Jumat, 30 Desember 2016

Lawan Tak Terlihat

🤓 *_OPINI Prof. Rhenald Kasali Ph.D.: Ekonomi Indonesia Hadapi Lawan-Lawan Tak Kelihatan_*

27 Des 2016

Proyeksi ekonomi Indonesia 2017 beserta angka-angka pertumbuhan, inflasi, lapangan kerja, peta investasi, dan seterusnya sudah sering Saudara baca.

Demikian juga ancaman dan peluang dari pasca terpilihnya Donald Trump dan dunia yang semakin protektif. Kehidupan berusaha dan berprofesi di tahun-tahun mendatang juga tidak akan lebih mudah karena muncul peta yang sama sekali baru.

Banyak hal-hal baru yang menakutkan incumbents hadir di depan mata. Salah satunya, proses penghancuran melalui inovasi, bisnis model, dan disrupsi.

Lawan-Lawan Tak Kelihatan

Yang jelas para usahawan tengah menghadapi kompetisi baru yang identitasnya tak begitu kelihatan. Seperti Blue Bird dan Express yang kecolongan Grab dan Uber. Lawan itu datang tanpa logo, tanpa pelat nomor kuning, dan tak ada tulisan taksi. Tahu-tahu armada itu sudah besar dan menggerogoti penerimaan perusahaan.

Akibatnya, Express rugi Rp 81 miliar per kuartal ketiga 2016. Sedangkan laba Blue Bird turun dari Rp 625,42 miliar ke Rp 360 miliar pada kuartal ketiga 2016.

Pada 2016 akhir, kita juga mendengar banyak kalangan pemilik hotel yang menyatakan keinginan untuk exit dari industri ini per kuartal III 2016. Alasannya adalah kontraksi dana APBN yang membuat okupansi hotel untuk keperluan meeting pemerintah berkurang.

Faktanya, para traveler pemula (the millenials) tengah beralih dari hunian hotel ke penginapan-penginapan berbasiskan sharing economy, seperti Airbnb dan Couchsurfing. Di Bali, di sepanjang Jalan Sunset Road, tumbuh rumah-rumah kos elite yang ditawarkan dengan pola ini.

Belum lagi restoran-restoran yang kelak akan kehilangan pengunjung dengan tawaran-tawaran makan siang atau malam bersama penduduk di rumah-rumah mereka melalui platform sharing economy.

Lantas, bagaimana dengan produk sehari-hari? Ambil saja produk makanan. Sejak tahun 2009 konsumen kelas menengah dunia sudah mulai meninggalkan makanan dalam kemasan, beralih ke makanan segar dan organik.

Di berbagai kota besar di Indonesia, kita saksikan rombongan tukang sayur bersepeda motor semakin banyak mendatangi kawasan perumahan. Lalu toko buah-buahan segar dan sayuran tumbuh pesat.

Di Amerika Serikat sendiri, sejak tahun itu 25 produsen utama makanan olahan telah kehilangan pendapatan sebanyak US$ 18 miliar.

Di Laut juga Berubah

Masalah dalam angkutan laut ternyata juga sama. Lagi-lagi banyak pihak salah membaca menyusul bangkrutnya raksasa Shipping Lines, Hanjin (Korea) yang menguasai pangsa pasar 3 persen dunia.

Umumnya para analis menunjuk pelemahan pertumbuhan ekonomi dan melemahnya harga-harga komoditi dunia, yang bahkan mengakibatkan harga kapal anjlok 60 persen dari harga semula.

Akan tetapi, fenomena ini sebenarnya tak berbeda jauh dengan fenomena bisnis taksi, sebab shipping company kini tak perlu lagi mempunyai kapal sendiri. Cukup menjadi operator saja. Jadi, order angkutan barang dari Kalimantan menjadi mahal kalau harus diangkut dengan kapal dari Jakarta. Kini operator cukup mengontak kapal-kapal yang ada di dekat lokasi yang pasti lebih murah.

Dengan strategi ini, Djakarta Lloyd yang dulu juga sempat terancam bangkrut antara 2008-2013 rugi terus dengan total Rp 554 miliar, kini sudah kembali sehat dengan catatan keuangan di tahun 2016 mampu menorehkan laba bersih Rp 40 miliar, sebagai operator company.

Gerak perusahaan operator ini memang tak kelihatan dan begitu luas di seluruh industri dan sektor, tetapi selalu disangkal incumbent. Padahal, perubahan ini sudah mengikuti hukum moore yang terjadi secara eksponensial, supercepat.

Saya harap bulan depan anda sudah bisa membaca kajiannya dalam buku saya yang berjudul Disruption. "Sekalipun Anda Incumbent, dan menghadapi lawan-lawan tak kelihatan, cegah kehancuran sekarang juga."

Saya harap Anda bersabar dulu. Jadi ini adalah sebuah era yang membutuhkan disruptive regulation, disruptive mindset, dan disruptive marketing.

Mari Kita Kenali Ciri-Cirinya

Pertama, teknologi mengubah kita semua dari peradaban time series menjadi real time. Time series statistic menghasilkan indikator-indikator lagging (ketinggalan). Ia menghitung dengan benar, tetapi basis datanya adalah masa lalu.

Peradaban real  bisa menghasilkan indikator-indikator kekinian (current indicator), saat ini, yaitu saat kita menghadapinya sehingga lebih relevan untuk membuat keputusan. Ini tentu berkat teknologi big data analitycs.

Kedua, dulu untuk berbisnis, Anda harus memilikinya sendiri. Kini Anda bisa saling memanfaatkan resources.

Ketiga dulu, teknologi tak memungkinkan kesegeraan. Kita semua harus antri (on the lane), sabar dan rela menunggu. Kini, Anda hidup dalam on demand economy. Jarak sudah mati, stok, data, dan armada, sudah dipindahkan ke dekat lokasi yang membutuhkannya. Teknologi dan algoritma data besar memungkinkan bagi kita untuk melakukannya.

Keempat, kurva supply-demand yang dulu Anda pelajari adalah permintaan-dan-penawaran tunggal. Kini kita hidup dalam dunia apps yang pada saat bersamaan dikerjakan oleh puluhan, bahkan ribuan jejaring.

Kelima, musuh-musuh Anda (kompetitor) sudah tak lagi kelihatan. Mereka langsung masuk ke sasaran-sasaran utama, kepada konsumen, door to door, langsung. Seperti Uber yang tak kelihatan, tak berbendera, tak bertanda apa-apa.

Sekali lagi, sejak dunia mengenal hukum Moore, disruption ini bersifat eksponensial, bukan linear. Artinya supercepat. Bayangkan apa jadinya kalau Anda terlalu lama membuat keputusan, desain perusahaan rigid dan statik, dan pegawai Anda bermental passenger?

Selamat Tahun Baru, 2017. Happy Holiday.

Rhenald Kasali

Guru Besar Ilmu Manajemen UI

@Rhenaldkasali

Rabu, 14 Desember 2016

7 Renungan

Renungan Hari ini:

1. Kerendahan hati merupakan suatu perjalanan iman (spiritual Journey), bukan suatu tujuan #behumble

2. Apabila kita melakukan suatu kebaikan belum tentu dapat diterima oleh semua orang, jadi tetaplah berbuat baik #konsisten

3. Pintar menasehati orang itu baik, tapi paling sulit itu bercermin #ngacadonk

4. Jabatan pelayanan yang kita emban adalah suatu kendaraan utk membawa kita kepada Tuhan, bukan sarana agar kita bisa semakin terkenal #bancitampil

5. Sirik tanda tak mampu, merupakan pepatah lama bagi orang-orang di luar sana yang hobby nya ngomongin orang tidak pada tempatnya #lupadiri

6. Orang yang pintar teori dan rajin ngomongin orang dengan teori tsb itu namanya orang Farisi #sabaraja

7. Tetaplah bersyukur dalam segala situasi karena berbahagialah yang direndahkan maka ia akan ditinggikan #godstime.

Senin, 12 Desember 2016

Mindset Determine Destiny

*Kolom Rhenald Kasali*

Inilah "Mindset" Baru Yang Perlu Diubah Pelaku Usaha di Tahun "Disruption"

Selasa, 13 Desember 2016

KOMPAS.com - Setelah Amerika Serikat memilih Trump, majalah The Economist mencatat: “Bangsa ini telah memberikan suaranya untuk a game changing disruption.”

Old game is over. Seperti kisah tentang akhir zaman, banyak keganjilan dan korban. Ganjil karena mereka memilih Trump, dan ganjil karena perusahaan tanpa aset - tanpa keuntungan valuasinya lebih besar dari perusahaan yang aset dan profitnya besar.

Disruption kreatif dan mematikan incumbent yang takut menjalani perubahan.

Peradapan Trump

Tahun depan, menurut majalah berpegaruh itu, dunia akan memperingati banyak peristiwa penting: 50 tahun Asean, 100 tahun pengambilalihan Rusia oleh kaum Bolshevik, 500 tahun peringatan reformasi Protestan (Martin Luther), dan tentu saja awal pemerintahan Trump.

Setelah Brexit, kecuali Kanada, Barat akan semakin protektif. Trump, kita tahu akan keluar dari kesepakatan Trans-Pacific yang membuat banyak negara pengekspor jungkir balik. Apalagi Trump ingin investornya itu “pulang kampung."

Di lain pihak, banyak negara sudah mempunyai platform yang lebih peaceful terhadap sharing economy sehingga memiliki perizinan terpisah dari bisnis konvensional kendati sektor usahanya sama dengan yang sudah ada. Polanya mengacu pada aturan mengenai bisnis telefon, yang memisahkan perizinan kabel dengan nirkabel. Cara itu terbukti ampuh menyelamatkan AT&T di Amerika, juga PT Telkom di Indonesia.

Akselerasi juga jadi penentu survival di kalangan incumbent dan birokrasi. Jangan kaget bila buku baru Thomas Friedman diberi judul: Thank You for Being Late.

Birokrasi yang masih rumit, pemimpin yang selalu bicara mitigasi resiko (seakan lebih penting dari opportunity), membiarkan industri highly regulated, serba pungutan (sekalipun resmi dan masuk kas negara), hanya menghasilkan rigidity (kekakuan). Sayang bila politisi kita ingin membongkar kembali UU Aparatur Sipil Negara (ASN) yang sedang menuju pada competence-based leadership.

Internal battle

Pelajaran dari survivability incumbents dalam industri jasa operastor telepon di masa lalu menunjukkan pentingnya menerbitkan perijinan dan regulasi terpisah antara keduanya.

Telkom selamat dan menjadi perusahaan BUMN penyumbang dividen yang besar bagi negara karena bisnis selulernya dikelola perusahaan terpisah (PT Telkomsel). Sebaliknya, pertarungan terjadi dalam industri jasa taksi--dan kelak pada industri perbankan, asuransi,
logistik dan pariwisata--karena para pelaku disruption yang menggunakan platform sharing economy “dipaksa” berkegiatan dengan regulasi yang lama yang dilakukan pelaku usaha konvensional.

Ketika perizinan dan regulasi diperlakukan sama, yang akan menjadi korban justru incumbent, bukan pelaku usaha baru, karena hukum alamiah menandaskan pertempuran internal yang mematikan.

Internal battle seperti itu pernah terjadi di Kodak saat mereka menemukan teknologi kamera digital (1975). Inovasi itu akhirnya diambil Sony dan para pembuat telepon genggam, karena di dalam Kodak, terjadi battle tiada akhir.

Orang-orang lama selalu khawatir produk baru atau business model baru selalu akan menganibal pekerjaan dan bisnis mereka. Maka mereka kerap melempar gunjingan dan isu-isu negatif agar perusahaan mengurungkan niatnya mengembangkan bisnis baru yang belum menghasilkan keuntungan dalam janga pendek.

Sementara meski turun, bisnis lama masih untung. Mereka memanipulasi mindset top leader bahwa usaha/produk lama itulah yang harus diperkuat, di reinvestasi, di iklankan dan seterusnya. Mereka lalu memerangkap RVP perusahaan (Resources, Process dan Values) ke dalam mindset lama mereka.

Internal battle terbukti mematikan Kodak. Itu sebabnya disruptive innovation tak datang dari dalam incumbent. Lemari es tak diciptakan oleh para produsen es batu. Cellular phone tak dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan operator telekomunikasi, demikian juga toko buku online dan taksi online. Jawabnya karena internal battle dan mindset lama yang mematikan.

Supply-Demand Berubah

Teori Supply-Demand yang dulu kita pelajari juga akan berubah. Teori lama ini bahkan telah menghambat penemu teori-teori baru dalam membaca realita.

Christensen yang memperkenalkan teori disruptive innovation misalnya, gagal melihat bahwa iPhone adalah karya disruption. Pada tahun 2007 ia memprediksi iPhone akan gagal melawan Nokia dan Blackbery karena baterainya lemah dan security-nya tak bisa mengimbangi Blackberry.

Christensen baru mengakui iPhone beberapa tahun kemudian setelah menyaksikan kekuatan Apps yang dikembangkan para kolaborator independen dan diakomodir Apple. Apps yang berada dalam iPhone menjadi sumber penentu disruption yang justru amat kuat. Ia mengubah pandangan kita tentang supply dalam theory of the firm yang kita kenal sebagai single producer.

Tahun lalu Christensen kembali membuat heboh ketika mengatakan Uber bukanlah disruptive innovation. Benar bahwa Uber tidak mulai dari tarif yang murah. Teori ini memprediksi disruption akan terjadi kalau pendatang baru menciptakan pasar baru melalui teknologi (inovasi), atau menbidik segmen Low-end melalui produk yang simple, accessible dan affordable.

Uber pada tahap awal tidak masuk dalam frame itu. Seperti Iphone, pernah tarifnya lebih mahal dari incumbent. Uber hanya mengumpulkan orang-orang yang mau cari uang tambahan dari mobilnya yang sedang menganggur untuk menarik sewa.

Saat jumlahnya masih terbatas, Uber datangnya lebih lama dari taksi biasa, sehingga hanya mendapatkan penumpang konvensional yang sekedar ingin coba-coba.

Tetapi kini potensi menghancurkan bisnis incumbent Uber begitu besar. Ini karena business model SHARING ECONOMY yang didukung teknologi aplikasi. Para kritisi mengatakan Christensen dibutakan konsep lama mata rantai nilai supply-demand yang kini tak lagi tunggal seperti yang kita lihat dalam owning economy.

Dulu, mindsetnya adalah beli, miliki, kuasai, lengkapi sendiri, slow but sure, dan tanggung akibatnya kalau aset menganggur. Mindsetnya birokratik, beli dan kuasai, mengerem dengan dalih mitigasi resiko atau compliance.

Ini diingatkan oleh filosofer Charles Handy dengan metafora begini. Cara berpikir (mindset) kita dibentuk oleh ruangan di rumah. Ada ruang tamu milik kita bersama, saya dan orang lain melihat hal yang sama. Yang kedua, ruang privat, hanya saya saja yang mengetahuinya dan saya sangat memahaminya. Lalu ada ruang misterius yang, baik anda maupun saya sama-sama tidak tahu.

Tapi yang berbahaya adalah ruang keempat yang hanya diketahui orang lain, tapi kita tidak tahu dan tak menyadari itu ada. Akibatnya kita hanya menyangkalnya saja.

Itulah bekal perubahan yang perlu anda renungkan dan kelak akan anda temui dalam buku baru saya yang akan terbit tahun 2017: Disruption Theory dalam Peradaban Uber dan Gojek. Selamat Menjalankan disruption. Your Mindset determines your destiny.

Patokan Royalty Fee

Royalty fee

Berapa harga *Royalty fee* yg pas untuk bisnis franchise? 

1. Nilai Royalty Fee untuk setiap industri berbeda-beda. Industri yang memiliki margin yang besar spt bisnis jasa  umumnya menetapkan Royalty Fee yg lebih tinggi dibandingkan dengan industri ritel yg memiliki margin lebih kecil. 

2. Cara menetapkan harga Royalty Fee yg paling sederhana adalah; *maximum sepertiga* dari net profit bisnis tersebut (sebelum bisnis tsb difranchisekan). 

3. Sekalipun sudah ditetapkan hrg Royalty fee seperti tsb di atas, tetap perlu direview kembali, apakah net profit yang akan diterima oleh Franchisee masih menarik tingkat pengembalian investasi nya. Cara mudahnya, apakah Laba  (sblm depresiasi) gerai   Franchisee stlh membayar Royalty fee, dibandingkan dg Nilai investasi nya lebih besar dr bunga kredit? Misalnya 25% per tahun.

Sabtu, 10 Desember 2016

4 Janji Allah SWT di dalam Al Quran

*4 JANJI ALLAH DALAM AL-QUR'AN*

💎 Saudaraku...
Tahukah engkau apakah empat janji yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepada kita dalam Al-Qur'an?

١. لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

1⃣ "Jika kalian bersyukur maka akan Aku tambahkan nikmatKu untuk kalian." (Qs. Ibrahim 7)

٢. فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ

2⃣ "Ingatlah kepadaKu niscaya Aku ingat kepada kalian." (Qs. Al-Baqarah 152)

٣. ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

3⃣ "Berdoalah kepadaKu pasti Aku kabulkan untuk kalian." (Qs. Ghafir 60)

٤. مَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

4⃣ "Tidaklah Allah mengadzab (menghukum) mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan." (Qs. Al-Anfal 33)

💎 Semoga Allah mudahkan kita mengamalkannya...
___________

*SEMOGA BERMANFAAT*

Selasa, 06 Desember 2016

Kancing Ajaib untuk Oomku Tercinta

Waktu kecil, aku inget pernah baca suatu cerita. Jadi inget ...

Judulnya : KANCING AJAIB

Pada suatu hari ada seorang anak laki-laki berumur 10 tahun bermain-main di bawah pohon dan dia tiduran di bawah pohon. Di dalam mimpinya, dia bertemu dengan seorang kakek tua dan memberikan sebuah kancing ajaib kepada si anak karena telah menolongnya mengangkat beberapa ember air ke rumah si kakek.

Si anak bertanya, "Apa kegunaan kancing ini, kakek?"
Kakek menjawab "Putarlah ke kiri bila kau ingin segera mendapatkan apa yang kamu inginkan". Wah si anak senang sekali dan bertanya "kalau di putar ke kanan, untuk apa, kakek?" . Kakek menjawab, "Kau boleh mencobanya juga bila kau mau".

Si anak berterima kasih kepada kakek, dan kembali tiduran di bawah pohon. Terus dia melihat ada seorang remaja laki-laki yang sedang duduk berdua dengan calon istrinya di taman.

Lalu sang anak, "Andaikata aku segera mendapatkan calon istriku maka aku akan segera menikah." Lalu dia putar kancing ajaibnya ke kiri dan tiba-tiba dia sudah berusia 22 tahun dan sedang menggandeng calon istrinya yang cantik dan siap-siap menikah bulan depan. Si anak senang sekali. Wow kancing ini betul-betul ajaib.

Lalu setelah pernikahan berlangsung, dia melihat ada keluarga lain yang sudah memiliki anak 3 dan mobil mewah dan rumah mewah. Keluarga tersebut adalah keluarga yang cukup sukses dalam bisnis dan karirnya. Lalu sang anak tak sabar ingin segera mencapai kesuksesan dan kebahagiaan itu, maka dia putar kancing ajaibnya ke kiri sekali lagi.

Phew!

Tiba-tiba sang anak sudah berusia 45 tahun yang memiliki 3 anak dan keluarga bahagia, anak2nya sekolah di sekolah tinggi dan rumah mereka mewah dan ada beberapa mobil mewah. Mereka semua terlihat bahagia. Seakan tiada lagi yang kurang dari hidupnya.

Namun sekelebat si anak melihat di pemberitaan surat kabar dan televisi bahwa disebutkan banyak orang yang lebih sukses darinya , sedangkan istrinya sudah tampak tak sabar ingin melihat anak-anak mereka lulus kuliah dan menikah serta menimang cucu. Pasti keluarga mereka akan lebih bahagia lagi, lebih ramai dan heboh.

Lalu diputar lagi kancing ajaibnya ke kiri dan PUFF!! Tiba tiba si anak sudah berusia 65 tahun dengan rumah yang lebih besar lagi, dan keluarga mereka semakin besar... cucu mereka ada 10 orang. Lucu lucu. Terdapat foto-foto perjalanan mereka keluar negeri bersama keluarga besar. Prestasi si anak juga sudah dikenal masyarakat luas bahkan dunia.
Mereka sangaat berbahagia.

Tapi ternyata kesehatan si anak mulai menurun, karena usia. Sudah mulai tampak lelah.

Di usia 70 tahun, si anak terbaring di tempat tidurnya di kelilingi oleh keluarga tercintanya dan handai taulan. Semua orang menatap padanya iba. Si anak terkulai tak berdaya berusaha keras melawan penyakit yang ada di badannya dengan lemas.

Teringat kancing ajaib, si anak bahkan tidak berani lagi memutar kancing ajaibnya. Karena dia tahu bahwa tiada lagi yang ia ingin lihat lagi di dunia ini, tapi mengapa semuanya berlalu Terlalu Cepat? Terasa seperti kemarin dia baru berusia 10 tahun dengan segala mimpi-mimpinya.

Tangannya yang lemah mencoba meraih kancing ajaibnya lagi. Namun kali ini, diputarnya ke kanan dengan pasrah apapun yang akan terjadi. Dan PUFF!!

Kembalilah si anak duduk dan terbangun di bawah pohon, masih berusia 10 tahun. Sang anak bersyukur dan menangis.

============

Learning of the Story:
Sepanjang usia kita bernafas, kita selalu dipenuhi dengan Berbagai Keinginan dengan Ketidak Sabaran, Hawa Nafsu Ketidak Puasan dan Ambisi.
Kita lupa bahwa:

1- Hidup cuma 1x. Whatever happen today, tidak akan terulang lagi untukmu. Setiap hari, kamu semakin kehilangan 1 hari usiamu.

2- Hidup yang indah adalah hidup yang dengan suka cita menjalani proses naik turunnya hidup. Apalah arti dari sebuah hasil yang kita capai, yang ternyata kita juga tidak akan lama bisa menikmatinya karena usia manusia itu terbatas. Jadi justru setiap hari dan setiap detail naik turunnya hidup itulah yang harus kita nikmati dan syukuri.

3- Tidak ada ukuran standar materi untuk kebahagiaan. Kebahagiaan itu sekarang ini. Ya, sekarang ini waktu kamu baca cerita ini dan seterusnya masa depanmu. Happiness is a choice of journey and never be a destination.
Nikmat Hidup justru pada saat kita penuh dengan mimpi dan berproses berusaha. Masih memiliki waktu dan harapan adalah karunia waktu yang tak terhingga dari Sang Pencipta. Nikmatilah.

4- Umur Manusia di dunia itu terbatas. Kita harus bertanya pada yang sudah berusia 70 tahun ke atas, tanyakan apa yang mereka Value Most in their life. Jawabannya adalah Time.
Time will never come back. Semua hawa nafsu dan ambisi cita-cita tiada artinya lagi kalau badan sudah tak mampu menikmati kemewahan dan keberhasilan.
Kedua, adalah Doa dan Spiritual. Kita manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Ingin rasanya semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta daripada meneruskan ambisi dunia.

Sekian - Terima Kasih

(Cerita ini teringat lagi olehku, untuk doaku yang terbaik buat pamanku tercinta untuk segera sembuh kembali pulih - untuk lebih lama menikmati cintanya kita semua padanya)

"Allahumma Robbannas, Adz-Hibil Ba'sa Isyfi Antasy-Syafi La Syifa'a Illa Syifa'uka Syifa'an La Yughadiru Saqoman.”

Artinya : “Ya Allah Tuhan dari semua manusia, hilangkan segala penyakit, sembuhkanlah, hanya Engkau yang dapat menyembuhkan, tiada kesembuhan kecuali dari padaMu, sembuh yang tidak dihinggapi penyakit lagi.”

Sabtu, 03 Desember 2016

Pembelajaran dari RAJA KRETEK: M. NITISEMITO - Pengusaha Bumi Terkaya Sebelum Kemerdekaan

Mas Nitisemito adalah seorang pengusaha kretek besar di Indonesia pribumi pada jaman sebelum kemerdekaan. Beliau tinggal di kota Kudus, Jawa Tengah.
Beliau adalah pelopor KRETEK di Indonesia.

Mas Nitisemito diperkirakan lahir di tahun 1874 dan meninggal di 7 Maret tahun 1953. Mas Nitisemito nama aslinya adalah Roesdi, putra dari seorang Lurah (Bpk. Haji Soelaiman). Dia berasal dari keluarga yang berkecukupan. Roesdi muda dari kecil adalah seseorang yang pemberani dan selalu berani memperjuangkan apa yang dipercayanya benar walaupun badannya kecil.

Ayahnya Haji Soelaiman ingin anaknya bersekolah tinggi bahkan sampai luar negeri kalau perlu. Tapi Roesdi muda berkeinginan lain. Dia ingin Berdagang. (ENTREPRENEURSHIP)

Dia mempercayai bahwa dengan berdagang akan memberikan keberhasilan material lebih lagi dari sekedar menjadi seorang Pejabat Pemerintah. Roesdi muda Ingin Lebih Berhasil dari Orang Tuanya. (THE POWER OF WILL)

Orang tuanya dengan berat hati tapi akhirnya mengabulkan keinginan kuat anaknya. Sehingga dia tidak bersekolah, di usia 17 Tahun Roesdi muda mulai merantau ke Kota Malang, Jawa Timur untuk menekuni dunia konveksi dengan mulai sebagai buruh jahit. (Mau bersusah payah mulai dari bawah/ HARD WORK and Earn Own Experience)

Ternyata dunia tekstil terlalu banyak pemain dan pesaingnya sehingga akan sulit untuk bisa memiliki usaha yang besar. (JANGAN MASUK KE USAHA YANG RED OCEAN)

Roesdi Muda pun kembali ke Kudus dan memulai usaha Minyak Kelapa karena menganggap semua orang membutuhkan Minyak Kelapa. Usaha ini sekali lagi dimodali oleh orang tuanya. Tidak sukses karena ternyata orang lebih suka membuat minyak kelapa sendiri daripada membeli dari pedagang. Maka bisnis minyak kelapapun gagal juga.

Gagal berbisnis minyak kelapa akhirnya beralih ke Dagang Kerbau. Ternyata pada saat itu Kerbau masih tidak terlalu diminati dan dilindungi karena banyak orang Hindu yang sedang proses beralih ke ajaran Islam. Gagal lagi. Bahkan berhutang.
(SUPPLY DEMAND RELEVANCY ; jangan memaksakan bisnis yang tidak relevan dengan kemauan pasar / masyarakat)

Tapi keinginannya untuk berwirausaha tidak pernah padam (NEVER GIVING UP!)
Dia pun membuka toko batik yang dia beli dari Solo dan jual tembakau serta kopi.

Akhirnya dia melihat ada ada peluang menjual Rokok Klobot karena sedang tumbuh dagang tembakau di Kudus.

Setelah menikah, Roesdi mengubah nama menjadi Mas Nitisemito . Bersama istri dia menciptakan INOVASI BARU yaitu sebuah resep Rokok Kretek yang isinya tembakau dan cengkeh. Ini hanya karena M Nitisemito tidak suka melihat customernya datang ke warungnya dengan meludah sirih. Dan ingin menggantikannya dengan produk Rokok Kretek ini.

Ternyata produknya diminati masyarakat. Permintaanmu meningkat hingga terus berkembang.
(DEMAND SUPPLY RELEVANCY)

Selain itu , ternyata inovasi produk ini memberikan efek untuk menyembuhkan asma pernafasan . Hal ini terus jadinya dibicarakan oleh orang banyak.
(INNOVATION FOR SOLUTION)
(GOOD NEWS SPREAD OUT EASILY)
(Clear Product Benefit)

M. Nitisemito tak lama pun dianggap sebagai pelopor Rokok Kretek dan dilihat sebagai orang pertama yang mengubah industri rokok rumahan menjadi industrialisasi dengan 10,000 karyawan pada saat itu. Dia dianggap sebagai Henry Ford nya Rokok Kretek dari Indonesia.
(BE THE CHANGE AGENT)

Pertumbuhan bisnis Nitisemito ditopang dengan sistem subkontraktor juga yaitu memberdayakan produksi dari masyarakat sempat dengan standard kualitas tertentu. Ini dulu disebut sistem Inti Plasma atau Abon. Sekarang kita menyebutnya Ekonomi Pemberdayaan. Memberikan lapangan kerja kepada masyarakat sekitar.
Mensejahterakan rakyat.

Rokok Nitisemito pun diberi nama merk TIGA BAL. Dengan logo 3 Lingkaran atau Roda.
Merk ini menjadi trade mark kualitas.
(BUILD BRAND)

M. Nitisemito juga tidak pernah segan-segan menanyakan ke pelanggannya kritik atau masukan terhadap kualitas produknya. Menurutnya pelanggan adalah Raja. Customer is KING!
(Continuous CUSTOMER FEEDBACK)

Cara mempromosikan produknya pun sangat kreatif di jamannya yaitu menggunakan beli dapat Hadiah (Gelas, Piring dengan logo 3 Bal), Undian Hadiah, Mobil Keliling dan Buka Stand Pameran di Pekan Raya Pameran.
(CREATIVE INTEGRATED PROMOTION)

------

Sayang, bisnis M. Nitisemito jatuh di saat M. Nitisemito belum wafat. Bisnis raksasa menggurita tersebut harus hancur di saat generasi pertama masih hidup.

M. Nitisemito memberikan tampuk kepemimpinan perusahaan terlalu cepat pada Cucu nya pada saat berumur 20an tahun sebagai CEO hanya karena desakan dari istri dan anak perempuannya (Ibu sang cucu laki2).

Dalam perusahaan keluarga inilah yang disebut SPOILED-CHILD SYNDROME yaitu memberikan toleransi atas ketidak cakapan atau ketidakmampuan seseorang hanya karena dia anggota keluarga.

Key Learning; setiap usaha yang sudah terkait dengan kepentingan orang banyak, harusnya diberikan kepada sang yang berkompeten.

.... the end.

Kamis, 01 Desember 2016

PARIWISATA as CORE INDONESIA ECONOMY - Arief Yahya at KADIN RAKORNAS

Rapimnas Kadin, Menpar Arief Bicara Core Ekonomi

JAKARTA – Rapimnas KADIN 2016 di Hotel Borobudur, Selasa (1/12), dijadikan momentum penegasan mengapa pariwisata cikal bakal backbone ekonomi bangsa. Sektor yang ditempatkan sebagai prioritas pembangunan nasional selain infrastruktur, pangan, energi dan maritime itu diprediksi bakal menjadi centrum dan tulang punggung perekonomian Indonesia. Pariwisata itu masa depan Indonesia.
“Untuk Indonesia, pariwisata sebagai penyumbang PDB, devisa dan lapangan kerja yang paling mudah dan murah,” ungkap Menpar Arief Yahya di agenda yang dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo itu.
Pada Diskusi Panel sesi III yang ikut dihadiri Ketua OJK Muliaman Hadad, Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, Kepala BKPM Thomas Lembong, Kepala Bekraf Triawan Munaf, serta Dirut Bank BRI Asmawi Syam itu, semua potensi besar tadi dipaparkan Arief Yahya dengan sangat detil.
Dari sisi PDB, pariwisata sudah menyumbangkan 10% PDB nasional. Prosentasenya tertinggi di ASEAN. Angka pertumbuhan PDB pariwisata nasional? Lumayan tinggi. Saat ini, PDB pariwisata nasional tumbuh 4,8% dengan trend naik sampai 6,9%, jauh lebih tinggi daripada
industri agrikultur, manufaktur otomotif dan pertambangan. “Performance pariwisata terus menanjak dan optimisme itu kian terbentuk,” ungkap mantan Dirut Telkom itu.
Devisa pariwisata juga tak main-main. Angkanya menembus USD 1 juta dan
menghasilkan PDB USD 1,7 juta atau 170%. Itu terbilang tertinggi dibanding industri lainnya. “Jadi kalau selama ini orang mengkategorikan industri itu menjadi migas dan non migas, maka kelak industri itu akan menjadi pariwisata dan non pariwisata,” kata Arief.
Rangking dari devisanya? Ada di posisi empat besar penyumbang devisa nasional. Prosentasenya mencapai 9,3% dibandingkan industri lainnya. Dan bila ditarik ke prosentase pertumbuhan penerimaan devisa, pariwisata bahkan memperlihatkan pertumbuhan yang paling menggembirakan. Prosentase pertumbuhannya paling tinggi. Angkanya
menembus 13%.
Urusan lapangan kerja, pariwisata juga bisa menjadi solusi. Pariwisata itu penyumbang 9,8 juta lapangan pekerjaan, atau sebesar 8,4% secara nasional dan menempati urutan ke-4 dari seluruh sektor industri. Angka pertumbuhannya mencapai 30% dalam waktu 5 tahun. Cost-nya? Sangat murah. Marketeer of The Year 2013 itu dengan tegas menyebut pariwisata sebagai pencipta lapangan kerja termurah. “Memang termurah. Pariwisata bisa meng-create job opportunity hanya dengan USD 5.000/satu pekerjaaan. Coba banding dengan rata-rata industri lainnya yang sudah sebesar USD 100.000/satu pekerjaan,” jelas Arief di hadapan anggota KADIN yang hadir di Hotel Borobudur itu.
Atas dasar potret perekonomian yang seperti tadi, dengan cepat bisa diraba bahwa pariwisata memang sektor yang paling seksi untuk dijadikan core business. Saat ini ada lima yang menjadi prioritas nasional, yakni infrastructure, pangan, energi, maritim, dan
pariwisata.

Di belahan bumi manapun, pariwisata tetap jadi primadona. Meskipun krisis global terjadi beberapa kali, jumlah perjalanan wisatawan internasional tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif. Dari 25 juta (1950), 278 juta (1980), 528 juta (1995), 1,14 miliar (2014), hingga mencapai 1,18 miliar (2015).

Hal lainnya, efek domino dari pariwisata itu dahsyat dan sangat signifikan. Dari data World Bank, setiap  belanja USD 1 akan mendorong
dan menggerakkan sektor ekonomi lain minimal USD 3,2. Dan pariwisata adalah salah satu penggerak dari sektor utama lainnya, seperti
ekonomi, globalisasi, konektivitas, integrasi dan pengembangan sosio-ekonomi. Dan yang paling penting, pariwisata itu cocok untuk
siapa saja. Pria, wanita, muda, tua, paruh baya, berasal darimana saja, dari level apa saja, semua butuh pariwisata. “Karena itu, kami
semakin yakin, apa yang diputuskan Presiden Joko Widodo itu sudah berada di rel yang benar. Pariwisata menjadi salah satu sektor
prioritas, selain Infrastruktur, Energi, Pangan dan Maritim. Kita punya semua potensi yang dibutuhkan untuk menghidupkan pariwisata
sebagai pendongkrak ekonomi nasional,” sebut Arief Yahya.
Lalu bagaimana implementasi ke depan? “Semangatnya harus Indonesia Incorporated.  Negara ini hanya akan dapat memenangkan persaingan di tingkat regional dan global apabila seluruh Kementerian/Lembaga yang
ada bersatu padu untuk fokus mendukung Core Business yang telah ditetapkan. Maju serentak tentu kita menang,” ungkap pria kelahiran
Banyuwangi itu.  (*)

Senin, 21 November 2016

Catatan Rakernis Kadin UMKM Industri Kreatif November 2016

http://photo.sindonews.com/view/20359/kadin-gelar-rakernas-bidang-umkm-koperasi-dan-ekonomi-kreatif

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/11/21/154537226/kadin.kinerja.ekspor.umkm.masih.rendah

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/850350-atasi-pengangguran-sektor-ini-digenjot

http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161121122525-92-174080/kontribusi-umkm-terhadap-pdb-tembus-lebih-dari-60-persen/

https://m.tempo.co/read/news/2016/11/21/090822004/kadin-dorong-umkm-jadi-unggulan-pertumbuhan-ekonomi

http://infobanknews.com/kadin-umkm-berperan-penting-perangi-kemiskinan/

http://m.rmol.co/read/2016/11/21/269337/pedoman.php

http://ekbis.rmol.co/read/2016/11/21/269337/Kadin:-UMKM-Adalah-Unggulan-Ekonomi-Nasional-

http://industri.bisnis.com/read/20161121/87/604810/kadin-dorong-umkm-dan-ekonomi-kreatif-jadi-unggulan-ekonomi-nasional

http://m.kontan.co.id/news/kadin-ingin-umkm-terus-dibina

http://mediaindonesia.com/news/read/78492/penyaluran-kur-mesti-lebih-fleksibel/2016-11-21

http://www.beritasatu.com/galeri-foto/5869-kadin-indonesia-dorong-umkm-dan-ekonomi-kreatif.html

https://www.merdeka.com/uang/daya-saing-umkm-indonesia-butuh-dukungan-pelaku-ekonomi-kreatif.html

http://poskotanews.com/2016/11/21/meningkat-sektor-umkm-serap-tenaga-kerja-capai-579-juta-orang/

http://news.merahputih.com/keuangan/2016/11/21/kadin-terus-berupaya-mengkoordinasikan-umkm-dan-ekonomi-kreatif/48526/

http://news.merahputih.com/keuangan/2016/11/21/kadin-memperdiksikan-umkm-di-tahun-2016-akan-terus-meningkat

http://news.merahputih.com/keuangan/2016/11/22/hasil-rakernas-kadin-bidang-umkm-dikirim-ke-pemerintah/48556/

http://kabarbisnis.com/read/2871797/kadin-siap-bangun-inkubator-untuk-umkm

http://m.wartaekonomi.co.id/berita121186/kadin-dorong-umkm-dan-ekonomi-kreatif-jadi-sektor-unggulan.html

http://www.suara.com/bisnis/2016/11/21/135031/kadin-kontribusi-ekspor-umkm-rendah-dibanding-thailand

http://www.kanalberita8.co/2016/11/kadin-umkm-adalah-unggulan-ekonomi.html

http://www.gatra.com/il-tek/229909-kadin-umkm-miliki-peranan-vital-dalam-ekonomi-indonesia

http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2016/11/21/616628/kadin-umkm-beperan-penting-dalam-bangun-ekonomi-nasiona

http://ekonomi.metrotvnews.com/mikro/DkqjLxVK-kadin-umkm-beperan-penting-dalam-bangun-ekonomi-nasional

http://economy.okezone.com/read/2016/11/21/320/1547213/kadin-senang-paket-kebijakan-ekonomi-xiv-meluncur

http://harian.analisadaily.com/ekonomi/news/umkm-serap-579-juta-tenaga-kerja/275869/2016/11/22

http://bisnis.liputan6.com/read/2657593/kebijakan-donald-trump-tak-pengaruhi-sektor-umkm-ri

http://onenews.id/2016/11/umkm-memiliki-peranan-penting-dalam-mengatasi-masalah-pengangguran/

http://rri.co.id/post/berita/329951/ekonomi/dinilai_sudah_usang_uu_kemeneg_diminta_diamandemen.html

http://nasional.kini.co.id/2016/11/21/18564/kadin-umkm-punya-peran-strategis-berantas-pengangguran-dan-kemiskinan

http://laporannews.com/index.php/ekonomi/item/1387-bekerja-sama-dengan-umkm-jepang-kadin-akan-fokuskan-industri-kreatif

http://indonesiaoversight.com/?p=5882

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2016/11/21/269307/sumbang-pdb-hingga-6034persen-kadin-ingin-umkmjadi-unggulan-ekonomi-ri/

http://nusantaranews.co/umkm-berperan-kurangi-kemiskinan-dan-pengangguran/

http://depokrayanews.com/2016/11/21/kontribusi-umkm-capai-60-persen-terhadap-produk-domestik-bruto

http://inikoran.com/kadin-ingin-umkm-terus-dibina/

https://www.komoditas.co.id/ukm-dan-ekonomi-kreatif-mampu-mengatasi-masalah-pengangguran/

http://www.airmagz.com/3994/pariwisata-dongkrak-sektor-umkm.html

http://www.hetanews.com/article/73316/kontribusi-ekspor-dari-umkm-ri-kalah-dari-thailand-dan-filipina

BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2017
http://republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/11/18/ogtaw1383-bi-pangkas-proyeksi-pertumbuhan-ekonomi-2017

http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3349727/jk-ingatkan-pengusaha-ukm-pentingnya-internet-dalam-berbisnis

http://inet.detik.com/read/2016/11/20/150941/3349786/398/membangun-budaya-perusahaan-menuju-negeri-digital-terbesar-asean

Bekraf Gandeng BRI Syariah untuk Fasilitasi Pembiayaan UMKM
http://republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/16/11/20/ogxofb382-bekraf-gandeng-bri-syariah-untuk-fasilitasi-pembiayaan-umkm

BRI Syariah Target Peningkatan Pembiayaan Mikro
http://republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/16/11/20/ogxnky382-bri-syariah-target-peningkatan-pembiayaan-mikro

Kontribusi UMKM dalam Pasar Ekspor Indonesia Sangat Rendah
http://republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/11/21/ogz923383-kontribusi-umkm-dalam-pasar-ekspor-indonesia-sangat-rendah

UMKM Berperan Memerangi Kemiskinan dan Pengangguran
http://republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/11/21/ogz38r383-umkm-berperan-memerangi-kemiskinan-dan-pengangguran

http://www.republika.co.id/berita/inpicture/nasional-inpicture/16/11/21/ogzdst283-kadin-gelar-rakernas-bidang-umkm-koperasi-dan-ekonomi-kreatif

OJK menyiapkan aturan untuk memberikan alternatif sumber permodalan bagi UMKM, salah satunya adalah UMKM bisa cari modal lewat IPO di pasar modal
http://finance.detik.com/moneter/d-3350460/ojk-siapkan-aturan-umkm-bisa-cari-modal-lewat-ipo

OJK akan Perbaiki Penyaluran Kredit UMKM dan Startup
http://republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/16/11/21/ogzdds383-ojk-akan-perbaiki-penyaluran-kredit-umkm-dan-startup

http://news.merahputih.com/keuangan/2016/11/21/umkm-dan-ekonomi-kreatif-didorong-untuk-jadi-sektor-unggulan-nasional/48521/

Kadin akan Bangun Inkubator untuk UMKM
http://republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/11/21/ogzk5p383-kadin-akan-bangun-inkubator-untuk-umkm

Perbaikan Sektor Pariwisata Dorong Perkembangan UMKM Daerah
http://republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/11/21/ogzhjj383-perbaikan-sektor-pariwisata-dorong-perkembangan-umkm-daerah

OJK akan Perbaiki Penyaluran Kredit UMKM dan Startup
http://republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/16/11/21/ogzdds383-ojk-akan-perbaiki-penyaluran-kredit-umkm-dan-startup

Kontribusi UMKM dalam Pasar Ekspor Indonesia Sangat Rendah
http://republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/11/21/ogz923383-kontribusi-umkm-dalam-pasar-ekspor-indonesia-sangat-rendah

UMKM Berperan Memerangi Kemiskinan dan Pengangguran
http://republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/11/21/ogz38r383-umkm-berperan-memerangi-kemiskinan-dan-pengangguran

BRI Dukung Program Sejuta Domain UMKM
http://republika.co.id/berita/ekonomi/korporasi/16/11/02/og023n383-bri-dukung-program-sejuta-domain-umkm

pas bicara ttg 10 destinasi wisata luar biasa lobby pak Dharmono Jababeka. 3 destinasi adalah proyek pak Dharmono. 1. kota tua, 2. Tanjung Lesung. 3. Morotai. luar biasa ya pengaruh pelaku usaha kpd kebijakan Presiden. ayuk perkuat Kadin agar mampu mempengaruhi kebijakan Presiden. langkah rakernas kemarin di apresiasi luas tapi jalan masih panjang sampe rekomendasi kita menjadi kebijakan Pemerintah. SEMANGAT!!!

saya senang krn Morotai ada di maluku utara. trus kebun saya ada di banten hanya sekian puluh kilo dr tanjung lesung. gara2 tanjung lesung jadi destinasi wisata tahun 2018 dari jakarta saya ke kebun hanya 20 km dr pintu toll. setiap destinasi wisata dapat akses infrastruktur dan fasilitas2 publik juga kebijakan insentif dll.

destinasi wisata juga jalan memberikan akses pasar bagi UKM. saya rasa apa yg di sajikan di rakernis kalo kita ikuti dan tindak lanjuti semia berakhir kpd akses pasar yg lebih baik. kemarin saya langsung kasih input ke Nita Yudi utk akses pasar produk agro dan pangan IWAPI di Agrinex dgn support pak Supardi BRI yg lsg di garap Nita. proaktif dan mau kerja cerdas selalu ada peluang bisnis yg bisa diambil di moment2 acara Kadin. kuncinya hanya tau apa yg di mau.

http://globalnews.id/kemenkop-berharap-uu-kementrian-negara-diamandemen/

Minggu, 13 November 2016

8 Intisari Kehidupan

Assalamualaikum. Selamat pagi...

Seorang pria yg tidak lulus ujian masuk universitas, di nikahkan orang tuanya.

Untuk mendapat penghasilan, ia pun melamar menjadi guru sekolah dasar dan mulai mengajar. Karena tidak punya pengetahuan mengajar, belum sampai  satu minggu mengajar ia sudah dikeluarkan.

Setibanya di rumah, sang istri menghapuskan air mata nya, menghiburnya dengan berkata: "Banyak ilmu dalam otak, ada orang yang bisa menuangkannya, ada pula yang tidak bisa. Tidak perlu bersedih karena hal ini. Mungkin ada pekerjaan lain yang lebih cocok untukmu sedang menantimu."

Kemudian ia melamar dan melakukan pekerjaan lain, namun dipecat juga karena geraknya lambat.

Saat itu sang istri berkata : kegesitan kaki - tangan setiap orang berbeda, orang lain sudah bekerja beberapa tahun lamanya, kamu hanya belajar di sekolah, bagaimana bisa cepat?

Ia pun bekerja lagi di banyak pekerjaan lain, namun tidak ada satu pun yg berhasil, semua gagal di tengah jalan.

Namun demikian, tiap kali pulang dengan patah semangat, sang istri selalu menghiburnya, tidak pernah mengeluh.

Ketika sudah berumur 30 tahun-an, ia mulai dapat berkat sedikit melalui bakat berbahasanya, menjadi pembimbing di sekolah luar biasa tuna rungu wicara.

Kemudian ia membuka sekolah siswa cacat, dan akhirnya bisa membuka banyak cabang toko yang menjual alat-alat bantu orang cacat di berbagai kota.

Akhirnya ia menjadi boss yang memiliki kekayaan berlimpah.

Suatu hari, ia yang sekarang sudah sukses besar, bertanya kepada sang istri, kenapa ketika masa depan nya masih suram, engkau tetap begitu percaya kepada ku ?

Jawaban sang istri ternyata sangat polos dan sederhana :
Sebidang tanah yg tidak cocok ditanami gandum, bisa dicoba untuk ditanami kacang. Jika kacang pun tidak bisa tumbuh dengan baik, coba tanami buah-buahan; jika buah-buahan pun tidak bisa tumbuh, semaikan bibit gandum hitam, pasti bisa berbunga, karena pada sebidang tanah, pasti ada bibit yang cocok untuknya, pasti bisa menghasilkan panen dari nya.

Mendengar penjelasan sang istri, ia mengeluarkan air mata terharu.... Keyakinan kuat, ketabahan serta kasih sayang sang istri, bagaikan sebutir bibit unggul.

Semua prestasi dirinya, adalah berkat keajaiban bibit unggul yang kokoh hingga bertumbuh kembang jadi kenyataan.

Di dunia ini tidak ada seorang pun yg hanya sekedar sampah, dia hanya tidak berada di posisi yang tepat.

Setelah membaca cerita ini, jangan dibiarkan saja, teruskan ke orang lain.
Anda akan ikut berbahagia apabila orang yg tadinya susah menjadi sukses.

Delapan kalimat di bawah ini, adalah intisari kehidupan :

1. *Orang yang tidak tahu menghargai sesuatu, biarpun diberi gunung emas tidak akan bisa merasakan kebahagiaan*

2. *Orang yang tidak bisa toleran, seberapa banyak pun teman nya, akhirnya akan sendirian*

3. *Orang yang tidak tahu bersyukur, seberapa pintar pun, tidak akan sukses*

4. *Orang yang tidak bertindak nyata, seberapa cerdas pun tidak akan tercapai cita-cita nya.*

5. *Orang yang tidak bisa bekerjasama dengan orang lain, seberapa giat pun kerja nya tidak akan mendapatkan hasil yang optimal.*

6. *Orang yang tidak bisa menabung, dapat rejeki terus pun tidak akan bisa menjadi kaya.*

7. *Orang yang tidak bisa merasa puas, seberapa kaya pun tidak akan bahagia.*

8. *Orang yang tidak bisa menjaga kesehatan, berobat terus pun tidak akan berusia panjang.*

Jumat, 11 November 2016

3 Hal

Pembelajaran yang tak diajarkan..

🎯 Ada 3 hal dalam hidup yang tidak bisa kembali:
          *1. Waktu*  
          *2. Ucapan* 
          *3. Kesempatan*    
Jagalah itu, jangan sampai kau menyesal karenanya...

🎯 Ada 3 hal yang dapat menghancurkan hidup seseorang:
          *1. Amarah*
          *2. Keangkuhan*
          *3. Dendam*
Hindarilah ia selalu...

🎯 Ada 3 hal yang tidak boleh hilang :
          *1. Harapan*
          *2. Keikhlasan*
          *3. Kejujuran*
Peliharalah ketiganya...

🎯 Ada 3 hal yang paling berharga : 
          *1. Kasih Sayang*  
          *2. Cinta*
          *3. Kebaikan*
Pupuklah itu semua...

🎯 Ada 3 hal dalam hidup yang tidak pernah pasti:
          *1. Kekayaan*  
          *2. Kejayaan* 
          *3. Mimpi*    
Jangan ter-obsesi karenanya...

🎯 Ada 3 hal yang dapat membentuk watak seseorang :         
          *1. Komitmen*         
          *2. Ketulusan*         
          *3. Kerja Keras*        
Upayakanlah sekuatnya...

🎯 Ada 3 hal yang membuat kita sukses :
          *1. Tekad*         
          *2. Kemauan*        
          *3. Fokus*
Usahakan dengan sungguh-sungguh...

🎯 Ada 3 hal yang tidak pernah kita tahu :
          *1. Rejeki*         
          *2. Umur*    
          *3. Jodoh*      
Mintalah pada Tuhan.

🎯 TAPI, ada 3 hal dalam hidup yang PASTI :     
          *1. Tua*  
          *2. Sakit*     
          *3. Kematian*

Bikin hidup lebih hidup

Rabu, 09 November 2016

Topiknya Ahok diomongin Aa Gym di ILC TVONE

Emmy Hafidl komentar utk Aa Gym di ILC
-------------
Saya sebenarnya tidak mau berkomentar soal kasus penistaan agama di laman ini. Saya bukan ahli agama dan buat saya itu nggak penting-penting amat. Tapi kali ini saya merasa harus menulis tentang komentar AaGym tadi malam di ILC yg saya amati videonya pagi ini.

Pernyataan AAGym pada acara ILC tanggal 8 November itu bahaya sekali karena dinyatakan dengan halus dan sopan, pakai rasa, tapi sebenarnya menyesatkan. Saya memberanikan diri menulis ini bukan karena saya sebagai pendukung Ahok khawatir Ahok kalah, tetapi sebagai umat Islam yang sangat awam yang merasa terusik dengan nuansa yg dipakai oleh Aa Gym dalam pernyataanya kemarin. Ilmu keIslaman saya cetek sekali, tetapi berusaha mengerti berdasarkan logika mengapa kasus ini meledak seperti ini. Saya melihat mengamati video Ahok yg dihebohkan itu sepanjang satu jam lebih dari awal sampai akhir sebelum ada postingan Buni Yani yang kemudian heboh itu.

Begini logika saya yg bodoh  soal agama ini:
1. Bahwa larangan Al Qur'an makan babi ayat 3 disamakan dengan ayat 51, itu seperti membandingkan jambu dengan mangga.  Yg satu namanya perintah yg tidak bisa ditafsirkan seperti  shalat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, naik haji dsb atau larangan membunuh, mencuri (ada 10 larangan yg masuk dalam dosa besar).

Yg satu (Al Maidah 51) ayat yg pelaksanaannya memerlukan tafsir ( karena diturunkan dalam konteks perang). Ini sama misalnya dengan :pencuri dipotong tangannya atau pembunuh harus dibunuh. Perintah ini tidak dilaksanakan di semua masyarakat Islam, hanya diterapkan di Arab Saudi.

Artinya apa? Ada tafsir yg berbeda untuk ayat tersebut.  Sama seperti Al Maidah 51 tidak semua ulama menafsirkan sama, perbedaan penafsiran itu dapat terjadi, seperti sekarang. Oleh karena itu ada pemimpin yg beragama lain dipilih, diangkat atau ditunjuk oleh masyarakat yang mayoritas Islam. Itu sah saja. Tapi kalau soal larangan makan babi, pasti dilaksanakan di seluruh masyarakat Islam. Kok dibandingkan sih?

2. Dia membandingkan pernyataan Ahok sebagai pedagang yg jualan daging babi melarang orang percaya dengan ayat Al Qur'an supaya jualan babinya laku. Menurut dia: konteks Ahok menyatakan jangan mau dibohongi pakai ayat Al Maidah 51, adalah supaya masyarakat tetap memilih dia. Padahal konteksnya justru berbeda, yg dinyatakan Ahok kira-kira: "bapak ibu jangan ragu -ragu untuk menerima bantuan ini karena dalam hati nggak mau milih saya karena dalam hati kecil  bapak ibu, percaya kepada orang-orang yang membohongi pakai ayat Al Maidah 51, terus jadinya ragu-ragu untuk terima bantuan ini. Kalaupun bapak ibu tidak milih saya tidak apa-apa, terima saja bantuan ini, karena walaupun saya tidak terpilih, saya tetap jadi Gubernur sampai Oktober tahun depan. Jadi ibu jangan ragu-ragu ya, terima saja".

Konteks yg diceritakan Aa Gym itu sangat berbeda (beli daging babi dianalogikan sebagai milih Ahok)  dengan konteks Ahok yang mengatakan tidak milih dia pun tidak apa-apa, terima saja bantuannya (analoginya nggak beli daging babi dari saya karena percaya kepada orang-orang yang membohongi pakai ayat Al Maidah 51,  nggak apa-apa) .

Memang lebih baik kalau Ahok tidak menyinggung soal Ayat 51, itu sudah cantik deh. Tapi pernyataan  sudah keluar dan dia sudah minta maaf. Menyatakan konteks pernyataan Ahok sebagai pedagang babi itu menurut saya yang bodoh ini justru menyesatkan umat. Ahok berbicara itu tidak dalam rangka agar dia dipilih kembali tapi dalam rangka agar masyarakat tidak ragu-ragu menerima program Gubernur walaupun mereka tidak memilih dia. Itu seperti siang dan malam bedanya, bagi yg melihat  video komplit.

3. AA Gym seolah mengatakan toleransi beragama tapi sebenarnya tidak seperti perkataannya: "semua orang berada di kotaknya, jangan keluar dari kotak masing-masing".  Jadi posisi dia sebenarnya masyarakat yg terkotak-kotak. Jadi kalau saya bilang kepada umat Katholik: " mau saja dibohongi kalau pastor itu  selibat, mana bisa manusia selibat, itu kan alami,  makanya ada skandal seks di lingkungan gereja.." menurut AaGym nggak boleh saya bicara seperti itu.  Karena saya tidak boleh keluar dari kotak saya. Saya orang Islam tidak boleh mengomentari orang Katholik.

Padahal saya sering sekali ngobrol dengan teman-teman saya orang Katholik soal itu, secara serius atau becanda karena saya sekolah di SMA Katholik. Di mata saya yang bodoh ini, masalah toleransi di masyarakat yang majemuk adalah masalah kuping tebal dan kebesaran hati bukan masalah kuping tipis dan cepat tersinggung.

4. Dia bilang mau minta keadilan tapi menekankan adil yang dimaksud itu adalah yang sesuai dengan keinginannya: Ahok dihukum dan dipenjarakan ( disuarakan dalam demo bukan oleh AaGym di ILC). Dan menyatakan Presiden tidak bereaksi atas permintaan adil itu. Oleh karena itu demonstrasi dilakukan untuk meminta keadilan ditegakkan ( tangkap dan hukum Ahok). Ini bahaya, karena mendiktekan hasil akhir dari proses hukum. Kalau hasil akhir proses hukum Ahok dinyatakan tidak bersalah, lalu apa? Presiden intervensi? Hukum tidak adil?

Ini bahaya besar kalau di negara demokrasi, hukum didikte oleh tekanan massa menurut kaca mata sekelompok orang.

5. Fakta bahwa Ahok sudah minta maaf tidak dibahas sama sekali oleh Aa Gym. Apakah orang Islam itu pendendam? . Padahal ada beberapa ayat dalam Al Qur'an tentang maaf, sabar, menahan amarah, dan bahwa Allah memberikan penghargaan dan pengampunan apabila umatnya dapat memaafkan, karena hanya Allah yg menentukan kesalahan seseorang. Allah Maha Pengasih lagi Penyayang. Itulah dasar dar Islam Rahamatan lil Alamin.

6. Saya juga bingung, kenapa AaGym dan ulama-ulama itu, tidak memobilisasi umatnya untuk menentang korupsi? Katanya sumbangan datang datang dari mana-mana sampai berlebihan, bingung duitnya mau dipakai apa. Kalau memang mempunyai kekuatan memobilisasi massa ( katanya kalau tidak ditahan ada 10 ribu yg mau ikut) kenapa tidak memobilisasi massa untuk gerakan anti korupsi? Karena sebagai orang Islam di negara yg populasi Muslimnya di satu negara terbesar di dunia, saya malu, kok Indonesia salah satu negara terkorup di dunia. Saya merindukan ratusan ribu umat Islam turun ke jalan meminta Presiden Jokowi untuk memberantas korupsi. Akhirnya saya yg bodoh ini bertanya ada apa sih dengan penceramah agama ( yg kemudian ngaku ulama) di Indonesia?

Omongan Aa Gym dilakukan secara halus dan sopan tapi implikasinya sama saja dengan Rizieq: penistaan agama, hukum Ahok dan jatuhkan Jokowi kalau tidak menghukum Ahok, dalam konteks Pilkada.

Nggak ada urusannya dengan kemaslahatan umat. Tidak mencerminkan Islam yg Rahmatan lil Alamin.
Bahaya besar ....

Selasa, 01 November 2016

Tips Keuangan ala Warren Buffet

7 Cara Hidup Sederhana Ala Warren Buffet

Warren Buffet memilih untuk bijak membelanjakan uang, hidup sederhana dan bersahaja. Kita perlu belajar banyak cara hidup sederhana dari seorang Warren Buffet loh. Berikut ini 7 pelajaran yang dapat kita ambil:

1. Beli Rumah yang Sesuai dengan Kebutuhan dan Kemampuan

Warren Buffet tinggal di sebuah rumah di kawasan Omaha Nebraska sejak tahun 1958. Rumah tersebut memiliki lima kamar sesuai dengan kebutuhannya (pada saat itu). Dia membeli rumah tersebut seharga US$ 31.500 pada tahun 1958.

Mungkin saat ini harga rumah tersebut setara dengan US$ 255.000. Kalau boleh dibandingkan, banyak loh orang-orang Indonesia yang memiliki rumah dengan nilai lebih dari harga tersebut.

Menurutnya, beli rumah yang sesuai dengan kebutuhan dengan harga yang sesuai kemampuan adalah cara yang tepat, karena kita dapat memanfaatkan uang kita lainnya untuk kebutuhan pendidikan anak atau biaya saat pensiun.

Ingat ya, rumah kita belum tentu jadi aset, bahkan rumah yang kita tinggali bisa saja merupakan sebuah liabilitas. Aturan orang kaya adalah selalu memperbesar aset dan mengurangi (bahkan mengeliminasi) liabilitas (terlebih utang jelek).

2. Memprioritaskan Investasi dan Berinvestasi dengan Cermat

Salah satu perbedaan antara Warren Buffet dan orang-orang pada umumnya adalah bagaimana ia memprioritaskan pengeluaran.

Selain beramal, investasi adalah salah satu prioritas dalam menyusun pengeluaran bulanan. Dalam berinvestasi, Warren Buffet memiliki aturan main yaitu, jangan sampai kehilangan uang.

Salah satu nasehat Warren Buffet adalah jangan pernah berutang untuk investasi, kecuali kita sudah benar-benar yakin memperoleh return. Dia juga menyarankan agar kita berinvestasi pada diri sendiri, dengan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman, sebab gak ada orang yang dapat mengambil pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki.

3. Hindari Mainan Mahal dan Barang-Barang Mewah

Nasehat tersebut adalah nasehat yang tentu saja umum dan sering kita dengar, nah bagaimana orang terkaya nomor 2 di dunia dapat melakukan hal-hal tersebut?

Ada sebuah survey untuk mengetahui “mainan” (barang-barang mewah) orang-orang kaya di dunia. Ternyata Warren Buffet gak memiliki perahu pesiar (yacht) atau barang-barang mewah lainnya. Menurutnya, kebanyakan “mainan” hanya menimbulkan sakit leher.

Wuiiih paling enak ya berlayar dengan yacht pribadi bareng si yayang ciyeee
Jika kita dapat menarik pelajaran dari Warren Buffet, kita tentunya dapat mengesampingkan GENGSI atau SOCIAL CURRENCY.

Setidaknya kita gak mudah tergiur dengan mobil sport mewah atau barang-barang bermerk lainnya. Justru Warren Buffet adalah seorang yang rajin menabung dan berinvestasi. Sementara orang lain bingung kehabisan uang, ia tinggal duduk santai melihat uangnya tumbuh.

4. Kejar Habis-Habisan Minat (Passion) dan Wujudkan Tujuan Keuangan Kita

Tahukah gak kalau Warren Buffet adalah orang yang sangat mencintai apa yang ia kerjakan. Hebatnya lagi, ia sampai-sampai jarang mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk membeli “mainan” dan pergi berlibur. Apakah kita termasuk orang yang mencintai pekerjaan kita?

Mungkin kita gak seberuntung Warren Buffet, bisa melakukan pekerjaan yang disukai. Sebenarnya kita dapat menemukan hobi atau kegemaran kita dan menjadikannya sebagai sumber tambahan pendapatan, sekaligus cara untuk melepas stress.

5. Jangan Pernah Membeli dengan Harga Ritel

Bagi kamu yang suka menawar harga, tentu saja saran ini adalah saran yang menyenangkan. Warren Buffet ternyata menyukai barang-barang yang didiskon loh.

Ia juga menerapkan hal yang sama dengan cara berinvestasinya. Salah satu strategi investasinya adalah membeli bisnis pada saat harga diskon dan menjualnya saat ada keuntungan pasti.

6. Berdonasi dan Memberi Sedekah

Salah satu ajaran dan wejangan dari Warren Buffet adalah berdonasi. Orang terkaya nomor 2 di dunia ini juga pernah mendonasikan setengah hartanya untuk kegiatan sosial.

Hidup itu harus seimbang, jangan egois ya!
Menurutnya mendonasikan barang-barang yang kita miliki atau memberikan bantuan kepada orang lain dapat memberikan kebahagiaan dan kententeraman dalam hidup.

7. Menimbang Baik dan Buruknya

Terkadang kita lupa memperhitungkan baik buruk atau untung ruginya melakukan satu tindakan. Salah satu saran dari Warren Buffet adalah untuk selalu memperhatikan baik buruknya ketika kita membelanjakan uang, mengambil utang dan berinvestasi.

Hal yang paling sederhana adalah komitmen terhadap pinjaman. Dia adalah pengusaha yang juga menggunakan ponjaman untuk memaksimalkan keuntungan. Nyatanya ia mampu berkomitmen terhadap keputusan tersebut.

So, hidup hemat dan sederhana bukan berarti kita harus hidup sengsara dan serba merana. Menikmati hidup juga gak harus memaksakan gaya hidup orang lain kepada diri kita sendiri.

Minggu, 30 Oktober 2016

8 Signs An Employee Should Be Fired

http://www.inc.com/jeff-haden/8-signs-an-employee-should-be-fired-that-never-appear-on-performance-evaluations.html

8 Signs an Employee Should Be Fired (Which Never Appear on Performance Evaluations)

Many are mediocre. Some are bad. And some are absolutely toxic. Here's how to tell.
 
BY JEFF HADEN
@jeff_haden


 
We can all spot terrible employees:

they under-perform,
they don't work well with teams,
they struggle to meet expectations...

but oddly enough, it isn't the obviously terrible employees who cause the real problems.

Whether clearly incompetent or unbelievably lazy, they're easy to spot. So although it's never fun to fire people, at least you know there's a problem--and you can quickly let such employees go and move on.

The real problems are caused by employees who appear to be doing an OK job but meanwhile act like what a friend once called an "insidious cancer," slowly destroying other employees' performance, attitude, and morale -- and with it, your business.

Here are not so obvious signs an employee is poisoning your company.

1. They thrive on gossip.
Before a meeting, some of us were talking about supervisors in another department when our new boss looked up and said, "Stop. From now on we will never say anything bad about anyone unless they are actually in the room. Period."

Until then, I never thought of gossip as a part of a company's culture -- gossip just was. We all did it. And it sucked -- especially because being the focus of gossip sucked. (And in time, I realized people who gossip suck too.)

If an employee has talked to more than one person about something John is doing, wouldn't everyone be better off if he stepped up and actually talked to John about it? And if it's "not his place" to talk to John, it's definitely not his place to talk about John.

Saying "Did you hear what he did?" is like saying "I have nothing better to do than talk about other people."

Not only do employees who create a culture of gossip waste time better spent on productive conversations, but they also cause other people to respect their co-workers a little less -- and anything that diminishes the dignity or respect of any employee should never be tolerated.

2. They hurry to lead the meeting after the meeting.
You have a meeting. Issues are raised. Concerns are shared. Decisions are made. Everyone in attendance fully supports those decisions. Things are going to happen.

Then someone holds the "meeting after the meeting." Now she talks about issues she didn't share earlier with the group. Now he disagrees with the decisions made.

And sometimes these people even say to their teams, "Look, I think this is a terrible idea, but we've been told to do it, so I guess we need to give it a shot."

And now, what was going to happen never will. Waiting until after a meeting to say "I'm not going to support that" is like saying "I'll agree to anything, but that doesn't mean I'll actually do it. I'll even work against it."

Those people need to work somewhere else.

3. They say, "That's not my job."
The smaller the company, the more important it is that employees think on their feet, adapt quickly to shifting priorities, and do whatever it takes, regardless of role or position, to get things done.

Even if that means a manager has to help load a truck or a machinist needs to clean up a solvent spill; or the accounting staff needs to hit the shop floor to help complete a rush order; or a CEO needs to man a customer service line during a product crisis. (You get the idea.)

Any task an employee is asked to do -- as long as it isn't unethical, immoral, or illegal -- is a task that employee should be willing to do, even if it's "below" his or her current position. (Great employees notice problems and jump in without being asked.)

Saying "It's not my job" says "I care only about me." That attitude destroys overall performance because it quickly turns what might have been a cohesive team into a dysfunctional group of individuals.

4. They think they've already paid their dues -- and they act like it.
An employee did great things last year, last month, or even yesterday. You're appreciative. You're grateful.

Still, today is a new day. Dues aren't paid. Dues get paid. The only real measure of any employee's value is the tangible contribution he or she makes on a daily basis.

Saying "I've paid my dues" is like saying "I no longer need to work as hard." And suddenly, before you know it, other employees start to feel they've earned the right to coast too.

5. They believe experience is an end in itself.
Experience is definitely important, but experience that doesn't translate into better skills, better performance, and greater achievement is worthless. Experience that just "is" is a waste.

Example: A colleague once said to younger supervisors, "My role is to be a resource." Great, but then he sat in his office all day waiting for us to come by so he could dispense his pearls of wisdom. Of course, none of us did stop by--we were all busy thinking, "I respect your experience, but I wish your role was to do your job."

How many years you've put in pales in comparison with how many things you've done.

Saying "I have more experience" is like saying "I don't need to justify my decisions or actions." Playing BOSSY.

Experience (or position) should never win an argument. Wisdom, logic, and judgment should always win -- regardless of in whom those qualities are found.

6. They use peer pressure to hold others back.
The new employee works hard. She works long hours. She's hitting targets and exceeding expectations. She rocks. And she eventually hears, from a more "experienced" employee, "You're working too hard and making the rest of us look bad."

Where comparisons are concerned, a great employee doesn't compare herself with others -- she compares herself with herself. She wants to "win" that comparison by improving and doing better today than she did yesterday.

Poor employees don't want to do more; they want others to do less. They don't want to win. They just want others to make sure they don't lose.

Saying "You're working too hard" is like saying "No one should work hard, because I don't want to work hard." And pretty soon very few people do -- and the ones who keep trying get shunned for a quality you need every employee to possess.

7. They hurry to grab the credit ...
OK, maybe he did do nearly all the work. Maybe he did overcome almost every obstacle. Maybe, without him, that high-performance team would have been anything but.

But probably not. Nothing important is ever accomplished alone, even if some people love to act like it.

A good employee and good team player shares the glory. He credits others. He praises. He appreciates. He lets others shine. That's especially true for an employee in a leadership position -- he celebrates the accomplishments of others secure in the knowledge that their success reflects well on him, too.

Saying "I did all the work" or "It was all my idea" is like saying "The world revolves around me, and I need everyone to know it." And even if other people don't adopt the same philosophy, they resent having to fight for recognition that is rightfully theirs.

8. ... almost as fast as they hurry to throw others under the bus.
A vendor complains. A customer feels shortchanged. A co-worker gets mad. No matter what has happened, it's someone else's fault.

Sometimes, whatever the issue and regardless of who is actually at fault, some people step in and take the hit. They willingly accept the criticism or abuse, because they know they can handle it (and they know that maybe the person actually at fault cannot).

Few acts are more selfless than taking the undeserved hit. And few acts better cement a relationship. Few acts are more selfish than saying "It wasn't me," especially when, at least in part, it was.

Saying "You'll have to talk to John" is like saying "We're not all in this together." At the best companies, everyone is in it together.

Anyone who isn't needs to go.

The opinions expressed here by Inc.com columnists are their own, not those of Inc.com.
 
PUBLISHED ON: AUG 1, 2016

Sabtu, 29 Oktober 2016

7 Keberanian

*THE 7 COURAGES THAT YOU NEED*
(7 KEBERANIAN YANG ANDA PERLUKAN)

Pagi itu saya makan pagi di Hotel Mulia bersama seorang konsultan dari Amerika yang sangat concern kepada pengembangan talent di Indonesia.
Sebut saja namanya Michael (bukan nama sebenarnya). Michael adalah seorang konsultan internasional yang pernah lama tinggal di Jerman, Perancis, China dan Singapore.
Michael juga sudah lama mempelajari karakteristik talent yang berbeda-beda dari berbagai negara di Asia termasuk Indonesia.

Tiba-tiba Michael bertanya, "What is the meaning of the 2 colors in your national flag?"
Dan saya pun menjelaskan bahwa Merah berarti "berani" dan Putih berarti "suci".

Pada saat mendengarkan kata "berani" atau "courage", Michael agak terkejut dan menginterupsi saya, "Excuse me... Are you sure it is courage?"
Saya bilang yes.

Michael bertanya lagi, "Are you sure that courage is one of the characters of the Indonesian?"
(Apakah saya yakin bahwa keberanian adalah karakter bangsa ini?).
Saya sebenarnya agak tersinggung mendengarkan pertanyaan ini, dan dalam hati saya bertanya ("maksud loe apa sih?")

Tetapi masih dengan tersenyum (hambar) saya menerangkan dengan sabar. Bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pemberani dan saya terangkan bagaimana heroiknya bangsa kita pada saat berperang melawan penjajah hanya dengan bermodalkan bambu runcing sementara penjajah kita mempunyai senjata yang lengkap dan modern.

"You have to admit, our people were extremely couragous...".

Michael mengangguk setuju. Kemudian dia bertanya, "When was it?"

Saya menjawab bahwa jaman perjuangan melawan penjajah itu kita lakukan sejak beratus-ratus tahun sampai akhirnya kita memperoleh kemerdekaan kita pada tahun 1945.
Michael tersenyum, "So it was more than 70 years ago"

Kemudian Michael bertanya lagi... (sekarang semua diskusi akan saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia).

"Pambudi, kamu pernah bekerja di 7 negara. Kamu pernah travel ke 45 negara. Kamu bahkan pernah menjadi Head of Talent Development di Singapore, China dan Germany...., apakah memang menurut kamu talent-talent di Indonesia paling pemberani dalam hal....
- bertanya di meeting
- mengemukakan pendapat
- men-challenge bossnya sendiri
- menawarkan solusi ...?

Apakah sebagian besar talent-talent dari Indonesia melakukan hal hal di atas itu?
Ataukah talent-talent dari Indonesia lebih banyak duduk di pojok dan berdiam diri dan membiarkan peserta yang lain menyampaikan pendapatnya?

Saya pun termenung. Dan pembicaraan pagi itu menghantui pikiran saya beberapa hari sambil memikirkan pertanyaan Michael.

Bener juga ya....
Ternyata sebagian besar talent-talent Indonesia kurang assertive, kurang confident dan kurang mampu articulate their communications (dan biasanya mereka maju pesat dalam kariernya).
Memang ada beberapa yang sudah confident, tapi sebagian besar masih masuk kategory "kurang pemberani".

Padahal dalam dunia bisnis global sekarang, anda tidak hanya dituntut untuk competent.

Competence alone will not bring you far away.

Untuk mengembangkan karier anda dituntut untuk juga mempunyai
- CONFIDENCE (percaya diri), dan
- COMMUNICATION skills
(mampu berkomunikasi dengan effective)

Terus bagaimana dong ?
Sudah waktunya mengganti mind set dan keluar dari paradigma lama seperti ini
- Tong kosong nyaring bunyinya (sekarang kita cari Tong berisi yang nyaring bunyinya)
- Diam itu emas ... (mungkin, tapi harga emas sudah turun..Jadi diam itu emas, bicara dengan baik itu berlian)
- Padi makin tua makin merunduk (memangnya sakit pinggang, jadilah padi yang berisi dan berdiri tegak)
- Air beriak tanda tak dalam ...

Lihat betapa banyaknya peribahasa yang menyuruh kita diam seribu bahasa.

But the world has changed..
Dunia sudah berganti.
The paradigm has to be changed also.

Ingat, yang paling sukses bukannya yang paling pintar atau yang paling kuat, tapi yang paling mampu menyesuaikan diri dengan perbedaan.

So....mari kita tampil beda. Mari kita tampil berani.

Talk!
Share what you think!
Propose your SOLUTIONS!

If you dont talk, nobody will know how smart you are.
And if they dont know that you are smart, dont blame them if they think you are stupid!
Anda bertanggung jawab untuk membentuk persepsi tentang anda sendiri.

Terus keberanian apa dong yang kita butuhkan di tempat kita bekerja ...
Kan ini juga bukan jamannya lagi untuk mengangkat bambu runcing dan maju ke medan perang.
Kita harus berjuang, tetapi dengan cara lain.
Kita tetap harus berani!

Berdasarkan pengamatan saya pada high potential talents yang sekarang menempati posisi puncak. Ini adalah keberanian yang mereka miliki

*1. Dare to ask question*

Mereka berani bertanya.
Karena mereka perduli dan care. Mereka ingin mengerti permasalahannya dan ingin membantu memberikan solusi meskipun itu di luar tanggung jawab mereka.
That's profesionalism.
Bukan hanya duduk termenung di pojok ruang meeting.

*2. Dare to challenge*

Pada saat seseorang menyampaikan solusi atau presentasi, mereka berani men-challenge.
Is it the best way to do things?
Is it the best way to achieve the objectives?
Mereka berani men-challenge anak buah mereka, men-challenge peer mereka, bahkan mereka berani men-challenge boss mereka.
(Mereka mampu men-challenge dengan cara yang sopan dan profesional).
Mereka tidak takut dinilai negative (karena men-challenge), because they know they have the good intention (to improve the situation).

*3. Dare to propose a solution*

Banyak orang yang bisa mengkritik.
Tapi jarang yang bisa memberikan solusi.
Padahal sebenarnya bisnis tidak memerlukan kritik.
In the end of the day, bisnis membutuhkan solusi.
Kalau satu-satunya yang anda bisa berikan adalah mengkritik, mungkin lebih baik anda diam.
Siapapun akan lebih suka orang yang menawarkan solusi dengan positive daripada hanya sekedar mengkritik.
Think from that angle, before you open your mouth

*4. Dare to implement*

Setelah anda memikirkan solusi, anda juga harus berani mengimplementasikan Take ownership.
Take charge of the implementation!
Jangan hanya ngomong banyak waktu brainstorming, tapi menghilang waktu diimplememtasikan.

*5. Dare to receive feedback*

Setelah anda mengimplementasikan, be open mind.
Terbukalah dengan kritik.
Terimalah feedback sebagai masukan untuk improve situation.
Don't take it personally.
Don't deny.
Don't be defensive.
Just listen, understand, filter, select and implement the ones that create significant improvement.

*6. Dare to put team's interest first*

Remember, a good professional put the team's interest before his own.
Ada pepatah China.

If you want to go fast, go by yourself.
If you want to go far, go with others.

Performance anda sangat tergantung dari performance team anda.
Be a sport, learn to play in a team.
It is  more fun and your career will progress accordingly.

*7. Dare to learn everyday*

Last but not least, learn new things everyday.
Dunia berubah,  bisnis anda berubah, kompetisi berubah petanya, perilaku consumer anda berubah.
Belajarlah, amatilah dan beradaptasilah!

Jadi ingat ya... untuk perform well dan progress in your career, anda harus memiliki 7 keberanian ini....

*1. Dare to ask question*
*2. Dare to challenge*
*3. Dare to propose a solution*
*4. Dare to implement*
*5. Dare to receive feedback*
*6. Dare to put team's interest first*
*7. Dare to learn everyday*

Kita coba yuk...

Dan mari kita tunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang pemberani, dulu (di jaman perang melawan penjajah) dan juga di masa sekarang dan di masa depan (di era kompetisi global).
We were couragous, and lets show that we are (and we will always be) couragous!
Ini akan mempercepat pengembangan talent-talent Indonesia untuk terus menerus tampil di pentas global.

Senin, 24 Oktober 2016

Teddy Rachmat: Corporate Sense of Mission for Greater Purpose

Siapa yang tidak kenal dengan Theodore Permadi Rachmat. Konglomerat kelahiran Majalengka tersebut memang sudah tidak diragukan lagi kelihaiannya dalam berbisnis. Bahkan Majalah Forbes kembali mencatatkan namanya sebagai salah satu dari 1.645 pemilik kekayaan di atas US$1 miliar  untuk tahun 2014. Rachmat berada di peringkat 973 dalam daftar tahunan Forbes dengan capaian nilai harta sebesar US$ 1,85 miliar.

Namun di balik segala kesuksesannya ternyata, ada rasa minder yang menghingapi pemilik Grup Triputra ini ketika membandingkan dirinya dengan Nadiem Makarim, Co-founder Go-jek. Dalam sebuah kesempatan acara Manajer Leader Summit yang digelar Intipesan di Djakarta Theater, mantan Presiden Direktur (Presdir) PT Astra International Tbk berbagi pemikrannya tentang membangun bisnis dan juga kekagumannya atas sosok Nadiem.

Berikut penuturan TP Rachmat yang disajikan dalam format bertutur

“Saya punya slide presentasi mungkin tidak secanggih pembicara lain, umur saya 73 tahun. Saya telah 48 tahun kerja, saya mulai 48 tahun lalu sebagai pegawai nomor 15 di Astra dan pegawai nomor satu di United Tractor. Sebagai orang yang paling tua, orang selalu tanya ke saya, ‘Pak, kalau saya bisa tanya satu nasihat, apa sih nasihatnya itu?’ Sebelum saya menjawab, saya ingin menerangkan beberapa hal. Selama saya mengamati hidup saya,  banyak melihat perusahaan jatuh bangun. Tiba-tiba naik besoknya turun atau sebaliknya. Lalu saya mencoba mengobservasi apa sih sebenarnya yang bisa membuat sebuah organisasi bisa terus eksis dalam rentang waktu jang panjang.

Lalu saya lihat ada tiga organisasi yang telah berabad-abad sustainable. Lihat Agama Budha, mereka mulai didirikan oleh Sidharta Gautama sejak kurang lebih 2.600 tahun lalu, Kristen didirikan 200 tahun lalu, Islam 1.500 tahun lalu. Kenapa mereka sampai sekarang sustainable? Pernah tidak ada yang memikirkan itu? Rasanya masih jarang. Lalu apa yang mereka punya sebagai kesamaan? Menurut saya ada satu yaitu Belive dan Mission. Satu-satunya yang menyebabkan organisasi ini langgeng sampai sekarang berabad-abad, sebenarnya hanya sense of mission.

Menurut saya perusahaan juga sama, kalau kita bisa punya sense of mission, dari atas sampai ke bawah maka akan sustainable. Lalu apa lagi kesamaannya? Baik Budha, Kristen, Islam sama-sama religious leader sebagai panutan. Istilahnya jika guru kencing berdiri murid kencing berlari. Dalam perusahaan juga sama, harus punya pemimpin-pemimpin yang memberikan contoh yang baik. Dan terakhir, perusahaan juga harus punya ritual untuk mempertahankan eksistensinya. Selama perusahaan itu ada believe, ada leader yang kasih contoh baik, dan punya ritual yang menguatkan kepercayaan maka akan langgeng.

Masuk di Astra sebagai pegawai 15, sekitar 15 tahun lalu saya membuat beberapa perusahaan sendiri, Triputra dan Adaro. Nah, yang saya lakukan di perusahaan saya sama. Di sana ada misision leader dan ritual. Misi di Triputra sangat sederhana, a bigger purpose, prosper with the nation. Saya sendiri menyumbang banyak, saya kasih beasiswa 1.500 orang, saya memberikan yatim piatu sejumlah uang, saya bangun klinik kesehatan. Saya pikir saya telah melakukan banyak hal.

Sampai kemudian saya lihat Go-jek.  Go-jek dalam waktu 5 tahun bisa memberi pekerjaan pada 200.000 orang, tentunya saya bandingkan dengan apa yang saya lakukan dengan Nadiem lakukan. Seluruh pegawai saya berkisar 70.000 orang. Nadiem dalam waktu singkat 200.000 orang, akhirnya saya pikir siapa yang memberikan kontribusi paling besar dia atau saya. Nadiem memberikan kontribusi lebih besar dalam jangka waktu 5 tahun, dibanding saya yang 15 tahun.

Jadi saya bilang ke anak-anak saya,  apa kontribusi terbesar yang akan kalian berikan ke bangsa. Bangun world class company, nah itu aja. Penglaman di Astra mengajarkan bahwa bila perusahan tidak punya value system maka tidak akan kemana-mana. Value system itu tidak boleh hanya di mulut, harus di hati, apa yang diomongkan harus sama seperti yang dilakukan.

Jadi kalau ada orang menanyakan ke saya apa paling penting dalam hidup? Apa itu perusahaan, apa itu negara, selalu saya katakan have a mission bigger than yourself. Kalian yang harus mencari mission kalian,”

http://swa.co.id/swa/trends/kala-tp-rachmat-minder-dengan-nadiem-makarim

_Sebaik2nya manusia adalah yg BERMANFAAT bagi sesama_

Sabtu, 22 Oktober 2016

Bisnis STARTUP MarketPlace Digital vs MALL


Tentang startup yang bakar duit, serta yang disebut sebagai bisnis beneran.

Startup scene di Indonesia semakin intense beberapa tahun terakhir ini.

Berbagai jenis perusahaan digital bermunculan dengan bermacam model bisnis, dibarengi dengan berseliweran Venture Capital yang nongol, entah dari luar negeri maupun lokal.

Bisnis dan kegiatan yang berputar di perusahaan-perusahaan startups ini, juga semakin berkembang. Ada media yang khusus meliput tentang startup, perusahaan pembuat software khusus startup, hingga juga bisnis coworking space yang klien-kliennya adalah perusahaan startup.

Masih teringat jelas kehebohan ketika Tokopedia mendapatkan pendanaan 100jt dollar di tahun 2014? Barusan juga MatahariMall dapet segitu, tapi sekarang ngga heboh-heboh amat :)

Well, belakangan ini — Ada Gojek yang barusan dapet 400jt dolar, kemudian FoodPanda yang stop beroperasi karena disinyalir kehabisan uang. Semakin hari semakin banyak berita tentang startup A yang dapet pendanaan sekian juta dolar, dan startup B yang tiba-tiba harus tutup karena berbagai alasan; kehabisan dana, atau berencana untuk pivot ke bisnis yang lain.

Dan beberapa hari lalu; saya tergelitik membaca sebuah status facebook yang entah kenapa nongol di linimasa saya; yang kira-kira begini:

“Semakin banyak bisnis startup yang terbukti kayak judi, mendingan bisnis riil saja”
— otomatis membuat saya berpikir keras; errrrr…

Lalu saya ingat lagi sih tentang teman yang mengomentari tentang startup dengan membandingkan bisnis dia sendiri; “Ya kalau aku bisnis riil gini beda sih itungannya, harus untung beneran..”
Hmm. Sepertinya cukup banyak miskonsepsi di masyarakat — yang menganggap bahwa bisnis startup itu lawan kata dari bisnis riil atau beneran. Artinya, bisnis startup ya bukan bisnis beneran, alias bisnis palsu a.k.a abal-abal.

Kalau dilihat dari asal-katanya, startup bisa diartikan sebagai “baru mulai”. Artinya ya semua bisnis yang barusan saja mulai (walaupun ini relatif, tapi cukup banyak yang sepakat bahwa sebelum 3 tahun bisa jadi patokan).

Nah saya mau mencoba menjelaskan tentang perbandingan antara startup dengan “bisnis beneran”. Agar memudahkan, mari kita bayangkan sebuah analogi perbandingan antara sebuah situs e-commerce atau virtual mall, dengan mall “beneran”, dengan tokoh fiktif Amir dan Umar — dalam perspektif valuasi perusahaan.

Cerita Amir
Amir adalah anak seorang konglomerat. Bapaknya mempunyai bisnis properti sukses dan terbiasa membangun perumahan, perkantoran serta pusat perbelanjaan. Setiap hari jumat, Bapak Amir selalu mengajak Amir untuk pergi main golf. Berikut pembicaraan mereka:
Bapak: “Amir, sudah saatnya kamu mengikuti jejak Bapak di bisnis properti. Cobalah kamu beli salah satu tanah dari perusahaan keluarga kita dengan harga dan kamu bangun sesuatu di atasnya. Nanti Bapak kasih modalnya.”
Jadilah Amir bikin mall.

Ideation & Building Stage
Karena Bapaknya kaya raya, maka Amir bisa mengalokasikan dana Rp 125M buat bikin mall tersebut. Hal yang pertama dilakukan Amir adalah membeli tanah untuk membangun Mall tersebut. Dibutuhkan 10,000 m2 (1 hektar) bidang tanah yang terletak di area strategis.

Harga pasarannya sebenarnya per m2 adalah Rp 4jt/m2 — akan tetapi karena Amir membeli tanah dari perusahaan Bapaknya, maka dia mendapat harga murah, cuman Rp 2.5jt/m2.

Dengan 2.5jt/m2, maka cukup Rp 25M saja untuk membeli tanah yang dibutuhkan. Sampai disini, uang Amir masih tersisa Rp 100M di bank, dan valuasi perusahaan sudah seketika naik menjadi Rp 140M (cash 100M + nilai aset tanah 40M).

Dengan 100M tersisa, Amir mulai membangun Mall yang dia rencanakan. Berbagai kanal alokasi dana terkucur — dari konsultan bangunan, kontraktor, hingga tim manajemen dan marketing yang dia sewa. Butuh waktu 1 tahun kira-kira hingga Mall tersebut mulai dibangun, dengan biaya total Rp 75M.

Selama pembangunan, tim marketing Amir juga sudah beroperasi, mereka telah mulai menawarkan kepada pemilik bisnis — pemilik restoran, pemilik merek fesyen, optik, coffee shop, dan department store. Oh ya, tidak ketinggalan bioskop.

Beberapa merek dan kategori bisnis seperti department store, bioskop dan brand yang sangat kuat dan ada di mana-mana disebut sebagai Anchor tenants.

Product/Market Fit & Growth Hack
Satu tahun kemudian, ketika sudah siap beroperasi, belum banyak penyewa, tetapi sudah ada beberapa anchor tentant. Mereka mau masuk ke dalam Amir Mall dan membuka gerai, karena ditawarkan harga yang sangat murah — bahkan hingga gratis sama sekali. Kenapa? Karena dengan mereka masuk, Mall sudah mulai beroperasi dan bisa menarik pengunjung.

Bagi bisnis Mall, anchor tenants ibarat MVP (Minimum Viable Products).

Seminggu sebelum hari pembukaan, dipasang iklan di semua media hingga seluruh penduduk kota tahu tentang Amir Mall. It’s the talk of the town. Semua orang tertarik untuk datang mengunjungi Mall baru tersebut. Para pemilik bisnis yang sebelumnya sudah ditawari space, baik yang sudah menyewa maupun belum — oleh tim marketing diundang kembali sebagai tamu VIP.

Pada hari pembukaan, pengunjung berjubel, dan para tamu VIP a.k.a calon penyewa sebagian besar langsung menandatangani kontrak untuk menyewa space di Amir Mall. Launchingnya sukses besar!

Seminggu setelah Mall beroperasi, Amir mengajak meeting para manajemen dan mengundang konsultan untuk menghitung valuasi bisnis dia sekarang.

Ternyata space yang disewakan di Mall tersebut sudah terisi sebesar 80% pada minggu pertama; 20% untuk anchor tenant, dan 60% oleh tenant baru yang baru saja mendaftar.

Monetization
Pada tahun pertama, Amir hanya menarik sewa sebesar Rp 8jt /m2 per tahun saja (belum termasuk service charge, listrik, dsb) — sedangkan space yang ditawarkan sebesar 10,000 m2 (ada 4 lantai dengan tiap lantainya seluas 2,500m2). Artinya, pada tahun pertama, pendapatan sewa bersih Amir Mall tercatat sebesar Rp 48M.
Konsultan kemudian menghitung dengan detil semua aset yang dimiliki Amir Mall sekarang. Nilai tanah bangunan ternyata sudah naik drastis karena begitu Amir Mall dibangun, maka tanah-tanah disekitarnya naik harga. Sekarang nilai tanah sudah mencapai Rp 6jt /m. Artinya, tanah Amir senilai Rp 60M. Kemudian nilai bangunan ditaksir senilai Rp 60M juga. Rugi sih, karena pembangunannya mencapai Rp 75M, tetapi nilai taksiran memang tidak akan sama dengan nilai riilnya.

Valuation

Untuk valuasi bisnis Mall sendiri ternyata pihak konsultan menyarankan metode sederhana =
total nett revenue x 5 tahun, karena diprediksi dalam 5 tahun bisnis ini akan berjalan lancar.

Untuk gaji karyawan dan pengeluaran lain dihitung Rp 1M per bulan, atau Rp 12M per tahun.

Karena patokan yang ada adalah gross revenue sebesar Rp 48M / tahun, maka total per tahun dihitung laba bersih adalah sebesar Rp 36M.

Sampai disini, valuasi bisnis Amir Mall adalah sebesar:
Tanah Bangunan (10,000m2) = Rp 120M
Dana tunai di Bank = Rp 25M
Valuasi bisnis (5 tahun x Rp 36M) = Rp 180M
Total = Rp 325M.

Wow, fantastik! Dalam 2 tahun, modal (bapaknya) Amir sebesar Rp 125M telah berkembang sebesar 2.6 x lipat! Amir hari itu pulang dengan bangga. Malam itu dia punya jadwal untuk makan malam bersama Bapaknya, dan situlah dia menceritakan pada sang Bapak bahwa dia telah sukses membangun bisnisnya.

Sang Bapak mendengarkan dengan seksama, sambil menepuk bahu Amir;
“Hebat nak, teruskan ya..”
..tapi Amir merasa bahwa respon dari Bapak sungguh datar..

Cerita Umar
Sore sebelum Amir pulang, sang Bapak sebenarnya nongkrong di salah satu anchor tenant, sebuah coffeeshop berlogo warna hijau di Amir Mall. Dia ingin melihat bagaimana hasil kerja anaknya. Bapak Amir duduk sendirian sambil melihat orang ramai lalu lalang. Karena coffeeshop ini berada di dekat pintu masuk, dia juga bisa melihat di seberang jalan; sebuah pembangunan sebuah gedung bertingkat yang sepertinya baru saja dimulai.

Umar, baru saja mendarat dari Singapore — dia datang untuk menghadiri acara pernikahan teman lama, tetapi karena belum jam check-in maka dia mampir di Mall tersebut. Dia masuk ke coffeeshop pertama paling dekat dengan pintu masuk, dan mencari tempat duduk.

“Boleh ikut duduk di sini Pak? Kebetulan meja semua penuh dan sepertinya Bapak sendirian..”
Bapak Amir sedikit kaget, lalu mendongak sambil melihat pemilik suara serta menjawab: “Oh, silahkan..”
“Luar biasa ya Pak, perkembangan kota ini. Ini mall masih baru ya? Ramai banget ya?” sembari Umar menarik kursi dan menghempaskan badannya.
“Iya, baru saja dibuka seminggu lalu.” jawab Bapak Amir, sembari memperhatikan penampilan anak muda ini. Sepertinya seumuran anaknya, tapi berpenampilan lebih kasual. Kaos oblong, jeans dan sepatu kets; tidak seperti anaknya si Amir, yang berkemeja rapi kemana-mana.

“Oh, kalau di seberang sana, Mall juga ya pak? Kayaknya baru dibangun juga dan tadi sempat lihat ada papan namanya — sepertinya bakal jadi pusat perbelanjaan juga tuh.” kata Umar.
“Sepertinya sih begitu. Dan di ujung jalan di sebelah sana juga bakal ada Mall baru. Sepertinya jalan ini bakal dipenuhi dengan pusat perbelanjaan nantinya.” jawab Bapak Amir.
“Wah, kalau sepanjang jalan Mall semua, trus persaingan jadi ketat sekali dong pak? Kalau ngga salah pertumbuhan penduduk kota ini hanya 5% per tahunnya padahal. Kuenya ngga nambah yang mau makan tambah banyak dong ?” kata Umar.
“Hehehe maaf pak, saya sok tahu nih kayaknya. Kenalkan dulu Pak, nama saya Umar. Kebetulan dulu juga kecil di kota ini.” lanjut Umar, merasa lancang.

“Nama saya Kamirun mas, biasa dipanggil Pak Amir. Kebetulan saya juga punya anak seumuran dengan Anda, namanya Amir juga. Cuman, kalau saya dipanggil Amir — ejaan Indonesia, kalau anak saya, huruf vokalnya A & I nya itu diucapkan kayak mirip film seri jaman saya dulu it — The A-Team.”
Mereka lalu berjabat tangan.

Bapak Amir lalu meneruskan; “Oh, memang — persaingan semakin ketat, tetapi target pasar dari pusat perbelanjaan-pusat perbelanjaan ini bukan hanya dari penduduk kota lho. Semakin ramai jalan ini, maka akan semakin menarik orang dari kota-kota lain juga. Nah, karena semakin ramai, maka harga tanah juga naik. Artinya selain dari business profit, juga ada capital gain yang signifikan setiap tahunnya karena pertumbuhan nilai properti.”

Lalu dia menjelaskan panjang lebar tentang model bisnis bikin pusat perbelanjaan, dan bagaimana ketika bisnis rugi, aset properti nilainya tetap naik dan secara keseluruhan bisnis ini ngga akan rugi. Bapak Amir juga dengan bersemangat menceritakan bagaimana Ciputra dan taipan bisnis lain yang bergerak di properti, dan masuk sebagai orang-orang terkaya di Indonesia.
Walau tidak secara langsung berkata tentang apa bisnis dia, Umar bisa menangkap bahwa bisnis Bapak Amir ini juga properti karena dia tahu sekali luar dalam tentang bisnis tersebut. Karena Bapak Amir juga bisa menyebutkan dengan detil mengenai Mall ini, Umar juga menebak bahwa mall tempat mereka berada sekarang juga milik dia, atau paling tidak milik anggota keluarganya.
“Wah, nantinya jadi kayak Orchard Rd gitu dong ya Pak jalan ini? isinya mall semua.” tukas Umar.
“Nah, betul itu, Anda pernah ke sana?” tanya Bapak Amir.
“Lumayan sering sih pak, paling tidak sebulan sekali. Kebetulan baru saja mendarat dari sana ini, ada meeting berturut-turut selama beberapa hari di Singapur minggu ini.”
“Wah, hebat juga Anda. Kerja atau bisnis?” tanya Bapak Amir penasaran.
“Kebetulan saya bisnis juga pak, yaa masih baru jalan sekitar 3 tahun ini. Kalau orang bilang, masih startup” jawab Umar.
“Bisnis bidang apa mas? Kok sampai meeting-meeting di Singapur? Ekspor impor?” pak Amir semakin penasaran.
“Bukan Pak. Saya sekarang ini mengelola marketplace digital. Mungkin mirip dengan Mall sih, tapi tidak ada wujud fisiknya sama sekali. Semuanya digital, dan hanya transaksi ya hanya bisa dilakukan di internet. Ada orang yang jual barang disitu, lalu ada yang berminat beli. Nah, bisnis saya ini mempertemukan kedua pihak tersebut. Misal ada orang yang mau jual buku langka karangan Enid Blyton yang ditandatangani penulis langsung — padahal dia tidak punya toko buku; maka orang ini jualan di marketplace saya, dan ketemu oleh peminat yang mau beli.”

Ideation & Building Stage
Gantian kini Umar bercerita panjang lebar tentang marketplace yang dia kelola. Bermula dari meninggalnya Ayah Umar 3 tahun yang lalu yang tidak mewariskan banyak uang, tapi satu ruangan penuh dengan buku-buku koleksi almarhum.
“Saya masih ingat sekali isi surat warisan Ayah saya pak. Ini saya bahkan punya copy digitalnya” ujar Umar, sambil menunjukkan layar tabletnya, setelah beberapa kali klik untuk membuka sebuah file.
Umar, anakku satu-satunya.
Maafkan ayahmu yang tidak bisa meninggalkan warisan berupa harta maupun tanah yang berharga, karena Ayah yakin kamu bisa mendapatkan harta atau membeli tanah sendiri dengan hasil keringat dan otakmu yang encer itu.
Tapi yang Ayah tinggalkan jauh lebih berharga; ilmu pengetahuan dan kebajikan. Jendela-jendela menuju pelosok dunia. Lorong-lorong menuju balik ruang otak para cendekiawan.
Untukmu, Ayah wariskan perpustakaan pribadiku. Didalamnya terdapat ratusan, mungkin ribuan buku-buku pilihan, yang bahkan banyak ditandatangani langsung penulisnya.
Pergunakanlah warisanku ini dengan caramu sendiri, agar kamu bisa menguasai duniamu.
“Setelah pemakaman, 3 hari berikutnya saya habiskan untuk mulai menyortir koleksi buku Ayah saya. Saya masih belum tahu mau diapakan dengan seluruh buku ini. Ya memang sih, ini sumber ilmu pengetahuan dan jendela dunia. tapi setelah saya cek, hampir seluruh bukunya ada dijual di Amazon, dan kalau yang buku-buku lama, sudah ada copy digitalnya di internet dan bisa di unduh gratis. Pusing saya pak, bingung mau diapain.” Umar meneruskan.
“Lalu Anda apakan semua warisan buku-bukunya mas?” Bapak Amir bertanya sambil dia menerawang — dia sendiri belum terpikir tentang warisan yang ingin dia tinggalkan. Terbayang wajah keluarganya; anaknya, Amir, lalu orang-orang yang bakal benar-benar kehilangan kalau dia tidak ada, kemudian tak lupa juga wajah-wajah para pecundang yang dalam hati akan kegirangan kalau dia meninggal.
“Saya jual pak..” Umar menjawab dengan singkat dengan intonasi datar.
“Pertimbangan saya; yang pertama — saya tidak punya kemampuan mengelola perpustakaan. Saya jarang di rumah, dan perpustakaan pribadi Ayah saya adalah ruangan yang paling jarang saya masuki. Dan walaupun hobi saya membaca, tapi saya juga suka bepergian sehingga membawa-bawa buku-buku berat dalam ransel saya sepertinya bukan pilihan bagus.” kata Umar, sambil menunjuk ke tas ransel dia.
“Pertimbangan berikutnya, karena seluruh isi buku yang ada di perpustakaan Ayah, sekarang bisa saya dapatkan di gawai saya. Saya bisa membacanya kapan saja. Jadi buku-buku koleksi Ayah sebenarnya ngga ada gunanya kalau saya pakai sendiri.” Umar menjelaskan.
“Anda jual ke mana itu mas?” Bapak Amir bertanya, setengah penasaran setengah jengah — dia membayangkan kalau suatu hari nanti warisan yang dia berikan ke keluarga tidak dirawat, tapi dijual begitu saja.
“Tadinya saya iklankan di koran, tapi tidak laku. Saya coba tawarkan ke toko-toko buku, malah saya diketawain karena mereka juga mati-matian jualan buku. Trus saya coba tawarkan ke forum-forum online, itu lumayan pak — laku karena ternyata banyak juga kolektor buku yang berminat. Saya waktu itu sudah jual belasan buku koleksi dengan nilai jutaan rupiah. Sampai akhirnya kena kasus buku sudah saya kirim, duitnya ngga sampai ke saya.” ujar Umar.
“Kok bisa? Bukannya kalau jualan gitu nunggu duitnya dikirim dulu baru barangnya dikirim ya?”
“Nggak pak. Orang juga ngga mau metode gitu, makanya ada bisnis namanya rekening bersama atau rekber. Semacam escrow gitu sih kalau istilah bank. Cuman ini ternyata rekbernya bermasalah, pembeli udah transfer ke rekber, saya udah kirim bukunya, eh duitnya ngga ditransfer ke saya.” jelas Umar
“Lho kok gitu? Ngga dilaporin ke polisi?”
“Udah sih. Kasusnya udah rame tuh Pak, coba cari saja di Google tentang kasus itu pak. Udah ketangkep sih, dan mau nyicil mengganti rugi. Tapi ya gitu kan trus ribet ngurusnya, jadi kapok saya pake rekber dan jualan di forum lagi.”
“Trus, dijual kemana?” Bapak Amir mulai sudah mulai hilang jengahnya. Dia mulai memahami isi surat wasiat Bapak Umar — bahwa beliau mempercayakan warisannya untuk dipergunakan sesuai cara Umar sendiri. Jadi tidak ada kewajiban Umar juga buat terus menyimpan buku-buku berharga itu.

Product/Market Fit & Growth Hack
“Saya akhirnya coba bikin situs sendiri pak, khusus buat jualan buku-buku edisi kolektor. Namanya BukuLapuk.com. Semua buku saya foto dan saya kasih resensi singkat, juga saya kasih profil penulis serta link langsung ke penulisnya. Nah, setiap penulis itu saya kontak, mention atau tag di media sosial mereka. Karena deskripsi tentang mereka itu saya bikin unik dan lucu, dan buku yang dijual sudah tidak terbit lagi, maka rata-rata penulis itu akan share di akun mereka sendiri. Jadilah banyak orang yang datang berkunjung, dan akhirnya beli buku di situs saya.” lanjut cerita Umar.
“Bentar-bentar mas, katanya tadi bisnisnya marketplace? Kok ini jualan buku? Bedanya sama buku toko buku online kayak Garukmedia itu apa ya?” potong Bapak Amir.

“Iya pak, tadinya kan emang toko buku lama dan yang saya jual sendiri. Tapi di situ saya juga mengelola forum khusus buat peminat buku-buku antik. Nah, lama-lama ternyata terbentuk forum jual beli barang-barang antik antar sesama anggota.

Akhirnya saya fasilitasi untuk memudahkan orang buat jualan barang antik, dan juga memudahkan orang-orang untuk melihat-lihat jualannya, sekalian pembayarannya juga saya urusi Pak.

Jadilah BukuLapuk.com itu marketplace khusus buku langka dan barang-barang antik yang pertama.” jelas Umar.
“Kalau yang jualan buku saya sih paham mas. Tapi kalau marketplace itu, dapat untungnya darimana ya? Apa anda mengenakan komisi dari setiap barang yang dijual?” Bapak Amir penasaran bertanya.

Scale
“Nggak pak. Selama 3 tahun terakhir semuanya gratis. Transaksi jual beli kita fasilitasi tanpa bayar sedikitpun. Yang penting jumlah anggotanya semakin banyak, dan terbentuk ekosistem. Kalau dari awal dikenakan komisi, mana ada yang mau jual barang di tempat saya Pak. Dengan cara begini, 3 tahun berdiri kami sudah mencatat terjadi lebih dari 1 juta penjual Pak” Umar menjelaskan.

“Lho, mana bisa begitu? Pasti kan banyak biaya yang dikeluarkan juga — apalagi dengan 1jt+ anggota, saya yakin butuh banyak SDM untuk mengelolanya kan?” tanya Bapak Amir.

“Sebenarnya beberapa bulan pertama, itu relatif sedikit sekali biaya yang saya keluarkan sih Pak, itu nutup dari biaya penjualan buku-buku Ayah saya.
Sampai kemudian total penjual jumlahnya hingga seribuan lebih, saya mulai kewalahan menangani komplain pembeli yang nakal, atau penjual yang rewel. Yang jualan siapa, barangnya dikirim ke mana, komplainnya ke saya. Pusing saya Pak waktu itu..”

“Dan Anda tidak mengenakan komisi sedikitpun? Ngga juga penjual dikenakan biaya perbulan? Lalu bagaimana untungnya?”

“Nah, Pak. Memang jika dibandingkan dengan bisnis konvensional seperti Mall yang Bapak ceritakan ini misalnya — ada beberapa perbedaan, tetapi sebenarnya juga banyak benang merah yang sama juga. Kalau Bapak tadi cerita kalau buat bikin Mall itu butuh investasi besar diawal, untuk membeli tanah dan bangunan dengan arsitektur yang bagus, itu tujuannya buat apa Pak?”

“Lho ya biar orang-orang pada datang dong. Kalau banyak pengunjung, nanti dia kan lihat-lihat barang yang ada di Mall ini, atau datang ke restoran, atau ke coffeeshop kayak kita ini. Orang belanja, nanti pemilik toko dapat untung, dan kita kenakan biaya sewa. Kan jelas tuh bisnisnya, duitnya darimana — ngga kayak bisnis Anda ini..”

Monetization
“Saya jelas tidak berencana membuat yayasan non-profit pak, tapi dengan banyaknya transaksi yang terjadi sekarang, BukuLapuk.com sekarang mendapatkan keuntungan dari orang yang ingin produknya tertampil di depan calon pembeli. Dengan cara ini, penjual memiliki kemungkinan lebih besar produknya laku. Kami menyebutnya sebagai premium user. Mereka ini bisa memilih metode komisinya ke BukuLapuk.com — mau bayar setiap kata kunci yang di cari oleh calon pembeli, atau memberikan komisi setiap produknya laku.

“Wah, bisa begitu ya? Sekarang berapa transaksi itu tiap bulannya mas? Hmmm.. kalau 1jt penjual, rata2 jualan 2x barang saja perbulan, berarti udah ada 2jt transaksi ya tiap-tiap bulannya? Kalau kira-kira harga barang antik pasti lebih dari Rp 200rb kan, misal ini rata-rata Rp 250,000 berarti total transaksi sebulannya Rp 500,000 x 1jt; jadi 500 milyar sebulan mas?”

“Kira-kira segitu bener pak. Lebih dikit sih, tapi angkanya ngga meleset-meleset banget kok.”

“Lalu berapa penjual yang menjadi premium user? Pastinya orang lebih suka barangnya laku, jadi lebih banyak orang yang jadi premium user ya? Separonya lebih gitu?”

“Ngga Pak. Lebih banyak penjual yang masih merasa sayang harus memberikan komisi atau bayar tiap kata kunci. Jadi, cuman 5% saja kira-kira yang jadi premium user. Nah tapi, karena dari 5% ini otomatis bisa jualan lebih laris, maka kira-kira 20% transaksi itu adalah dari premium user yang memberikan komisi ke kita.”

“Jadi ada Rp 100M transaksi yang kasih komisi ya? Itu komisinya berapa persen?” sembari Bapak Amir memakai kacamatanya dan dia mulai membuka situs BukuLapuk.com, langsung klik menuju bagian “FAQ Penjual”.

Walaupun sudah berumur, tetapi untuk masalah teknologi, Bapak Amir tidak pernah mau ketinggalan. Beliau langsung bisa menemukan bagian ketentuan dan syarat menjadi premium user di BukuLapuk.com — dan sejenak kemudian, setelah mulutnya komat-kamit membaca beberapa paragraf yang ada, dia menggebrak meja!

Gila! 5% komisi, berarti Anda bisa dapat 5M perbulan lebih ya? Berarti lebih besar dari bisnis Mall punya anak saya ini dong!”

Beberapa pengunjung meja sebelah sontak kaget dan menengok ke arah mereka. Umar juga setengah kaget, apalagi Bapak Amir — yang barusan menyadari kalau dia berkata terlalu kencang.

“Eh maaf, maaf..” sambil tangannya membentuk isyarat permintaan maaf kepada orang-orang disekitarnya.
“Tapi beneran Mas, saya ngga ngira kalau bisnis digital atau startup bisa untung sebanyak itu. Pantesan kok saya baca di situs-situs kayak TengsinAsia gitu, ada aja berita pendanaan sampai ratusan juta dolar — itu sebenernya duitnya itu buat apa dan ngapain gitu lho. Lha wong sudah jalan sendiri, berprofit gitu kenapa kok harus ada investor? Mending dikelola sendiri kan Mas..” lanjut Bapak Amir

“Analoginya begini sih pak; tadi kan Bapak cerita tentang Capital Gain dari bisnis properti atau pusat perbelanjaan. Kan naiknya nilai tanah tergantung dari ramainya lokasi tersebut — atau lebih tepatnya lagi, lembaga appraisal resmi yang menilai sebuah properti akan menggunakan referensi dari transaksi jual-beli tanah di dekat lokasi tersebut. Kalau misalnya kita beli tanah di sebuah lokasi dengan harganya Rp 3jt/m2, tapi tahun depan ternyata tanah disebelahnya persis nilainya sudah jadi Rp 6jt/m2, otomatis kan nilai tanah kita kan juga dinilai naik..”

“Iya itu benar, tapi hubungannya apa ya?” Bapak Amir tidak sabar memotong.

“Kalau di startup; ketika terjadi pendanaan, artinya ada saham yang diperjual belikan. Dana yang masuk ditukar dengan sebagian dari saham perusahaan tersebut. Nah, katakanlah misalnya yang dijual pada saat seed funding adalah 10% saham dan dibeli dengan harga 1 juta dolar, berarti kan nilai keseluruhan perusahaan atau valuasinya adalah 10 juta dolar kan.. Padahal bisa saja awalnya startup itu dibangun dengan modal dengkul dan otak saja.”

“Wah, itu perusahaan Anda dihargai segitu mas?”
“Bukan Pak, ini contoh saja kok..” Umar merendah.
“Lho itu terus uangnya buat apa? Bukannya perusahaannya sudah untung ya?”

“Belum Pak, itu kan dibuat untung baru-baru saja. Tiga tahun pertama kan seperti saya bilang tadi, semua gratis tis buat seluruh pengguna.”

“Maksudnya dibuat untung gimana? Ya kan niatnya memang cari untung kan? Saya kok ngga paham ya..”

Valuation
“Begini pak.. Memang mungkin saja sejak baru ribuan saja anggota, kita sudah bisa memungut komisi atau biaya perbulan. Tapi dengan begitu, pertumbuhan anggotanya pasti melambat. Udah gitu, bisa saja ada orang dengan ide yang sama bisa meniru dan kemudian membuat layanan yang sama persis walau beda nama — dan digratiskan. Kalau begitu kan berarti nyari untung kecepetan sama saja dengan bunuh diri Pak.. “ jelas Umar.

“Nah, pendanaan dari Venture Capital itu untuk biaya marketing dan operasional untuk terus menambah lagi jumlah anggota dan transaksi yang ada, sampai pada titik dimana terbentuk ekosistem dimana setiap anggota ini benar-benar membutuhkan BukuLapuk.com sebagai media jualan dan mencari barang mereka.

Kalau sudah begitu — baru deh bisa mulai cari duit dari situ.” sambung Umar.
“Kemudian, pada saat pendanaan berikutnya, atau biasa disebut series A, B dan seterusnya, disini founder sudah mulai jual sebagian dari saham ditukar dengan cash. Atau, paling tidak mendapatkan gaji atau bonus yang nilainya signifikan. Ngga ada aturan baku dalam pendanaan, tapi kebanyakan setiap pendanaan itu akan membuat nilai perusahaan naik 10x lipat atau lebih — dimana Founder kehilangan 10–20% tetapi total nilai dari saham yang dia pegang naik berkali-kali lipat.” Umar kembali menjelaskan.

“Hmmm.. jadi sebenernya mirip ya dengan bisnis Mall ya. Kalau bikin Mall kan modal gede dulu buat bikin gedungnya biar orang pada datang, begitu buka langsung ramai — langsung dapet duit.

Kalau startup digital; mulai dari kecil dulu, modal gedenya dibutuhkan ketika semakin banyak orang yang datang, biar terus tambah ramai. Sama-sama nilai perusahaannya bertambah kalau pengunjung, pembeli dan penjualnya semakin banyak..” kata Bapak Amir.

“Nah, bedanya Pak, bisa dikatakan bahwa marketplace kayak BukuLapuk.com punya saya ini, atau saingan saya TukuPidio.com — dulunya ini emang cuma forum tempat orang jual beli DVD film, trus berkembang jadi marketplace juga — itu potensi pertumbuhannya hampir tidak terbatas, atau istilahnya scalable.“ sambung Umar.

“Maksudnya scalable gimana ya?”
“Gini Pak. Misalnya Amir Mall ini, kalau sudah penuh seluruh space nya, trus gimana? Atau ketika libur panjang dan parkiran dibawah penuh, apa yang bisa dilakukan?”

“Ya sudah memang kapasitasnya segitu. Pasti ada limitasinya lah. Trus misalnya memang sudah full capacity, ya rencananya bikin Mall lagi dong..” jawab Bapak Amir.

“Itu namanya repeatable, tapi ngga scalable. Kalau marketplace digital, tidak ada limitasinya Pak. Saya bisa punya jutaan penjual dan pembeli. Tidak dibatasi oleh besarnya gedung atau lebarnya tempat parkir. Nah kalau idealnya, memang bisnis startup digital itu harus punya 3 sifat — 2 yang tadi itu yaitu scalable dan repeatable, terus satu lagi: profitable.”

“Hmm ya, paham sekarang. Wah sekarang nilai perusahaan dan saham Anda di BukuLapuk sudah jutaan dolar ya mas?” Bapak Amir mengangguk-angguk kagum, sembari memperhatikan Umar yang sudah beberapa kali melirik jam tangannya.

“Baik Pak, senang sekali berkenalan dengan Bapak. Saya harus pergi sekarang tampaknya. Kapan-kapan kita ketemu lagi ya Pak..” Umar pamit kepada Bapak Amir.

“Wah, saya yang harus berterimakasih. Bisa saya minta no telp nya untuk kapan-kapan saya ajak ngobrol lagi?”

Mereka kemudian bertukar nomor telepon, dan Umar berlalu. Bapak Amir kemudian pulang kerumah, karena dia juga sudah berjanji untuk bertemu anaknya.

Epilog.
Ada beberapa tahap yang sebenarnya sama-sama ditempuh pada cerita Amir dan Umar, yaitu Ideation, Building Stage, Product/Market Fit, Growth Hack, dan Monetization. Bedanya, pada bisnis konvensional seperti bikin Mall, tidak ada tahap Scale.

Disclaimer:
Tidak ada bisnis yang tidak beresiko. Dan tidak semua orang cocok terjun dalam bisnis; baik “bisnis beneran” atau “bisnis startup” (iya, dikasih tanda petik maksudnya nyindir orang-orang yang bikin dikotomi antara keduanya).

Dan tidak pernah ada jalan yang mudah untuk berhasil di bisnis. Realitasnya, hanya sebagian kecil bisnis yang berhasil. Apalagi bisnis startup digital. Contoh cerita sukses diatas ya karena memang yang dipilih yang bagian suksesnya. Yang gagal lebih banyak.

Angkat topi, dan angkat jempol buat seluruh founder startup yang sudah mulai menjalankan bisnisnya. Bagi yang belum dan baru akan — hitung bener-bener segala aspek; dan jangan percaya-percaya banget sama motivator. Ambil yang masuk akal dan logis saja — karena belum tentu yang ngasih nasehat motivasi juga pernah mengalaminya :p

Buatlah startup dengan memecahkan masalah yang benar-benar ada.

The real entrepreneur is a problem solver, not a money hunter.

If you already found your problems big enough to be solved, then go, do it, build your startup with everything you got. With all your heart, tears and blood. It’s gonna be worth it. Been there, done that.

Andy.
CEO & Founder Kulina — situs pesan katering online.
We’re solving the problem of getting good quality food with affordable price in urban cities.