Jumat, 30 Desember 2016

Lawan Tak Terlihat

🤓 *_OPINI Prof. Rhenald Kasali Ph.D.: Ekonomi Indonesia Hadapi Lawan-Lawan Tak Kelihatan_*

27 Des 2016

Proyeksi ekonomi Indonesia 2017 beserta angka-angka pertumbuhan, inflasi, lapangan kerja, peta investasi, dan seterusnya sudah sering Saudara baca.

Demikian juga ancaman dan peluang dari pasca terpilihnya Donald Trump dan dunia yang semakin protektif. Kehidupan berusaha dan berprofesi di tahun-tahun mendatang juga tidak akan lebih mudah karena muncul peta yang sama sekali baru.

Banyak hal-hal baru yang menakutkan incumbents hadir di depan mata. Salah satunya, proses penghancuran melalui inovasi, bisnis model, dan disrupsi.

Lawan-Lawan Tak Kelihatan

Yang jelas para usahawan tengah menghadapi kompetisi baru yang identitasnya tak begitu kelihatan. Seperti Blue Bird dan Express yang kecolongan Grab dan Uber. Lawan itu datang tanpa logo, tanpa pelat nomor kuning, dan tak ada tulisan taksi. Tahu-tahu armada itu sudah besar dan menggerogoti penerimaan perusahaan.

Akibatnya, Express rugi Rp 81 miliar per kuartal ketiga 2016. Sedangkan laba Blue Bird turun dari Rp 625,42 miliar ke Rp 360 miliar pada kuartal ketiga 2016.

Pada 2016 akhir, kita juga mendengar banyak kalangan pemilik hotel yang menyatakan keinginan untuk exit dari industri ini per kuartal III 2016. Alasannya adalah kontraksi dana APBN yang membuat okupansi hotel untuk keperluan meeting pemerintah berkurang.

Faktanya, para traveler pemula (the millenials) tengah beralih dari hunian hotel ke penginapan-penginapan berbasiskan sharing economy, seperti Airbnb dan Couchsurfing. Di Bali, di sepanjang Jalan Sunset Road, tumbuh rumah-rumah kos elite yang ditawarkan dengan pola ini.

Belum lagi restoran-restoran yang kelak akan kehilangan pengunjung dengan tawaran-tawaran makan siang atau malam bersama penduduk di rumah-rumah mereka melalui platform sharing economy.

Lantas, bagaimana dengan produk sehari-hari? Ambil saja produk makanan. Sejak tahun 2009 konsumen kelas menengah dunia sudah mulai meninggalkan makanan dalam kemasan, beralih ke makanan segar dan organik.

Di berbagai kota besar di Indonesia, kita saksikan rombongan tukang sayur bersepeda motor semakin banyak mendatangi kawasan perumahan. Lalu toko buah-buahan segar dan sayuran tumbuh pesat.

Di Amerika Serikat sendiri, sejak tahun itu 25 produsen utama makanan olahan telah kehilangan pendapatan sebanyak US$ 18 miliar.

Di Laut juga Berubah

Masalah dalam angkutan laut ternyata juga sama. Lagi-lagi banyak pihak salah membaca menyusul bangkrutnya raksasa Shipping Lines, Hanjin (Korea) yang menguasai pangsa pasar 3 persen dunia.

Umumnya para analis menunjuk pelemahan pertumbuhan ekonomi dan melemahnya harga-harga komoditi dunia, yang bahkan mengakibatkan harga kapal anjlok 60 persen dari harga semula.

Akan tetapi, fenomena ini sebenarnya tak berbeda jauh dengan fenomena bisnis taksi, sebab shipping company kini tak perlu lagi mempunyai kapal sendiri. Cukup menjadi operator saja. Jadi, order angkutan barang dari Kalimantan menjadi mahal kalau harus diangkut dengan kapal dari Jakarta. Kini operator cukup mengontak kapal-kapal yang ada di dekat lokasi yang pasti lebih murah.

Dengan strategi ini, Djakarta Lloyd yang dulu juga sempat terancam bangkrut antara 2008-2013 rugi terus dengan total Rp 554 miliar, kini sudah kembali sehat dengan catatan keuangan di tahun 2016 mampu menorehkan laba bersih Rp 40 miliar, sebagai operator company.

Gerak perusahaan operator ini memang tak kelihatan dan begitu luas di seluruh industri dan sektor, tetapi selalu disangkal incumbent. Padahal, perubahan ini sudah mengikuti hukum moore yang terjadi secara eksponensial, supercepat.

Saya harap bulan depan anda sudah bisa membaca kajiannya dalam buku saya yang berjudul Disruption. "Sekalipun Anda Incumbent, dan menghadapi lawan-lawan tak kelihatan, cegah kehancuran sekarang juga."

Saya harap Anda bersabar dulu. Jadi ini adalah sebuah era yang membutuhkan disruptive regulation, disruptive mindset, dan disruptive marketing.

Mari Kita Kenali Ciri-Cirinya

Pertama, teknologi mengubah kita semua dari peradaban time series menjadi real time. Time series statistic menghasilkan indikator-indikator lagging (ketinggalan). Ia menghitung dengan benar, tetapi basis datanya adalah masa lalu.

Peradaban real  bisa menghasilkan indikator-indikator kekinian (current indicator), saat ini, yaitu saat kita menghadapinya sehingga lebih relevan untuk membuat keputusan. Ini tentu berkat teknologi big data analitycs.

Kedua, dulu untuk berbisnis, Anda harus memilikinya sendiri. Kini Anda bisa saling memanfaatkan resources.

Ketiga dulu, teknologi tak memungkinkan kesegeraan. Kita semua harus antri (on the lane), sabar dan rela menunggu. Kini, Anda hidup dalam on demand economy. Jarak sudah mati, stok, data, dan armada, sudah dipindahkan ke dekat lokasi yang membutuhkannya. Teknologi dan algoritma data besar memungkinkan bagi kita untuk melakukannya.

Keempat, kurva supply-demand yang dulu Anda pelajari adalah permintaan-dan-penawaran tunggal. Kini kita hidup dalam dunia apps yang pada saat bersamaan dikerjakan oleh puluhan, bahkan ribuan jejaring.

Kelima, musuh-musuh Anda (kompetitor) sudah tak lagi kelihatan. Mereka langsung masuk ke sasaran-sasaran utama, kepada konsumen, door to door, langsung. Seperti Uber yang tak kelihatan, tak berbendera, tak bertanda apa-apa.

Sekali lagi, sejak dunia mengenal hukum Moore, disruption ini bersifat eksponensial, bukan linear. Artinya supercepat. Bayangkan apa jadinya kalau Anda terlalu lama membuat keputusan, desain perusahaan rigid dan statik, dan pegawai Anda bermental passenger?

Selamat Tahun Baru, 2017. Happy Holiday.

Rhenald Kasali

Guru Besar Ilmu Manajemen UI

@Rhenaldkasali

Rabu, 14 Desember 2016

7 Renungan

Renungan Hari ini:

1. Kerendahan hati merupakan suatu perjalanan iman (spiritual Journey), bukan suatu tujuan #behumble

2. Apabila kita melakukan suatu kebaikan belum tentu dapat diterima oleh semua orang, jadi tetaplah berbuat baik #konsisten

3. Pintar menasehati orang itu baik, tapi paling sulit itu bercermin #ngacadonk

4. Jabatan pelayanan yang kita emban adalah suatu kendaraan utk membawa kita kepada Tuhan, bukan sarana agar kita bisa semakin terkenal #bancitampil

5. Sirik tanda tak mampu, merupakan pepatah lama bagi orang-orang di luar sana yang hobby nya ngomongin orang tidak pada tempatnya #lupadiri

6. Orang yang pintar teori dan rajin ngomongin orang dengan teori tsb itu namanya orang Farisi #sabaraja

7. Tetaplah bersyukur dalam segala situasi karena berbahagialah yang direndahkan maka ia akan ditinggikan #godstime.

Senin, 12 Desember 2016

Mindset Determine Destiny

*Kolom Rhenald Kasali*

Inilah "Mindset" Baru Yang Perlu Diubah Pelaku Usaha di Tahun "Disruption"

Selasa, 13 Desember 2016

KOMPAS.com - Setelah Amerika Serikat memilih Trump, majalah The Economist mencatat: “Bangsa ini telah memberikan suaranya untuk a game changing disruption.”

Old game is over. Seperti kisah tentang akhir zaman, banyak keganjilan dan korban. Ganjil karena mereka memilih Trump, dan ganjil karena perusahaan tanpa aset - tanpa keuntungan valuasinya lebih besar dari perusahaan yang aset dan profitnya besar.

Disruption kreatif dan mematikan incumbent yang takut menjalani perubahan.

Peradapan Trump

Tahun depan, menurut majalah berpegaruh itu, dunia akan memperingati banyak peristiwa penting: 50 tahun Asean, 100 tahun pengambilalihan Rusia oleh kaum Bolshevik, 500 tahun peringatan reformasi Protestan (Martin Luther), dan tentu saja awal pemerintahan Trump.

Setelah Brexit, kecuali Kanada, Barat akan semakin protektif. Trump, kita tahu akan keluar dari kesepakatan Trans-Pacific yang membuat banyak negara pengekspor jungkir balik. Apalagi Trump ingin investornya itu “pulang kampung."

Di lain pihak, banyak negara sudah mempunyai platform yang lebih peaceful terhadap sharing economy sehingga memiliki perizinan terpisah dari bisnis konvensional kendati sektor usahanya sama dengan yang sudah ada. Polanya mengacu pada aturan mengenai bisnis telefon, yang memisahkan perizinan kabel dengan nirkabel. Cara itu terbukti ampuh menyelamatkan AT&T di Amerika, juga PT Telkom di Indonesia.

Akselerasi juga jadi penentu survival di kalangan incumbent dan birokrasi. Jangan kaget bila buku baru Thomas Friedman diberi judul: Thank You for Being Late.

Birokrasi yang masih rumit, pemimpin yang selalu bicara mitigasi resiko (seakan lebih penting dari opportunity), membiarkan industri highly regulated, serba pungutan (sekalipun resmi dan masuk kas negara), hanya menghasilkan rigidity (kekakuan). Sayang bila politisi kita ingin membongkar kembali UU Aparatur Sipil Negara (ASN) yang sedang menuju pada competence-based leadership.

Internal battle

Pelajaran dari survivability incumbents dalam industri jasa operastor telepon di masa lalu menunjukkan pentingnya menerbitkan perijinan dan regulasi terpisah antara keduanya.

Telkom selamat dan menjadi perusahaan BUMN penyumbang dividen yang besar bagi negara karena bisnis selulernya dikelola perusahaan terpisah (PT Telkomsel). Sebaliknya, pertarungan terjadi dalam industri jasa taksi--dan kelak pada industri perbankan, asuransi,
logistik dan pariwisata--karena para pelaku disruption yang menggunakan platform sharing economy “dipaksa” berkegiatan dengan regulasi yang lama yang dilakukan pelaku usaha konvensional.

Ketika perizinan dan regulasi diperlakukan sama, yang akan menjadi korban justru incumbent, bukan pelaku usaha baru, karena hukum alamiah menandaskan pertempuran internal yang mematikan.

Internal battle seperti itu pernah terjadi di Kodak saat mereka menemukan teknologi kamera digital (1975). Inovasi itu akhirnya diambil Sony dan para pembuat telepon genggam, karena di dalam Kodak, terjadi battle tiada akhir.

Orang-orang lama selalu khawatir produk baru atau business model baru selalu akan menganibal pekerjaan dan bisnis mereka. Maka mereka kerap melempar gunjingan dan isu-isu negatif agar perusahaan mengurungkan niatnya mengembangkan bisnis baru yang belum menghasilkan keuntungan dalam janga pendek.

Sementara meski turun, bisnis lama masih untung. Mereka memanipulasi mindset top leader bahwa usaha/produk lama itulah yang harus diperkuat, di reinvestasi, di iklankan dan seterusnya. Mereka lalu memerangkap RVP perusahaan (Resources, Process dan Values) ke dalam mindset lama mereka.

Internal battle terbukti mematikan Kodak. Itu sebabnya disruptive innovation tak datang dari dalam incumbent. Lemari es tak diciptakan oleh para produsen es batu. Cellular phone tak dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan operator telekomunikasi, demikian juga toko buku online dan taksi online. Jawabnya karena internal battle dan mindset lama yang mematikan.

Supply-Demand Berubah

Teori Supply-Demand yang dulu kita pelajari juga akan berubah. Teori lama ini bahkan telah menghambat penemu teori-teori baru dalam membaca realita.

Christensen yang memperkenalkan teori disruptive innovation misalnya, gagal melihat bahwa iPhone adalah karya disruption. Pada tahun 2007 ia memprediksi iPhone akan gagal melawan Nokia dan Blackbery karena baterainya lemah dan security-nya tak bisa mengimbangi Blackberry.

Christensen baru mengakui iPhone beberapa tahun kemudian setelah menyaksikan kekuatan Apps yang dikembangkan para kolaborator independen dan diakomodir Apple. Apps yang berada dalam iPhone menjadi sumber penentu disruption yang justru amat kuat. Ia mengubah pandangan kita tentang supply dalam theory of the firm yang kita kenal sebagai single producer.

Tahun lalu Christensen kembali membuat heboh ketika mengatakan Uber bukanlah disruptive innovation. Benar bahwa Uber tidak mulai dari tarif yang murah. Teori ini memprediksi disruption akan terjadi kalau pendatang baru menciptakan pasar baru melalui teknologi (inovasi), atau menbidik segmen Low-end melalui produk yang simple, accessible dan affordable.

Uber pada tahap awal tidak masuk dalam frame itu. Seperti Iphone, pernah tarifnya lebih mahal dari incumbent. Uber hanya mengumpulkan orang-orang yang mau cari uang tambahan dari mobilnya yang sedang menganggur untuk menarik sewa.

Saat jumlahnya masih terbatas, Uber datangnya lebih lama dari taksi biasa, sehingga hanya mendapatkan penumpang konvensional yang sekedar ingin coba-coba.

Tetapi kini potensi menghancurkan bisnis incumbent Uber begitu besar. Ini karena business model SHARING ECONOMY yang didukung teknologi aplikasi. Para kritisi mengatakan Christensen dibutakan konsep lama mata rantai nilai supply-demand yang kini tak lagi tunggal seperti yang kita lihat dalam owning economy.

Dulu, mindsetnya adalah beli, miliki, kuasai, lengkapi sendiri, slow but sure, dan tanggung akibatnya kalau aset menganggur. Mindsetnya birokratik, beli dan kuasai, mengerem dengan dalih mitigasi resiko atau compliance.

Ini diingatkan oleh filosofer Charles Handy dengan metafora begini. Cara berpikir (mindset) kita dibentuk oleh ruangan di rumah. Ada ruang tamu milik kita bersama, saya dan orang lain melihat hal yang sama. Yang kedua, ruang privat, hanya saya saja yang mengetahuinya dan saya sangat memahaminya. Lalu ada ruang misterius yang, baik anda maupun saya sama-sama tidak tahu.

Tapi yang berbahaya adalah ruang keempat yang hanya diketahui orang lain, tapi kita tidak tahu dan tak menyadari itu ada. Akibatnya kita hanya menyangkalnya saja.

Itulah bekal perubahan yang perlu anda renungkan dan kelak akan anda temui dalam buku baru saya yang akan terbit tahun 2017: Disruption Theory dalam Peradaban Uber dan Gojek. Selamat Menjalankan disruption. Your Mindset determines your destiny.

Patokan Royalty Fee

Royalty fee

Berapa harga *Royalty fee* yg pas untuk bisnis franchise? 

1. Nilai Royalty Fee untuk setiap industri berbeda-beda. Industri yang memiliki margin yang besar spt bisnis jasa  umumnya menetapkan Royalty Fee yg lebih tinggi dibandingkan dengan industri ritel yg memiliki margin lebih kecil. 

2. Cara menetapkan harga Royalty Fee yg paling sederhana adalah; *maximum sepertiga* dari net profit bisnis tersebut (sebelum bisnis tsb difranchisekan). 

3. Sekalipun sudah ditetapkan hrg Royalty fee seperti tsb di atas, tetap perlu direview kembali, apakah net profit yang akan diterima oleh Franchisee masih menarik tingkat pengembalian investasi nya. Cara mudahnya, apakah Laba  (sblm depresiasi) gerai   Franchisee stlh membayar Royalty fee, dibandingkan dg Nilai investasi nya lebih besar dr bunga kredit? Misalnya 25% per tahun.

Sabtu, 10 Desember 2016

4 Janji Allah SWT di dalam Al Quran

*4 JANJI ALLAH DALAM AL-QUR'AN*

💎 Saudaraku...
Tahukah engkau apakah empat janji yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepada kita dalam Al-Qur'an?

١. لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

1⃣ "Jika kalian bersyukur maka akan Aku tambahkan nikmatKu untuk kalian." (Qs. Ibrahim 7)

٢. فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ

2⃣ "Ingatlah kepadaKu niscaya Aku ingat kepada kalian." (Qs. Al-Baqarah 152)

٣. ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

3⃣ "Berdoalah kepadaKu pasti Aku kabulkan untuk kalian." (Qs. Ghafir 60)

٤. مَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

4⃣ "Tidaklah Allah mengadzab (menghukum) mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan." (Qs. Al-Anfal 33)

💎 Semoga Allah mudahkan kita mengamalkannya...
___________

*SEMOGA BERMANFAAT*

Selasa, 06 Desember 2016

Kancing Ajaib untuk Oomku Tercinta

Waktu kecil, aku inget pernah baca suatu cerita. Jadi inget ...

Judulnya : KANCING AJAIB

Pada suatu hari ada seorang anak laki-laki berumur 10 tahun bermain-main di bawah pohon dan dia tiduran di bawah pohon. Di dalam mimpinya, dia bertemu dengan seorang kakek tua dan memberikan sebuah kancing ajaib kepada si anak karena telah menolongnya mengangkat beberapa ember air ke rumah si kakek.

Si anak bertanya, "Apa kegunaan kancing ini, kakek?"
Kakek menjawab "Putarlah ke kiri bila kau ingin segera mendapatkan apa yang kamu inginkan". Wah si anak senang sekali dan bertanya "kalau di putar ke kanan, untuk apa, kakek?" . Kakek menjawab, "Kau boleh mencobanya juga bila kau mau".

Si anak berterima kasih kepada kakek, dan kembali tiduran di bawah pohon. Terus dia melihat ada seorang remaja laki-laki yang sedang duduk berdua dengan calon istrinya di taman.

Lalu sang anak, "Andaikata aku segera mendapatkan calon istriku maka aku akan segera menikah." Lalu dia putar kancing ajaibnya ke kiri dan tiba-tiba dia sudah berusia 22 tahun dan sedang menggandeng calon istrinya yang cantik dan siap-siap menikah bulan depan. Si anak senang sekali. Wow kancing ini betul-betul ajaib.

Lalu setelah pernikahan berlangsung, dia melihat ada keluarga lain yang sudah memiliki anak 3 dan mobil mewah dan rumah mewah. Keluarga tersebut adalah keluarga yang cukup sukses dalam bisnis dan karirnya. Lalu sang anak tak sabar ingin segera mencapai kesuksesan dan kebahagiaan itu, maka dia putar kancing ajaibnya ke kiri sekali lagi.

Phew!

Tiba-tiba sang anak sudah berusia 45 tahun yang memiliki 3 anak dan keluarga bahagia, anak2nya sekolah di sekolah tinggi dan rumah mereka mewah dan ada beberapa mobil mewah. Mereka semua terlihat bahagia. Seakan tiada lagi yang kurang dari hidupnya.

Namun sekelebat si anak melihat di pemberitaan surat kabar dan televisi bahwa disebutkan banyak orang yang lebih sukses darinya , sedangkan istrinya sudah tampak tak sabar ingin melihat anak-anak mereka lulus kuliah dan menikah serta menimang cucu. Pasti keluarga mereka akan lebih bahagia lagi, lebih ramai dan heboh.

Lalu diputar lagi kancing ajaibnya ke kiri dan PUFF!! Tiba tiba si anak sudah berusia 65 tahun dengan rumah yang lebih besar lagi, dan keluarga mereka semakin besar... cucu mereka ada 10 orang. Lucu lucu. Terdapat foto-foto perjalanan mereka keluar negeri bersama keluarga besar. Prestasi si anak juga sudah dikenal masyarakat luas bahkan dunia.
Mereka sangaat berbahagia.

Tapi ternyata kesehatan si anak mulai menurun, karena usia. Sudah mulai tampak lelah.

Di usia 70 tahun, si anak terbaring di tempat tidurnya di kelilingi oleh keluarga tercintanya dan handai taulan. Semua orang menatap padanya iba. Si anak terkulai tak berdaya berusaha keras melawan penyakit yang ada di badannya dengan lemas.

Teringat kancing ajaib, si anak bahkan tidak berani lagi memutar kancing ajaibnya. Karena dia tahu bahwa tiada lagi yang ia ingin lihat lagi di dunia ini, tapi mengapa semuanya berlalu Terlalu Cepat? Terasa seperti kemarin dia baru berusia 10 tahun dengan segala mimpi-mimpinya.

Tangannya yang lemah mencoba meraih kancing ajaibnya lagi. Namun kali ini, diputarnya ke kanan dengan pasrah apapun yang akan terjadi. Dan PUFF!!

Kembalilah si anak duduk dan terbangun di bawah pohon, masih berusia 10 tahun. Sang anak bersyukur dan menangis.

============

Learning of the Story:
Sepanjang usia kita bernafas, kita selalu dipenuhi dengan Berbagai Keinginan dengan Ketidak Sabaran, Hawa Nafsu Ketidak Puasan dan Ambisi.
Kita lupa bahwa:

1- Hidup cuma 1x. Whatever happen today, tidak akan terulang lagi untukmu. Setiap hari, kamu semakin kehilangan 1 hari usiamu.

2- Hidup yang indah adalah hidup yang dengan suka cita menjalani proses naik turunnya hidup. Apalah arti dari sebuah hasil yang kita capai, yang ternyata kita juga tidak akan lama bisa menikmatinya karena usia manusia itu terbatas. Jadi justru setiap hari dan setiap detail naik turunnya hidup itulah yang harus kita nikmati dan syukuri.

3- Tidak ada ukuran standar materi untuk kebahagiaan. Kebahagiaan itu sekarang ini. Ya, sekarang ini waktu kamu baca cerita ini dan seterusnya masa depanmu. Happiness is a choice of journey and never be a destination.
Nikmat Hidup justru pada saat kita penuh dengan mimpi dan berproses berusaha. Masih memiliki waktu dan harapan adalah karunia waktu yang tak terhingga dari Sang Pencipta. Nikmatilah.

4- Umur Manusia di dunia itu terbatas. Kita harus bertanya pada yang sudah berusia 70 tahun ke atas, tanyakan apa yang mereka Value Most in their life. Jawabannya adalah Time.
Time will never come back. Semua hawa nafsu dan ambisi cita-cita tiada artinya lagi kalau badan sudah tak mampu menikmati kemewahan dan keberhasilan.
Kedua, adalah Doa dan Spiritual. Kita manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Ingin rasanya semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta daripada meneruskan ambisi dunia.

Sekian - Terima Kasih

(Cerita ini teringat lagi olehku, untuk doaku yang terbaik buat pamanku tercinta untuk segera sembuh kembali pulih - untuk lebih lama menikmati cintanya kita semua padanya)

"Allahumma Robbannas, Adz-Hibil Ba'sa Isyfi Antasy-Syafi La Syifa'a Illa Syifa'uka Syifa'an La Yughadiru Saqoman.”

Artinya : “Ya Allah Tuhan dari semua manusia, hilangkan segala penyakit, sembuhkanlah, hanya Engkau yang dapat menyembuhkan, tiada kesembuhan kecuali dari padaMu, sembuh yang tidak dihinggapi penyakit lagi.”

Sabtu, 03 Desember 2016

Pembelajaran dari RAJA KRETEK: M. NITISEMITO - Pengusaha Bumi Terkaya Sebelum Kemerdekaan

Mas Nitisemito adalah seorang pengusaha kretek besar di Indonesia pribumi pada jaman sebelum kemerdekaan. Beliau tinggal di kota Kudus, Jawa Tengah.
Beliau adalah pelopor KRETEK di Indonesia.

Mas Nitisemito diperkirakan lahir di tahun 1874 dan meninggal di 7 Maret tahun 1953. Mas Nitisemito nama aslinya adalah Roesdi, putra dari seorang Lurah (Bpk. Haji Soelaiman). Dia berasal dari keluarga yang berkecukupan. Roesdi muda dari kecil adalah seseorang yang pemberani dan selalu berani memperjuangkan apa yang dipercayanya benar walaupun badannya kecil.

Ayahnya Haji Soelaiman ingin anaknya bersekolah tinggi bahkan sampai luar negeri kalau perlu. Tapi Roesdi muda berkeinginan lain. Dia ingin Berdagang. (ENTREPRENEURSHIP)

Dia mempercayai bahwa dengan berdagang akan memberikan keberhasilan material lebih lagi dari sekedar menjadi seorang Pejabat Pemerintah. Roesdi muda Ingin Lebih Berhasil dari Orang Tuanya. (THE POWER OF WILL)

Orang tuanya dengan berat hati tapi akhirnya mengabulkan keinginan kuat anaknya. Sehingga dia tidak bersekolah, di usia 17 Tahun Roesdi muda mulai merantau ke Kota Malang, Jawa Timur untuk menekuni dunia konveksi dengan mulai sebagai buruh jahit. (Mau bersusah payah mulai dari bawah/ HARD WORK and Earn Own Experience)

Ternyata dunia tekstil terlalu banyak pemain dan pesaingnya sehingga akan sulit untuk bisa memiliki usaha yang besar. (JANGAN MASUK KE USAHA YANG RED OCEAN)

Roesdi Muda pun kembali ke Kudus dan memulai usaha Minyak Kelapa karena menganggap semua orang membutuhkan Minyak Kelapa. Usaha ini sekali lagi dimodali oleh orang tuanya. Tidak sukses karena ternyata orang lebih suka membuat minyak kelapa sendiri daripada membeli dari pedagang. Maka bisnis minyak kelapapun gagal juga.

Gagal berbisnis minyak kelapa akhirnya beralih ke Dagang Kerbau. Ternyata pada saat itu Kerbau masih tidak terlalu diminati dan dilindungi karena banyak orang Hindu yang sedang proses beralih ke ajaran Islam. Gagal lagi. Bahkan berhutang.
(SUPPLY DEMAND RELEVANCY ; jangan memaksakan bisnis yang tidak relevan dengan kemauan pasar / masyarakat)

Tapi keinginannya untuk berwirausaha tidak pernah padam (NEVER GIVING UP!)
Dia pun membuka toko batik yang dia beli dari Solo dan jual tembakau serta kopi.

Akhirnya dia melihat ada ada peluang menjual Rokok Klobot karena sedang tumbuh dagang tembakau di Kudus.

Setelah menikah, Roesdi mengubah nama menjadi Mas Nitisemito . Bersama istri dia menciptakan INOVASI BARU yaitu sebuah resep Rokok Kretek yang isinya tembakau dan cengkeh. Ini hanya karena M Nitisemito tidak suka melihat customernya datang ke warungnya dengan meludah sirih. Dan ingin menggantikannya dengan produk Rokok Kretek ini.

Ternyata produknya diminati masyarakat. Permintaanmu meningkat hingga terus berkembang.
(DEMAND SUPPLY RELEVANCY)

Selain itu , ternyata inovasi produk ini memberikan efek untuk menyembuhkan asma pernafasan . Hal ini terus jadinya dibicarakan oleh orang banyak.
(INNOVATION FOR SOLUTION)
(GOOD NEWS SPREAD OUT EASILY)
(Clear Product Benefit)

M. Nitisemito tak lama pun dianggap sebagai pelopor Rokok Kretek dan dilihat sebagai orang pertama yang mengubah industri rokok rumahan menjadi industrialisasi dengan 10,000 karyawan pada saat itu. Dia dianggap sebagai Henry Ford nya Rokok Kretek dari Indonesia.
(BE THE CHANGE AGENT)

Pertumbuhan bisnis Nitisemito ditopang dengan sistem subkontraktor juga yaitu memberdayakan produksi dari masyarakat sempat dengan standard kualitas tertentu. Ini dulu disebut sistem Inti Plasma atau Abon. Sekarang kita menyebutnya Ekonomi Pemberdayaan. Memberikan lapangan kerja kepada masyarakat sekitar.
Mensejahterakan rakyat.

Rokok Nitisemito pun diberi nama merk TIGA BAL. Dengan logo 3 Lingkaran atau Roda.
Merk ini menjadi trade mark kualitas.
(BUILD BRAND)

M. Nitisemito juga tidak pernah segan-segan menanyakan ke pelanggannya kritik atau masukan terhadap kualitas produknya. Menurutnya pelanggan adalah Raja. Customer is KING!
(Continuous CUSTOMER FEEDBACK)

Cara mempromosikan produknya pun sangat kreatif di jamannya yaitu menggunakan beli dapat Hadiah (Gelas, Piring dengan logo 3 Bal), Undian Hadiah, Mobil Keliling dan Buka Stand Pameran di Pekan Raya Pameran.
(CREATIVE INTEGRATED PROMOTION)

------

Sayang, bisnis M. Nitisemito jatuh di saat M. Nitisemito belum wafat. Bisnis raksasa menggurita tersebut harus hancur di saat generasi pertama masih hidup.

M. Nitisemito memberikan tampuk kepemimpinan perusahaan terlalu cepat pada Cucu nya pada saat berumur 20an tahun sebagai CEO hanya karena desakan dari istri dan anak perempuannya (Ibu sang cucu laki2).

Dalam perusahaan keluarga inilah yang disebut SPOILED-CHILD SYNDROME yaitu memberikan toleransi atas ketidak cakapan atau ketidakmampuan seseorang hanya karena dia anggota keluarga.

Key Learning; setiap usaha yang sudah terkait dengan kepentingan orang banyak, harusnya diberikan kepada sang yang berkompeten.

.... the end.

Kamis, 01 Desember 2016

PARIWISATA as CORE INDONESIA ECONOMY - Arief Yahya at KADIN RAKORNAS

Rapimnas Kadin, Menpar Arief Bicara Core Ekonomi

JAKARTA – Rapimnas KADIN 2016 di Hotel Borobudur, Selasa (1/12), dijadikan momentum penegasan mengapa pariwisata cikal bakal backbone ekonomi bangsa. Sektor yang ditempatkan sebagai prioritas pembangunan nasional selain infrastruktur, pangan, energi dan maritime itu diprediksi bakal menjadi centrum dan tulang punggung perekonomian Indonesia. Pariwisata itu masa depan Indonesia.
“Untuk Indonesia, pariwisata sebagai penyumbang PDB, devisa dan lapangan kerja yang paling mudah dan murah,” ungkap Menpar Arief Yahya di agenda yang dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo itu.
Pada Diskusi Panel sesi III yang ikut dihadiri Ketua OJK Muliaman Hadad, Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, Kepala BKPM Thomas Lembong, Kepala Bekraf Triawan Munaf, serta Dirut Bank BRI Asmawi Syam itu, semua potensi besar tadi dipaparkan Arief Yahya dengan sangat detil.
Dari sisi PDB, pariwisata sudah menyumbangkan 10% PDB nasional. Prosentasenya tertinggi di ASEAN. Angka pertumbuhan PDB pariwisata nasional? Lumayan tinggi. Saat ini, PDB pariwisata nasional tumbuh 4,8% dengan trend naik sampai 6,9%, jauh lebih tinggi daripada
industri agrikultur, manufaktur otomotif dan pertambangan. “Performance pariwisata terus menanjak dan optimisme itu kian terbentuk,” ungkap mantan Dirut Telkom itu.
Devisa pariwisata juga tak main-main. Angkanya menembus USD 1 juta dan
menghasilkan PDB USD 1,7 juta atau 170%. Itu terbilang tertinggi dibanding industri lainnya. “Jadi kalau selama ini orang mengkategorikan industri itu menjadi migas dan non migas, maka kelak industri itu akan menjadi pariwisata dan non pariwisata,” kata Arief.
Rangking dari devisanya? Ada di posisi empat besar penyumbang devisa nasional. Prosentasenya mencapai 9,3% dibandingkan industri lainnya. Dan bila ditarik ke prosentase pertumbuhan penerimaan devisa, pariwisata bahkan memperlihatkan pertumbuhan yang paling menggembirakan. Prosentase pertumbuhannya paling tinggi. Angkanya
menembus 13%.
Urusan lapangan kerja, pariwisata juga bisa menjadi solusi. Pariwisata itu penyumbang 9,8 juta lapangan pekerjaan, atau sebesar 8,4% secara nasional dan menempati urutan ke-4 dari seluruh sektor industri. Angka pertumbuhannya mencapai 30% dalam waktu 5 tahun. Cost-nya? Sangat murah. Marketeer of The Year 2013 itu dengan tegas menyebut pariwisata sebagai pencipta lapangan kerja termurah. “Memang termurah. Pariwisata bisa meng-create job opportunity hanya dengan USD 5.000/satu pekerjaaan. Coba banding dengan rata-rata industri lainnya yang sudah sebesar USD 100.000/satu pekerjaan,” jelas Arief di hadapan anggota KADIN yang hadir di Hotel Borobudur itu.
Atas dasar potret perekonomian yang seperti tadi, dengan cepat bisa diraba bahwa pariwisata memang sektor yang paling seksi untuk dijadikan core business. Saat ini ada lima yang menjadi prioritas nasional, yakni infrastructure, pangan, energi, maritim, dan
pariwisata.

Di belahan bumi manapun, pariwisata tetap jadi primadona. Meskipun krisis global terjadi beberapa kali, jumlah perjalanan wisatawan internasional tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif. Dari 25 juta (1950), 278 juta (1980), 528 juta (1995), 1,14 miliar (2014), hingga mencapai 1,18 miliar (2015).

Hal lainnya, efek domino dari pariwisata itu dahsyat dan sangat signifikan. Dari data World Bank, setiap  belanja USD 1 akan mendorong
dan menggerakkan sektor ekonomi lain minimal USD 3,2. Dan pariwisata adalah salah satu penggerak dari sektor utama lainnya, seperti
ekonomi, globalisasi, konektivitas, integrasi dan pengembangan sosio-ekonomi. Dan yang paling penting, pariwisata itu cocok untuk
siapa saja. Pria, wanita, muda, tua, paruh baya, berasal darimana saja, dari level apa saja, semua butuh pariwisata. “Karena itu, kami
semakin yakin, apa yang diputuskan Presiden Joko Widodo itu sudah berada di rel yang benar. Pariwisata menjadi salah satu sektor
prioritas, selain Infrastruktur, Energi, Pangan dan Maritim. Kita punya semua potensi yang dibutuhkan untuk menghidupkan pariwisata
sebagai pendongkrak ekonomi nasional,” sebut Arief Yahya.
Lalu bagaimana implementasi ke depan? “Semangatnya harus Indonesia Incorporated.  Negara ini hanya akan dapat memenangkan persaingan di tingkat regional dan global apabila seluruh Kementerian/Lembaga yang
ada bersatu padu untuk fokus mendukung Core Business yang telah ditetapkan. Maju serentak tentu kita menang,” ungkap pria kelahiran
Banyuwangi itu.  (*)