawai atau salesman .

Pencegahan pencurianpun sudah di antipasipasi oleh sistem ini.

Setelah mengambil barang-barang anda , anda bisa langsung keluar membawanya tanpa kasir dan sistem secara otomatis mengidentifikasi Anda di pintu keluar, saldo anda akan berkurang secara otomatis pada saat anda keluar

Rabu, 05 Juli 2017

Mark Zuckerberg's Answer

CURAHAN HATI MARK ZUCKERBERG, CEO FACEBOOK.

1. Mengapa saya memperisteri seorang wanita tidak berparas cantik ?

2. Mengapa saya menyumbangkan harta / saham facebook saya sebesar USD 45 Miliar, apakah untuk menghindari pajak ?

PERTAMA-TAMA SAYA INGIN MEMBAHAS, APA ITU WANITA CANTIK, APA ITU WANITA TIDAK CANTIK.

Saya mempunyai banyak kesempatan bertemu berbagai wanita cantik. Namun, apa yang disebut wanita cantik kebanyakan berhati seperti kaca, jika sakit manjanya seperti seorang putri raja; dan juga penyakit angkuh. Dan juga akan bertanya kepada saya mengapa begitu kaya namun tidak mau berganti mobil ? Saya tahu tujuan mereka adalah mau pamer di lingkungan teman.

Wanita demikian walaupun secantik apapun, bila sanubarinya hanya menuntut / meminta, tetap kelihatan jelek, jiwanya juga kotor. Wanita demikian barulah dikatakan sebagai wanita berparas jelek, diberikan gratis pun saya tidak mau.

Kecantikan di luar akan berkurang nilainya seiring bertambahnya usia, namun kecantikan dari dalam akan bertambah nilainya seiring bertambahnya usia. Dalam hal ini para ahli ekonomi di Wall Street pasti mengerti, makanya saya sama dengan mereka, tidak akan bersentuhan dengan benda yang secara cepat turun nilainya.

APA YANG SAYA SUKAI DARI PRISCILLA CHAN ISTERI SAYA ?

Raut wajah seorang wanita adalah cermin hati sanubari seseorang, senyumnya memukau selamanya. Sejak hamil, Priscilla sama sekali mengabaikan perubahan yang terjadi pada raut mukanya akibat kehamilannya. Tetap berpakaian sederhana, tanpa dandan, namun kebahagiaannya saya rasakan sepenuhnya dan juga nampak kepada orang lain.

Saya mencintai kesederhanaan Priscilla. Saya mencintai penampilannya, bersemangat namun bijak, berani namun penuh kasih, berjiwa pemimpin namun juga bisa mendukung orang lain. Saya mencintai keseluruhannya. Saat bersamanya, saya merasa sangat nyaman dan santai.

Saya sama sekali tidak merasa Priscilla tersanjung kepada saya. Selain memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, dia juga memiliki kecerdasan emosi / sosial yang tinggi. Jangan lupa bahwa Priscilla adalah lulusan jurusan Kedokteran Harvard University. Anda bisa coba test masuk universitas tersebut, jurusan Hukum, Kedokteran, Ekonomi adalah jurusan yang menjadi rebutan orang. Walaupun lulus test masuk belum tentu anda bisa lulus penuh. Kalau mau dikatakan tersanjung, lebih tepat saya yang tersanjung kepada Priscilla, bukan sebaliknya.

Perkawinan ibarat sepasang sepatu. hanya yang memakainya tahu sepatunya nyaman dipakai atau tidak. Priscilla paling cocok buat saya. Saya dan Priscilla adalah pasangan yang paling ideal di bumi ini. Saya berkenalan dengan Priscilla saat mengantre di toilet. Di mata Priscilla, saya adalah seorang kutu buku. Ini adalah jodoh.

Di mata kalian, Priscilla adalah wanita yang tidak cantik. Namun di mata saya, ia adalah wanita cantik dan paling serasi dengan saya. Saya tidak bisa menahan diri memamerkan foto saya dengan Priscilla yang begitu berbahagia. Dalam foto nampak saya dan Priscilla begitu bahagia, damai, dan alami.

Tips bagi kalian: "Sebagian wanita hanya melihat keburukan orang lain, tidak melihat kecantikan orang lain. Dengan demikian, kebahagiaan akan meninggalkan kalian, tidak berjodoh. Sebab, apa yang ada dalam hati itulah yang ada dalam kenyataan".

SEKARANG MEMBAHAS TENTANG PENGHINDARAN PAJAK YANG DITUDUHKAN KEPADA SAYA.

Kalian berpikir, saya menyumbang USD 45 Miliar apa untuk pamer kekayaan atau menghindari pajak? Apa otak kalian atau otak saya yang bermasalah ? Apa yang kami sumbangkan USD 45 Miliar berbentuk saham sebetulnya, bukan nilai sebenarnya, tapi hanya nilai pasar. Bisa lebih tinggi atau lebih rendah nilainya, ini tergantung pasar yang menentukan.

Dana yang kami sumbangkan untuk digunakan sebagai dana abadi untuk diinvestasikan ke sekolah dan rumah sakit. Saat kelahiran anak kami, kami berkunjung ke rumah sakit, bermaksud untuk bisa ikut berkontribusi dalam dunia pengobatan.

Seiring perkembangan teknologi yang maju pesat, kami sungguh berharap 100 tahun mendatang. Hampir semua penyakit dapat dicegah dan diobati. Saat ini, kebanyakan manusia meninggal akibat penyakit jantung, kanker, stroke, dan penyakit menular lainnya. Diharapkan berbagai penyakit tsb dapat teratasi dengan lebih cepat. Saat menyadari anak kami dan banyak anak lainnya berkemungkinan bisa menghindari berbagai penyakit, kita semua punya tanggung jawab untuk mewujudkan impian itu. Saya tegaskan sekali lagi, saya dan isteri saya akan berkontribusi semaksimal mungkin untuk tujuan tersebut.

Di Silicon Valley, "Mengubah Dunia" kata itu bukan hanya sebuah slogan. Ia merupakan sebuah keyakinan dan kekuatan. Mimpi kami berharap melalui usaha keras kami untuk memperbaiki kualitas pendidikan, pengobatan, integrasi dunia, untuk disumbangkan kembali ke masyarakat, mengubah dunia. Membangun suatu dunia yang lebih baik untuk semua umat manusia.

Teman2 sekalian, kami sedang melakukan upaya "Change The World", apa yang telah kalian lakukan ? Saya mendengar di antara kalian banyak mengeluh, saya ingin katakan bahwa tidak ada artinya mengeluh, tindakanlah yang lebih bermakna.

Saya dan Priscilla menyumbangkan 99% saham kami di Facebook, mendekati semua saham milik kami, apa kalian masih menganggap yang kami lakukan untuk menghindari pajak ? Apa masih ada maknanya menghindari pajak ? Banyak teman2 di China yang kaya raya, mengapa mereka tidak ikut menyumbangkan 99% harta mereka untuk menghindari pajak ?

LALU, TENTANG BAJU DAN MOBIL APA YANG SAYA PAKAI.

Betul, sepanjang tahun saya memakai T-shirt abu-abu dan mobil yang sangat sederhana. Saya tegaskan, saya bukan orang yang berhari-hari tidak ganti baju. Namun, saya membeli banyak T-shirt berwarna abu-abu. Saya berusaha menjalani hidup ini sesederhana mungkin, supaya menghemat pikiran dan waktu memutuskan berbagai hal yang tidak penting. Sebab memilih memakai pakaian, makan pagi, dan berbagai hal kecil itu menyita cukup banyak waktu dan pikiran. Saya tidak ingin membuang waktu hanya untuk hal2 kecil tersebut, sehingga saya bisa lebih konsentrasi melakukan berbagai hal yang lebih bermanfaat untuk masyarakat.

Saya memiliki tiga buah mobil, satu Toyota seharga USD 16 ribu, VW golf seharga USD 18 ribu dan Chevrolet TSX seharga USD 30 ribu. Setelah Facebook go public, saya ganti VW GTI seharga USD 30 ribu. Saya berpendapat, mobil hanya sebuah alat transportasi, tidak perlu yang mahal-mahal.

Saya tidak memakai berbagai barang branded, yang penting saya merasa nyaman. Mengapa butuh barang-barang yang berlebihan ? Kalau yang menyangkut kebutuhan berlebihan, justru otak, perasaan sendiri lebih butuh diutamakan.

Kata bijak Chinese zaman dulu: "Manusia harus menaklukkan benda bukan ditaklukkan benda”. Maksudnya adalah, berbagai materi kehidupan untuk digunakan / dikendalikan manusia, bukan sebaliknya. Saya sangat setuju dengan pemikiran tersebut.

Saya sangat salut ucapan yang pernah diucapkan Mandela, yaitu : "Jiwa saya adalah pemimpin saya, nasib saya dikendalikan oleh diri saya sendiri". Makanya saya tidak gila branded, tidak ada manfaatnya dan sangat tidak masuk akal.

Apa yang ada dalam hati itulah kenyataan yang ada di dunia. Percayalah bahwa dunia ini adalah alam semesta yang indah, jika anda tidak percaya, anda tidak akan bisa memiliki dunia / alam semesta yang indah. Tidak akan memiliki kehidupan yang indah dan penuh kedamaian. Hal tersebut di atas merupakan keyakinan saya dan Priscilla.

Akhir kata, bila ada yang tidak berkenan, mohon petunjuk ! Anda bisa tinggalkan pesan untuk saya. Terima kasih telah luangkan waktu mendengar yang saya sampaikan.

Terima kasih.

=====================

CATATAN :

MARK and PRICILIA, merupakan orang terkaya no.3 di dunia (no.1 adalah Warren Buffet pemilik saham terbesar, no.2 adalah Bill Gates, pemilik program Window's / Microsoft).

Kekayaan Mark USD 45 Milyar. Mark hanya menyisihkan untuk keluarganya 1% (USD 450 juta), luar biasa...! Kasih dan ikhlas adalah kuncinya, itu yang membuat ia hanya memiliki 1% dari keseluruhan sahamnya.

Senin, 03 Juli 2017

12 Laws of Karma

12 Little Known Laws of Karma That Will Change Your Life

Karma is the Sanskrit word for action. One can think of karma as the spiritual equivalent of Newton’s Law of Motion. “For every action there is an equal but opposite reaction.” Basically, when we exhibit a negative force in thought, word, or action, that negative energy will come back to us.

However, karma is not meant to be a punishment. It is present for the sake of education. How else is someone to learn how to be a good person if they are never taught that harmful action is wrong. A person only suffers if they have created the conditions for suffering.

Here are the 12 laws of Karma everyone should know!

1. The Great Law
“Law of Cause and Effect.
”To receive happiness, peace, love, and friendship, one must BE happy, peaceful, loving, and a true friend. Whatever one puts out into the Universe will come back to them.

2. The Law of Creation
Life requires our participation to happen. It does not happen by itself.
We are one with the Universe, both inside and out. Whatever surrounds us gives us clues to our inner state.
Surround yourself with what you want to have in your life and be yourself.

3. The Law of Humility
One must accept something in order to change it. If all one sees is an enemy or a negative character trait, then they are not and cannot be focused on a higher level of existence.

4. The Law of Growth
”It is we who must change and not the people, places or things around us if we want to grow spiritually. All we are given is ourselves. That is the only thing we have control over.
When we change who and what we are within our hearts, our lives follow suit and change too.

5. The Law of Responsibility
If there is something wrong in one’s life, there is something wrong in them.
We mirror what surrounds us, and what surrounds us mirrors us; this is a Universal Truth.
One must take responsibility for what is in one’s life.

6. The Law of Connection
Each step leads to the next step, and so forth and so on. Past, Present, and Future are all connected.

7. The Law of Focus
One cannot think of two different things at the same time. For example; If our focus is on Spiritual Values, it is not possible for us to have lower thoughts like greed or anger.

8. The Law of Giving and Hospitality
If one believes something to be true, then sometime in their life they will be called upon to demonstrate that truth. Here is where one puts what they CLAIM to have learned into PRACTICE.

9. The Law of Here and Now
One cannot be in the here and now if they are looking backward to examine what was or forward to worry about the future.
Old thoughts, old patterns of behavior, and old dreams prevent us from having new ones.

10. The Law of Change
History repeats itself until we learn the lessons that we need to change our path.

11. The Law of Patience and Reward
All Rewards require initial toil.
Rewards of lasting value require patient and persistent toil.
True joy comes from doing what one is supposed to be doing, and knowing that the reward will come in its own time.

12. The Law of Significance and Inspiration
One gets back from something whatever they put into it. The true value of something is a direct result of the energy and intent that is put into it. Every personal contribution is also a contribution to the Whole.
Lesser contributions have no impact on the Whole, nor do they work to diminish it.
Loving contributions bring life to and inspire the Whole.

Karma is a lifestyle that promotes positive thinking and actions. It also employs self-reflection to fix the problems in one’s life.

Sabtu, 01 Juli 2017

General Atlantic from US buys MAP Indonesia 30% stocks

http://jakartaglobe.id/markets/general-atlantic-buys-map-bonds-marking-first-foray-indonesian-retail/

US-based equity firm General Atlantic has bought Rp 1.08 trillion ($75 million) zero-coupon convertible bonds issued by locally-listed fashion and lifestyle retailer Mitra Adiperkasa, or MAP, with a large chunk of the investment tipped to fund MAP's food and beverage unit.

MAP took a hit from slowing household consumption growth in the past two years, with its clothing franchises slump dragging sales despite stable revenue from food and beverages. The company in June consolidated its food and beverage brands under a subsidiary MAP Boga Adiperkasa, in a move to ease funding and boost capital structures.

Under the deal, General Atlantic will be able to convert the five-year bonds into a 29.9 percent share of MAP Boga Adiperkasa when the company lists on the Indonesia Stock Exchange, MAP said. The company did not say when it plan to float its unit.

The unit presides over five food franchises — Starbucks, Pizza Express, Krispy Kreme, Cold Stone Creamery and GODIVA — and boasts over 300 stores across 24 cities.

"We believe the rapid growth of Indonesia’s middle and young working classes, their increasing income, and the urbanization phenomenon offers us an opportunity to strengthen our brands," MAP chief executive V.P. Sharma said in a statement sent to Jakarta Globe on Thursday (18/11).

MAP operates 2,000 retail stores and holds diversified franchises, including Spain-based clothing and accessories retailer brand Zara, major British retailer Marks & Spencer, Japanese department store SEIBU and Reebok, a footwear subsidiary of giant athletics-wear manufacturer Adidas.

This would be General Atlantic's first investment in Indonesia. By tapping into the Southeast Asia's biggest market, it also indicates a growing interest among Western companies to invest in the region. The company previously invested in Garena — a Singapore-based online and mobile platform company — in 2014.

"General Atlantic is very excited about opportunities in Indonesia where domestic consumption comprises more than half of its gross domestic product and its patterns are increasingly shifting towards modern lifestyle brands,” General Atlantic Southeast Asia head said Wai Hoong Fock.

New York-based General Atlantic was founded in 1980 and has heavily invested in a wide range of industries and companies, including ride-hailing app Uber, news and entertainment website BuzzFeed and home-rental site Airbnb.

General Atlantic has 18 investments in Asia including Beijing, Hong Kong, Mumbai, and Singapore.