Senin, 14 Februari 2011

Prosentase (%) Jumlah Entrepreneur dalam suatu negara



JAKARTA, kabarbisnis.com: Entrepreneur atau wirausaha di Indonesia, jumlahnya masih sedikit. Dibandingkan negara lain, malah tertinggal jauh. Saat ini, jumlah entrepreneur di tanah air mencapai 0,18% dari jumlah penduduk. Bandingkan dengan India mendekati 12%, Amerika Serikat 11,5%, China 10%, Singapura 7,2% dan Malaysia 3%.

Global Entrepreneur Monitor menyebutkan idealnya entrepreneur di sebuah negara mencapai 2% dari total penduduknya. Sehingga ekonomi negara itu bisa lebih baik. Saat ini, penduduk Indonesia sekitar 240 juta orang, ini berarti seharusnya ada sekitar 4,5 juta wirausaha.

"Namun kenyataannya, Indonesia baru mencapai 400.000 wirausaha. Jumlah ini sangat rendah bila dibandingkan dengan potensi dan luas wilayah republik ini yang besar," ungkap Surjanto Yasaputera, marketing manager PT. Gelora Jaya, produsen rokok Wismilik Diplomat di Jakarta, Rabu (23/09/10).


SINGAPURA 7.2%
SOUTH KOREA 4%

MALAYSIA 2.1%

THAILAND 4.1%

INDIA 12%

UNITED STATES OF AMERICA :  11.5%

INDONESIA is still 0.24%
Masih harus mengejar 10x lipat dari kondisi yang ada untuk memenuhi kuota kebutuhan jumlah entrepreneur di Indonesia.



Surjanto menilai menjadi wirausaha memang butuh kerja keras, semangat juang tinggi, kecerdasan, jenius, kesabaran, wawasan bisnis yang tajam, juga tahan banting dalam menghadapi situasi yang sulit. Umumnya, wirausaha muda banyak yang putus asa ketika menghadapi masalah, sehingga tidak tangguh dengan upaya yang dilakukan.


"Karenanya, banyak wirausaha yang gulung tikar saat berhadapan dengan sepinya pembeli, sulitnya pemasaran hasil produknya apalagi saat krisis ekonomi melanda banyak yang jatuh dan menutup usahanya. Padahal, sebagai entreprneur harus tetap konsisten dan semangat meski menghadapi situasi yang buruk," jelasnya.

Aviliani, pengamat ekonomi menambahkan rendahnya wirausaha di Indonesia karena banyak faktor, umumnya orang-orang di daerah maupun perkotaan, lebih suka bekerja atau menjadi pegawai negeri setelah lulus sekolah, ketimbang menciptakan lapangan kerja sendiri.

Faktor lainnya, sambung peneliti INDEF (Institute For Development of Economics and Finance), karena keturunan. Dulu orang tuanya menjadi pengusaha lantas usahanya diturunkan
atau dilanjutkan kepada anaknya.

Sebaliknya, jika orang tuanya bukan pengusaha dan anaknya menjadi pengusaha biasanya memilki daya inovasi yang tinggi, mempunyai mental yang kuat dan selalu survival dalam kondisi jatuh bangun dan biasanya wirausaha seperti ini mengalami sukses yang luar biasa, ucap wanita kelahiran Malang.

Dilanjutkan masalah lain dan selalu menjadi kelemahan bagi wirausaha Indonesia setelah sukses, umumnya didatangi perbankan untuk mendapatkan kredit dlam jumlah yang besar.

Sayangnya dana itu tidak disalurkan untuk pengembangan usaha agar lebih meningkat, namun biasanya dipakai untuk konsumtif yakni membeli rumah, mobil atau kebutuhan gaya hidupnya. Akibatnya, banyak wirausaha yang bangkrut karena meninggalkan hutang.

Sumber: http://www.kabarbisnis.com/

Dikutip oleh:


ARDANTYA SYAHREZA
CEO of PT Marketing Komunikasi Indonesia

Prosentase (%) Jumlah Entrepreneur dalam suatu negara



JAKARTA, kabarbisnis.com: Entrepreneur atau wirausaha di Indonesia, jumlahnya masih sedikit. Dibandingkan negara lain, malah tertinggal jauh. Saat ini, jumlah entrepreneur di tanah air mencapai 0,18% dari jumlah penduduk. Bandingkan dengan India mendekati 12%, Amerika Serikat 11,5%, China 10%, Singapura 7,2% dan Malaysia 3%.






Singapura 7.2 %


MALAYSIA 2.1%
Malaysia 2.1 %
Korea Selatan 4 %
Thailand 4.1 %
Amerika Serikat 11.5 %
Indonesia 0.24 % . .
 
Global Entrepreneur Monitor menyebutkan idealnya entrepreneur di sebuah negara mencapai 2% dari total penduduknya. Sehingga ekonomi negara itu bisa lebih baik. Saat ini, penduduk Indonesia sekitar 240 juta orang, ini berarti seharusnya ada sekitar 4,5 juta wirausaha.

"Namun kenyataannya, Indonesia baru mencapai 400.000 wirausaha. Jumlah ini sangat rendah bila dibandingkan dengan potensi dan luas wilayah republik ini yang besar," ungkap Surjanto Yasaputera, marketing manager PT. Gelora Jaya, produsen rokok Wismilik Diplomat di Jakarta, Rabu (23/09/10).

Surjanto menilai menjadi wirausaha memang butuh kerja keras, semangat juang tinggi, kecerdasan, jenius, kesabaran, wawasan bisnis yang tajam, juga tahan banting dalam menghadapi situasi yang sulit. Umumnya, wirausaha muda banyak yang putus asa ketika menghadapi masalah, sehingga tidak tangguh dengan upaya yang dilakukan.


"Karenanya, banyak wirausaha yang gulung tikar saat berhadapan dengan sepinya pembeli, sulitnya pemasaran hasil produknya apalagi saat krisis ekonomi melanda banyak yang jatuh dan menutup usahanya. Padahal, sebagai entreprneur harus tetap konsisten dan semangat meski menghadapi situasi yang buruk," jelasnya.

Aviliani, pengamat ekonomi menambahkan rendahnya wirausaha di Indonesia karena banyak faktor, umumnya orang-orang di daerah maupun perkotaan, lebih suka bekerja atau menjadi pegawai negeri setelah lulus sekolah, ketimbang menciptakan lapangan kerja sendiri.

Faktor lainnya, sambung peneliti INDEF (Institute For Development of Economics and Finance), karena keturunan. Dulu orang tuanya menjadi pengusaha lantas usahanya diturunkan
atau dilanjutkan kepada anaknya.

Sebaliknya, jika orang tuanya bukan pengusaha dan anaknya menjadi pengusaha biasanya memilki daya inovasi yang tinggi, mempunyai mental yang kuat dan selalu survival dalam kondisi jatuh bangun dan biasanya wirausaha seperti ini mengalami sukses yang luar biasa, ucap wanita kelahiran Malang.

Dilanjutkan masalah lain dan selalu menjadi kelemahan bagi wirausaha Indonesia setelah sukses, umumnya didatangi perbankan untuk mendapatkan kredit dlam jumlah yang besar.

Sayangnya dana itu tidak disalurkan untuk pengembangan usaha agar lebih meningkat, namun biasanya dipakai untuk konsumtif yakni membeli rumah, mobil atau kebutuhan gaya hidupnya. Akibatnya, banyak wirausaha yang bangkrut karena meninggalkan hutang.

Sumber: http://www.kabarbisnis.com/

Minggu, 06 Februari 2011

Marketing Komunikasi Indonesia, my baby



PT Marketing Komunikasi Indonesia, is a company that I established in 2006. Well, it started its operation in September 2005, but we managed to set up the legal in 2006.
The company was born due to the concerns of the traditional advertising does not really answer fully the needs of brand communication and brand business objectives.
There was a time when advertising agency refused to be fully responsible in the sales performance of the brand, rather than involve or offer multidimensional solutions.

Therefore, we initiated PT Marketing Komunikasi Indonesia to become a better partner of brand owners in managing its accountable brand communication.

The company has several service units:



        EXIGO is a local brand activation agency specializing in developing below-the-line solutions that meet a company’s sales / business and communication objectives.
        We believe that consumer activation activities are crucial nowadays in order to facilitate consumers to see, to hear, to feel and to experience the brand where above-the-line media is already cluttered.
         Being part of MKI Group, EXIGO has strength in research-base and strategic approach brand activation. This will give our clients advantage to feel assured that our activities will always have measurement and insights-base.
       EXIGO was established in September 2005

 EXIGO Core Services are:
    • Developing Brand Communication Strategy and Activation Concept.
    • Brand Activation Implementation Management:
      • Launching Event Management
      • In-Store Promotional Activities Management
      • Exhibition Event Management
      • Talk Show / Seminar Management
      • Road Show Management



Here are some example of our activities:

BCA 50th Year Anniversary GEBYAR EMAS Consumer Expo (2007)


Nestle Health Wellness Campaign Launch in 2010


Nestle In-Store Activities


10,000 balloons with message: "Drink Milk" Testimonials released to break MURI Records



3 (Hutchison Telecom) Launch Activity in Campus (2007)


Mercedes-Benz E-Class Launch in 2009


Kidzania Brand Activation in School Road Show (2007)


Marketing Research is very much needed as part of our marketing activities. Its function to understand "what's going on" and "what could potentially to be done" has been playing important role in creating the right marketing strategy, communication and other marketing activities.

Therefore, Cauldron Research wants to ensure that brands will move in a more precise and effective way by knowing the right information.

In fact as part of an integrated marketing communication and activation services company (MKI), Cauldron Research has more understanding beyond just research, but also in brand strategy and implementation. This gives us ability to effectively tap into the information really needed by clients.

Our core qualitative research services are:

  • New Advertising & Promotion Concept Checking
  • New Product Concept Evaluation
  • Advertising / Campaign Evaluation
  • Consumers Usage & Attitude Exploration Study
  • Shopping Behavior Study
Our methodologies are:
  • Focus Group Discussions
  • In-Depth Interviews
  • i-Group
  • Ethnography

Cauldron Research client's portfolios are: XL Axiata, BMW Indonesia, Permata Bank, Garudafood, A Mild, and many more.


It has been more than 5 years I have stood as an entrepreneur. MKI is my baby.
Our website is in http://www.mki-group.com 

Best Regards,


Ardantya Syahreza 

Marketing 1.0 , 2.0 , and now 3.0? Values-Driven Marketing

Marketing 3.0 : Value Driven by Philip Kotler
Whatever it is,  it is worth to read.


Di era sekarang, pemasaran saat ini tidak hanya diterjemahkan dalam pengertian positioning, diferensiasi dan merek yang dibungkus dalam identitas merek, integritas merek, dan menghasilkan citra merek. Dunia pemasaran perlu menunjukkan nilai-nilai (spiritual) dalam pemasaran.

Nilai-nilai yang ditebarkan itu diyakini tidak hanya mendongkrak profit tetapi juga menjamin kelanggenan dan penguatan karakter brand, sekaligus membentuk diferensiasi yang tidak tertandingi.

Di dalam buku ”Marketing 3.0: Values-Driven Marketing” Philip Kotler dan saya mengatakan, perusahaan seharusnya tidak hanya memasarkan produk dengan manfaat fungsional ataupun manfaat emosional, melainkan harus pula menonjolkan manfaat spiritual.

Pendekatan pemasaran berbasis nilai ini diyakini akan memperoleh hasil yang berbeda. Karena perusahaan atau pemilik merek tidak sekadar memberikan kepuasan atau mengincar profitabilitas, melainkan memiliki compassion, dan keberlanjutan. Model bisnis yang menyeimbangkan pencetakan profit dan tanggung jawab sosial seperti itu sungguh didambakan oleh banyak pemain bisnis.

Kita tahu bahwa, perjalanan waktu telah membuat model pemasaran berubah, dari Marketing 1.0 ke Marketing 2.0 - dari product centric ke customer-centric era. Dan sekarang marketing telah mentransformasi diri ke dalam human-centric era. Itulah yang dikatakan sebagai Marketing 3.0.

Marketing 1.0 mengandalkan rational intelligent: Produk bagus, harga terjangkau. Konsumen memilih produk berdasarkan tinggi-rendahnya harga yang ditawarkan produsen. Pada level ini konsumen sangat mudah berpindah.

Marketing 2.0 berbasiskan emotional intelligent: Sentuhlah hati customer. Meski suatu produk lebih mahal dibanding yang lain, tapi tetap dipilih konsumen, sebab ia sudah memiliki ikatan emosional dengan produknya.

Marketing 3.0 berdasarkan spiritual intelligent: Lakukan semua dengan Nilai-Nilai Universal seperti kasih dan ketulusan maka profit akan datang. Pada tahap ini, merek telah menjadi “reason for being.” Karena merek itu maka si konsumen diakui keberadaannya.

VALUE BASED MARKETING



Values-driven marketing adalah model untuk Marketing 3.0, yang melekatkan nilai-nilai pada misi dan visi perusahaan. Gagasan ini akan memperbaiki persepsi publik terhadap marketing dan membimbing perusahaan dan pemasar untuk menginkorporasikan visi yang lebih manusiawi dalam memilih tujuan mereka.


Marketing 3.0 ini akan terlihat dari seberapa dalam hubungan hubungan produsen dengan konsumen atau stakeholder-nya. Wujud spiritualisme adalah bagaimana mencintai jejaring stateholder bisnis kita dengan modal dan menjunjung tinggi kejujuran. Jika sudah sampai tahap spiritual sedemikian itu, hubungan antara perusahaan dengan siapapun yang berkepentingan, apakah itu konsumen, karyawan, supplier, akan langgeng terus.

Contoh Penerapan Values-Driven Marketing Matrix di SC JOHNSON



Marketing 3.0 inilah yang merupakan cikal bakal pemikiran bahwa pada akhirnya marketing menjadi horisontal, di mana sisi humanisme si pemasar membuat pasar menjadi datar. Artinya, tidak ada perbedaan status antara Marketer dan Customer. Marketer dan Customer sama rata. Marketer sudah berbaur dengan Customer-nya.

Bagaimana pendapat Anda?
(KOMPAS.COM)


"I totally agree. Today, the value of the brand not depends only what they offer as products or service, but what community values that their brand fights for. Then people would love to be part of it."


Best regards,

Ardantya Syahreza
CEO of PT. Marketing Komunikasi Indonesia 

Jumat, 04 Februari 2011

Ardantya Syahreza in SWA Magazine December 20th, 2010






Who Am I?

WHO AM I?

I am born in Jakarta, December 20th in 1976.
I am the eldest son of 3 brothers.
My dad is an orthopedic surgeon doctor. He is a professional doctor and also a lecture in a Medical Faculty.
My mother is a housewife.

I grew up in a hometown called Malang city in East Java of Indonesia. I went for school there until I graduated from Brawijaya University in 1999 majoring Marketing Management.

As an ordinary kid, I was lucky to have opportunity to join AIESEC (www.aiesec.org). Joined the organization in Economics Faculty of Brawijaya University in 1994, I have made up my career until I became National Committee President in 1998/1999.
The organization has taught me about project management, organization skill, concept development and international exposure. Until today, I am still an active alumni in coaching active members and I am now the Chairman of AIESEC Indonesia Alumni Organization (AIAO).

My career starts from becoming an AIESEC Trainee working in Royal Bank of Canada for only 4 months. Then I continued my career as Marketing Researcher in ACNielsen Indonesia (2000 - 2002).
Finalizing my career in research from Exquisindo Global Research in 2003, I moved to Advertising industry and work with DDB Indonesia (2003 - 2005).
My professional career has developed myself in expertise of combining the skills of marketing research, strategic marketing communication and marketing communication implementation (advertising, media, PR, events / activation, online, social media, etc).

In 2005, I decided to start up my own.
I founded PT. Marketing Komunikasi Indonesia and K-Food Indonesia.
And here goes my journey as an Entrepreneur.

I am now also active as Public Relation of HIPMI Jaya (Indonesian Young Entrepreneur Association - Jakarta Chapter) 2011 - 2014.

I can be contacted via:
- Blackberry PIN:21bee2f5
- Mobile: +62811192012
- Email: ardantya.syahreza@mki-group.com
- Twitter: @ardansyahreza

Best Regards,

Ardantya Syahreza

Being part of Top 40 of Young & Successful Before 40 years Old (version of Fortune Indonesia Magazine)

40 Young & Successful Before 40 Years Old
version of Fortune Indonesia Magazine
November 2010










Being part of communities is important, so that people will know who you are and what you are capable of. Indonesian Young Entrepreneur (IYE!) has given me an opportunity to be acknowledged in Fortune Indonesia Magazine as one of Top 40 Young and Successful Indonesian before 40 years old.

Alhamdulillah.

If you are just passionate in what you are doing, you may reach the sky.


Best Regards,

Ardantya Syahreza
Owner and CEO of PT Marketing Komunikasi Indonesia
Owner and CEO of K-Food Indonesia

My First Blog

My First Blog
Jakarta, February 4th, 2011

I have managed several blogs for other people. Now, it is time for me to have my own.
For quite sometime, I thought, "why would I need a blog?"
What should I write?

Now, I know.

This world needs unlimited thoughts and souls to support and to bring it to a better world. Every single idea is counted. No matter how small it is, it matters.

Therefore, here I am, part of the universe. Contributing my thoughts, ideas, passions, and spirit to share and inspire for I-don't-know how many people.
I just hope, it would come out good for a lot of people.

Let's roll.

Best Regards,


Ardantya Syahreza
A husband of a lovely and determined woman
A father of a kind handsome boy and a sexy charming girl
An entrepreneur in marketing communication industry
A passionate speakers for youth development
A believer of a better world

Blackberry PIN:21bee2f5