Kamis, 16 Februari 2017

Memilih Gubernur Non Moslem Tidak Haram

https://seword.com/politik/memilih-gubernur-non-muslim-tidak-haram/

Memilih Gubernur Non-muslim Tidak Haram 
BY KAJITOW ELKAYENI
FEBRUARY 16, 2017 POLITIK

Judul tulisan ini klise. Saya mengerti hal klise seperti ini tidak layak diulang-ulang. Itu membosankan. Namun untuk melawan kebebalan, hal klise sekalipun tidak banyak berguna. Demi politik, orang-orang melakukan intimidasi di masjid-masjid dengan judul, doa bersama, menyelamatkan agama, membela ulama. Mereka melakukan itu setiap Jumat, di pengajian-pengajian, dalam bentuk broadcast medsos. Mereka mengancam dengan dalih keimanan hanya demi goal politik.

Memilih gubernur non-muslim haram, katanya. Kita akan disuguhi dalil panjang-panjang. Kalau perlu menyeret nama ulama kondang. Namun sebenarnya semua itu hoax. Dalil memilih gubernur tidak ada dalam Quran. Dicari seribu tahun sekalipun tidak akan ketemu, karena memang TIDAK ADA. Lalu dalil-dalil yang dipakai itu bagaimana?

Itu dalil yang dicari-cari, dalil yang dipaksakan. Dan biasanya, buzzer yang menyebar dalil-dalil itu tidak paham agama. Karena orang yang paham tafsir (bukan terjemahan) Quran akan malu jika memproduksi hoax demi politik. Dalil yang dipelintir itu kelasnya ya hanya hoax. Tafsir aslinya tidak ada kaitannya dengan Pilkada, apalagi hanya soal Ahok. Namun demi kepentingan politik, tafsir itu dibelokkan, memilih pemimpin non-muslim haram.

Banyak ahli agama yang membahas soal ini, saya sebut satu saja yang masih muda, Nadirsyah Hosen. Keluasan ilmunya tidak diragukan lagi. Pengalamannya luas sekali. Jika dibandingkan dengan ulama abal-abal seperti Abdullah Gymnastiar, seperti rajawali dengan emprit. Jauh, jauuuh sekali. Namun orang banyak lebih suka ulama abal-abal daripada yang sungguhan. Karena tidak sesuai syahwat politik mereka. Tafsir Nadirsyah Hosen ini saja tidak mereka pakai, apalagi yang lain, apalagi saya.

Jadi, tafsir yang benar itu sudah tidak dianggap penting, karena yang bekerja di sini hanyalah kebencian. Bertumpuk-tumpuk kebencian hingga menggunung dan memenuhi hati. Tidak ada lagi logika di sini. Semua hanya didasarkan pada sentimen membabi-buta. Memilih gubernur non-muslim di negara demokrasi harus haram. Tak perduli jika dalilnya dibuat-buat dan dipaksakan.

Bahkan seorang ulama sepuh sekelas Quraish Shihab diolok-olok analoginya. Padahal analogi yang dibuatnya itu sesuai dengan premis kebolehan memilih gubernur non-muslim.

Jakarta mengalami perubahan nyata. Semua orang yang hidup di Jakarta tahu hal ini. Sungai-sungai bersih, anak-anak ada yang kembali mandi di kali setelah puluhan tahun itu tidak dilakukan, karena kalinya kotor. Jalan-jalan juga bersih, taman-taman indah dibangun, begitu juga dengan tempat bermain. Anak-anak mendapatkan kembali hak masa kecil mereka: untuk bermain.

Angkutan massal terus diperbanyak, jalan layang dibangun. Semua itu demi mengurai kemacetan yang jadi momok. Berbagai macam kartu dan tunjangan diberikan pada warganya. Birokrasi semakin bersih dan efesien. Mengurus keperluan sangat cepat dan tak ada lagi pungli. Dibanding daerah lain, warga Jakarta sudah lebih dimanjakan.

Kontras sekali dengan daerah di sekitarnya. Jika daerah lain mengharap gubernur pekerja keras, bebas korupsi, tegas, beberapa oknum mabuk agama di Jakarta bersikeras mencari yang seiman. Padahal yang seiman belum tentu teruji. Demi jabatan gubernur mereka bahkan rela melakukan apa saja. Proses cuci otak ini dilakukan terus-menerus. Apalagi ketika mereka telah menemukan momentum penistaan agama. Jakarta juga basis dari PKS. Jadi, kader militan partai ini jelas arah suaranya ke mana. Belum lagi ormas radikal seperti FPI.

Memilih gubernur non-muslim tidak haram. Fatwa ulama Al-azhar sudah jelas menyebutkan hal itu. Jika ada orang yang menolak Ahok dengan alasan keimanan, sebenarnya hanya korban cuci otak saja. Dogma bisa menguburkan akal sehat. Mungkin hatinya hendak memilih Ahok, tapi karena ceramah-ceramah itu mengatakan haram, Ahok berbahaya bagi umat Islam, maka demi agama dan keimanan mereka menolak kata hati.

Apa yang dilakukan di masjid-masjid itu hakikatnya justru menjual agama demi politik. Ayatnya tidak ada, tapi diplintir-plintir. Perbuatan itu nista senista-nistanya. Agama adalah sesuatu yang transenden, suci, tapi dai-dai politik itu mengubahnya menjadi sedemikian profan dan hina. Agama dijual dengan harga begitu murah.

Pertarungan Pilkada Jakarta kemudian digiring jadi ajang pertaruhan umat yang nasionalis (rasional) dan kelompok agamis (radikal/saklek). Padahal sebenarnya tidak masalah jika memilih Anies dengan alasan logis, misalnya program kerja. Namun ketika membuat pemelintiran dalil, itu sudah masuk kategori pembodohan. Orang-orang awam digiring dengan cara dicambuki seperti ternak. Ini jelas merusak akal sehat, merusak demokrasi.

Bagaimanapun usaha keras untuk mengingatkan substansi hukum memilih gubernur non-muslim ini tidak banyak berguna, jika di pihak lain orang-orang terus saja dicuci otaknya dengan dogma yang keliru. Pertaruhan Jakarta bukan saja pemerintahan yang baik, tapi juga masa depan nalar. Maka sudah jadi kewajiban orang-orang kritis untuk terus bersuara. Ini bukan tentang Ahok atau Anies lagi, ini tentang masa depan kewarasan kita!

http://www.fiqhmenjawab.net/2016/03/2868/

http://www.fiqhmenjawab.net/2016/11/lembaga-fatwa-mesir-pemimpin-non-muslim-dan-perempuan/

https://islamindonesia.id/berita/sorotan-apakah-tafsir-al-maidah-51-yang-dikutip-ahok.htm

Senin, 13 Februari 2017

4 MACAM KECERDASAN MANUSIA

*MAKNA KECERDASAN?...*

Di papan tulis, saya menggambar sebatang pohon kelapa di tepi pantai, lalu sebutir kelapa yang jatuh dari tangkainya.
Lalu saya bercerita, ada 4 anak yg mengamati fenomena alam jatuhnya buah kelapa ditepi pantai itu.

*Anak ke 1 :* Dengan cekatan dia mengambil secarik kertas, membuat
bidang segi tiga, menentukan sudut, mengira berat kelapa, dan dengan rumus matematikanya anak ini menjelaskan hasil perhitungan ketinggian pohon kelapa, dan energi potensial yang  dihasilkan dari kelapa yang jatuh
lengkap dengan persamaan matematika dan fisika.

Lalu psikolog tanya kepada siswa saya? Apakah anak ini cerdas?... dijawab serentak sekelas ... iya ... Dia anak yang cerdas. Lalu saya lanjutkan cerita ...

*Anak ke 2 :* Dengan gesit anak ke dua ini datang memungut kelapa yang
jatuh dan bergegas membawanya ke pasar, lalu menawarkan ke pedagang dan dia bersorak ... yesss ... laku Rp 5.000.

Kembali saya bertanya ke anak-anak dikelas ... apakah anak ini cerdas?...
Anak-anak menjawab iyaa ... Dia anak yg cerdas. Lalu saya lanjutkan cerita...

*Anak ke 3 :* Dengan cekatan, dia ambil kelapanya kemudian dia bawa keliling sambil menanyakan, pohon kelapa itu milik siapa? _Ini kelapanya jatuh, mau saya kembalikan kepada yang punya pohon._

Saya bertanya kepada anak-anak ... apakah anak ini cerdas?... anak-anak dengan mantap
menjawab ... iya ... dia anak yang cerdas.
Sayapun melanjutkan cerita ke empat ...

*Anak ke 4 :* Dengan cekatan, dia mengambil kelapanya kemudian dia
melihat ada seorang kakek yg tengah kepanasan dan berteduh dipinggir
jalan. _"Kek, ini ada kelapa jatuh, tadi saya menemukannya, kakek boleh meminum dan memakan buah kelapanya"._
Lalu saya bertanya ... apakah anak ini, anak yg cerdas? Anak-anak  menjawab,
iya ... dia anak yang  cerdas.

Anak-anak menyakini bahwa semua cerita diatas menunjukan anak yg cerdas.
Mereka jujur mengakui bahwa setiap anak memiliki *"Kecerdas-unikan-nya".*
Dan mereka ingin dihargai *"Kecerdas-unikan-nya"* tersebut.......

Namun ... yang sering terjadi ... di dunia kita, dunia para orang tua dan pendidik, menilai kecerdasan anak hanya dari satu sisi, yakni ?

*"Kecerdasan Anak Pertama, Kecerdasan Akademik"*, Lebih parahnya, kecerdasan yang dianggap oleh negara adalah kecerdasan anak pertama yang diukur dari nilai saat mengerjakan UN.

Sedang ... *"Kecerdasan Finansial"* (anak no 2), *"Kecerdasan Karakter"* (anak no 3) dan *"Kecerdasan Sosial"* (anak no 4). Belum ada ruang yg diberikan Negara untuk mengakui kecerdasan mereka.

Anak Anda termasuk nomor berapa?

Saya jadi ingat, dulu sering kami jadikan olok olokan saat SMA, antara anak IPA dan anak IPS, siapa yg sebenarnya cerdas? Bagaimana kira-kira perasaan buat anak IPS? Terkadang terasa diperlakukan jadi siswa yang terpinggirkan.... Duh menyedihkan...😥

Anak anda semuanya adalah anak-anak yang cerdas dengan *"Keunikan dan Kecerdasan-nya"* masing-masing... hargai dan jangan samakan dengan orang lain atau bahkan dengan diri anda sendiri.

Mari hargai kecerdasan anak kita masing-masing,  dan siapkan mereka dengan *4 kecerdasan*  _*(Akademik, Finansial, Karakter, dan Sosial)*_  sebagai pedoman dimana mereka akan mengarungi lautan hidup kelak.

*#Tiap manusia lahir dengan kecerdasan dan keunikan masing-masing#* 🌟🌟🌟

Share by *KOMPPAK*
_*Komunitas Pecinta Pendidikan, Anak, dan Keluarga*_
_Bila dirasa bermanfaat, silahkan anda share kepada sahabat-sahabat anda..._

Selasa, 07 Februari 2017

DNA Core Business Indonesia adalah SENI BUDAYA

https://m.detik.com/news/berita/d-3412018/tak-harus-kejar-negara-industri-jokowi-dna-kita-seni-budaya

Jakarta - Indonesia punya karakter, begitu pula negara lain. Indonesia tak harus menjadi negara industrialis persis seperti negara-negara lain.

Bangsa ini disebut perlu mengenali dirinya sendiri untuk menentukan arah. Potensi yang dimiliki Indonesia harus dioptimalkan agar dapat bersaing dengan negara lain.

"Kalau kita bersaing di IT (information technology), di teknologi, di industri, sulit kita mengejar negara-negara lain," kata Presiden Joko Widodo dalam sambutannya pada pembukaan Konferensi Forum Rektor Indonesia 2017, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Kamis (2/2/2017).

Acara ini dihadiri Ketua Forum Rektor Indonesia Suyatno, para rektor perguruan tinggi negeri dan swasta seluruh Indonesia, serta sejumlah menteri.

Jokowi mengaku sering merenung, barangkali Indonesia punya deoxyribonucleic acid (DNA) yang spesifik. Tentu saja DNA di sini adalah metafora dari karakter bangsa.

"Maka kita harus mengetahui DNA kita apa," kata Jokowi.

Jokowi pribadi menilai Indonesia punya 'DNA' berkarya dalam seni dan budaya. Buktinya, kata Jokowi, acara ini disambut tari-tarian bernuansa tradisional. Model pembukaan acara seperti ini tak ada di negara lain, kecuali tari-tari jenaka yang pernah disaksikan Jokowi di negara lain dan itu tak terlalu 'berseni'.

"Saya kadang-kadang berpikir apakah tidak sebaiknya kita mengembangkan core bussiness kita dengan seni budaya," ujar Jokowi.

Bisa saja seni budaya ini dijadikan dasar untuk mengembangkan sektor pariwisata yang menjadi keunggulan Indonesia. Maka tugas kaum cendekiawanlah merumuskan konsep pendidikan yang membuat bangsa ini bisa lebih kompetitif dengan bangsa lain. Tentunya konsep pendidikan ini juga harus berpijak pada karakter bangsa.

"Ini kekuatan menurut saya, DNA kita di situ (seni budaya). Mungkin ini jadi kekuatan kita ke depan. Saya ingin dari forum ini lahir konsep-konsep pendidikan yang mengubah bangsa kita menjadi lebih kompetitif," kata Jokowi. (dnu/fdn)

Senin, 06 Februari 2017

#AHOKDJAROT #AHOK for DKI 1

Tahu nggak kenapa kami mendukung #Ahok habis-habisan?

Karena:
1. Kami sudah mengalami dipersulit oleh oknum petugas kecamatan, kelurahan bahkan walikota Jaksel ... semua jadi ribet dan dipersulit! Seakan sudah dapat sogokan atau nunggu sogokan. Kita sudah frustasi dipingpong sana sini.
Sampai istri saya mengadukan ini semua melalui Nomor Langsung #AHOK.

Semua langsung beres! Bahkan petugas langsung membereskan dan oknum di kelurahan langsung ketakutan. Action langsung diambil. Luar biasa korupnya sistem di pemerintahan di DKI selama ini. Kalau bukan #Ahok yang mimpin, kapan kita bisa mendapat hak yang adil lagi?

2. Pembangunan fasilitas infrastruktur umum, mengatasi banjir dll... semua dikerjakan. Ya ampun itu basic yang kita butuhkan untuk tinggal di sebuah kota yang makin macet dan banjir. Inget gubernur jaman dulu dilaporin banjir malah ngeles.

Calon lain bukannya nggak punya program program dan ide ide yang bagus bagus. Semua bagus. Tapi masalah Mengimplementasi ... agak takut untuk ambil resiko memberikan kepada yang belum pernah karena yang no. 2 udah melakukan dan berhasil. Jadi biarkanlah no. 2 selesaikan kemampuan maksimalnya 1 periode lagi dan yang lain kasih input dan feedback ke no. 2 ini.

Urusan penistaan atau apalah itu... buat apa untuk mengorbankan pelayanan yang kami dapat lebih baik selama ini?

2 minggu lagi kita akan nyoblos. Tolong coblos no. 2 supaya kita bisa mendapatkan DKI Jakarta yang keren pembangunan dan layanannya.

Kami warga Jatipadang, Pasar Minggu

Ardantya Syahreza - Sofia Syahreza
(Kami hanya warga DKI Jakarta biasa ysng ingin hidup lebih berkualitas di Jakarta ini)


*hallo Warga Jakarte...

*Ini KERUGIAN kita kalo ga pilih Basuki Djarot di pilgub DKI 2017 :*


1. PBB tdk lagi gratis 


2. KJP tdk lagi lancar dibagi 


3. Pasukan2 oranye, hijau, biru dan ungu tidak lagi bekerja dg giat 


4. Pelayanan di kelurahan, kecamatan dan kantor2 utk kepentingan publik tidak lagi ON TIME dan RAMAH serta MEMUDAHKAN...


5. KJS akan dipersulit 


6. Taxi OL akan dihapus krn paslon sebelah pemilik salah satu taxi non OL 


7. APBD tak lagi transparant pengeluarannya 


8. Marbot2 gak ada lagi program umroh gratis 


9. Warga rusun tak lagi diperhatikan kebutuhan2nya 


 10. Pembangunan infrastructure akan mampet pet tak lagi selancar jaman Ahok 


11. Qlue akan mjd apkikasi TANPA SOLUSI krn gubernurnya gengsi gak mau pake aplikasi buatan Ahok 


12. Pembuatan izin2 akan kembali ke jaman berliku dan bercalo 


13. Pegawai PEMDA akan bermalas2an lagi spt dulu, terbukti saat ini jam 9 kelurahan blm buka, jam 2 PNS sdh keluyuran 


14. PUNGLI kembali merajalela 


15. Anak2 sekolah akan mengalami masa2 sulit lagi karena pungutan liar oleh guru2 dg berbagai alasan 


16. Balaikota mjd tempat eksklusif dimana rakyat tak lagi bisa dtg mengadu, kalopun boleh dtg tapi akan dipersulit mengadukan hal2 sensitif dan permasalahan warga menjadi TANPA SOLUSI 


17. Puskesmas akan dimintai biaya mahal krn peralatannya sdh dipercanggih Ahok shg menjadi lahan basah bagi dinas kesehatan DKI utk pemasukan mrk 


18. Proyek2 DKI hanya akan bergulir disekitar pejabat2 pemda baik pejabat2 di kegubernuran maupun DPRD nya... budaya lama kembali lagi dan mencekik rakyat 


19. Agama Islam tidak bertambah baik dg disingkirkannya gubernur yg dituduh menistakan islam... malah Islam menjadi semakin rendah oleh tumbuh suburnya kelakuan2 pejabat MALING 


20. Sungai2 akan dipenuhi sampah dan penyakit 


21. Penataan kota menjadi kacau 


22. Kemacetan bertambah parah 


23. Proyek2 transportasi umum spt LRT MRT menjadi terhambat..


24. Transjakarta akan buruk pelayanannya dan maintenance nya shg tidak lagi nyaman dan murah dan gratis bagi pihak2 yg semula digratiskan 


25. Gubernurnya akan sulit ditemui, jumawa, dan mengeruk sebanyak2nya uang dari APBD


*Gua sih ga mau rugi, pilih yang sudah terbukti dan teruji aja dehh...* Bantu SHARE ke teman2 grup WA anda yach, utk JKT yg lbh baru lg di masa yg akn datang, jelas , transparan, krj bunyata. Salam ✌✌✌

N

*Basuki Djarot, KERJA... KERJA... KERJA !!!*


✌🏼✌🏼✌🏼