Sabtu, 03 Desember 2016

Pembelajaran dari RAJA KRETEK: M. NITISEMITO - Pengusaha Bumi Terkaya Sebelum Kemerdekaan

Mas Nitisemito adalah seorang pengusaha kretek besar di Indonesia pribumi pada jaman sebelum kemerdekaan. Beliau tinggal di kota Kudus, Jawa Tengah.
Beliau adalah pelopor KRETEK di Indonesia.

Mas Nitisemito diperkirakan lahir di tahun 1874 dan meninggal di 7 Maret tahun 1953. Mas Nitisemito nama aslinya adalah Roesdi, putra dari seorang Lurah (Bpk. Haji Soelaiman). Dia berasal dari keluarga yang berkecukupan. Roesdi muda dari kecil adalah seseorang yang pemberani dan selalu berani memperjuangkan apa yang dipercayanya benar walaupun badannya kecil.

Ayahnya Haji Soelaiman ingin anaknya bersekolah tinggi bahkan sampai luar negeri kalau perlu. Tapi Roesdi muda berkeinginan lain. Dia ingin Berdagang. (ENTREPRENEURSHIP)

Dia mempercayai bahwa dengan berdagang akan memberikan keberhasilan material lebih lagi dari sekedar menjadi seorang Pejabat Pemerintah. Roesdi muda Ingin Lebih Berhasil dari Orang Tuanya. (THE POWER OF WILL)

Orang tuanya dengan berat hati tapi akhirnya mengabulkan keinginan kuat anaknya. Sehingga dia tidak bersekolah, di usia 17 Tahun Roesdi muda mulai merantau ke Kota Malang, Jawa Timur untuk menekuni dunia konveksi dengan mulai sebagai buruh jahit. (Mau bersusah payah mulai dari bawah/ HARD WORK and Earn Own Experience)

Ternyata dunia tekstil terlalu banyak pemain dan pesaingnya sehingga akan sulit untuk bisa memiliki usaha yang besar. (JANGAN MASUK KE USAHA YANG RED OCEAN)

Roesdi Muda pun kembali ke Kudus dan memulai usaha Minyak Kelapa karena menganggap semua orang membutuhkan Minyak Kelapa. Usaha ini sekali lagi dimodali oleh orang tuanya. Tidak sukses karena ternyata orang lebih suka membuat minyak kelapa sendiri daripada membeli dari pedagang. Maka bisnis minyak kelapapun gagal juga.

Gagal berbisnis minyak kelapa akhirnya beralih ke Dagang Kerbau. Ternyata pada saat itu Kerbau masih tidak terlalu diminati dan dilindungi karena banyak orang Hindu yang sedang proses beralih ke ajaran Islam. Gagal lagi. Bahkan berhutang.
(SUPPLY DEMAND RELEVANCY ; jangan memaksakan bisnis yang tidak relevan dengan kemauan pasar / masyarakat)

Tapi keinginannya untuk berwirausaha tidak pernah padam (NEVER GIVING UP!)
Dia pun membuka toko batik yang dia beli dari Solo dan jual tembakau serta kopi.

Akhirnya dia melihat ada ada peluang menjual Rokok Klobot karena sedang tumbuh dagang tembakau di Kudus.

Setelah menikah, Roesdi mengubah nama menjadi Mas Nitisemito . Bersama istri dia menciptakan INOVASI BARU yaitu sebuah resep Rokok Kretek yang isinya tembakau dan cengkeh. Ini hanya karena M Nitisemito tidak suka melihat customernya datang ke warungnya dengan meludah sirih. Dan ingin menggantikannya dengan produk Rokok Kretek ini.

Ternyata produknya diminati masyarakat. Permintaanmu meningkat hingga terus berkembang.
(DEMAND SUPPLY RELEVANCY)

Selain itu , ternyata inovasi produk ini memberikan efek untuk menyembuhkan asma pernafasan . Hal ini terus jadinya dibicarakan oleh orang banyak.
(INNOVATION FOR SOLUTION)
(GOOD NEWS SPREAD OUT EASILY)
(Clear Product Benefit)

M. Nitisemito tak lama pun dianggap sebagai pelopor Rokok Kretek dan dilihat sebagai orang pertama yang mengubah industri rokok rumahan menjadi industrialisasi dengan 10,000 karyawan pada saat itu. Dia dianggap sebagai Henry Ford nya Rokok Kretek dari Indonesia.
(BE THE CHANGE AGENT)

Pertumbuhan bisnis Nitisemito ditopang dengan sistem subkontraktor juga yaitu memberdayakan produksi dari masyarakat sempat dengan standard kualitas tertentu. Ini dulu disebut sistem Inti Plasma atau Abon. Sekarang kita menyebutnya Ekonomi Pemberdayaan. Memberikan lapangan kerja kepada masyarakat sekitar.
Mensejahterakan rakyat.

Rokok Nitisemito pun diberi nama merk TIGA BAL. Dengan logo 3 Lingkaran atau Roda.
Merk ini menjadi trade mark kualitas.
(BUILD BRAND)

M. Nitisemito juga tidak pernah segan-segan menanyakan ke pelanggannya kritik atau masukan terhadap kualitas produknya. Menurutnya pelanggan adalah Raja. Customer is KING!
(Continuous CUSTOMER FEEDBACK)

Cara mempromosikan produknya pun sangat kreatif di jamannya yaitu menggunakan beli dapat Hadiah (Gelas, Piring dengan logo 3 Bal), Undian Hadiah, Mobil Keliling dan Buka Stand Pameran di Pekan Raya Pameran.
(CREATIVE INTEGRATED PROMOTION)

------

Sayang, bisnis M. Nitisemito jatuh di saat M. Nitisemito belum wafat. Bisnis raksasa menggurita tersebut harus hancur di saat generasi pertama masih hidup.

M. Nitisemito memberikan tampuk kepemimpinan perusahaan terlalu cepat pada Cucu nya pada saat berumur 20an tahun sebagai CEO hanya karena desakan dari istri dan anak perempuannya (Ibu sang cucu laki2).

Dalam perusahaan keluarga inilah yang disebut SPOILED-CHILD SYNDROME yaitu memberikan toleransi atas ketidak cakapan atau ketidakmampuan seseorang hanya karena dia anggota keluarga.

Key Learning; setiap usaha yang sudah terkait dengan kepentingan orang banyak, harusnya diberikan kepada sang yang berkompeten.

.... the end.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar