JAKARTA, kabarbisnis.com: Entrepreneur atau wirausaha di Indonesia, jumlahnya masih sedikit. Dibandingkan negara lain, malah tertinggal jauh. Saat ini, jumlah entrepreneur di tanah air mencapai 0,18% dari jumlah penduduk. Bandingkan dengan India mendekati 12%, Amerika Serikat 11,5%, China 10%, Singapura 7,2% dan Malaysia 3%.
Global Entrepreneur Monitor menyebutkan idealnya entrepreneur di sebuah negara mencapai 2% dari total penduduknya. Sehingga ekonomi negara itu bisa lebih baik. Saat ini, penduduk Indonesia sekitar 240 juta orang, ini berarti seharusnya ada sekitar 4,5 juta wirausaha.
"Namun kenyataannya, Indonesia baru mencapai 400.000 wirausaha. Jumlah ini sangat rendah bila dibandingkan dengan potensi dan luas wilayah republik ini yang besar," ungkap Surjanto Yasaputera, marketing manager PT. Gelora Jaya, produsen rokok Wismilik Diplomat di Jakarta, Rabu (23/09/10).
SINGAPURA 7.2% |
SOUTH KOREA 4% |
MALAYSIA 2.1% |
THAILAND 4.1% |
INDIA 12% |
UNITED STATES OF AMERICA : 11.5% |
INDONESIA is still 0.24% |
Masih harus mengejar 10x lipat dari kondisi yang ada untuk memenuhi kuota kebutuhan jumlah entrepreneur di Indonesia.
Surjanto menilai menjadi wirausaha memang butuh kerja keras, semangat juang tinggi, kecerdasan, jenius, kesabaran, wawasan bisnis yang tajam, juga tahan banting dalam menghadapi situasi yang sulit. Umumnya, wirausaha muda banyak yang putus asa ketika menghadapi masalah, sehingga tidak tangguh dengan upaya yang dilakukan.
"Karenanya, banyak wirausaha yang gulung tikar saat berhadapan dengan sepinya pembeli, sulitnya pemasaran hasil produknya apalagi saat krisis ekonomi melanda banyak yang jatuh dan menutup usahanya. Padahal, sebagai entreprneur harus tetap konsisten dan semangat meski menghadapi situasi yang buruk," jelasnya.
Aviliani, pengamat ekonomi menambahkan rendahnya wirausaha di Indonesia karena banyak faktor, umumnya orang-orang di daerah maupun perkotaan, lebih suka bekerja atau menjadi pegawai negeri setelah lulus sekolah, ketimbang menciptakan lapangan kerja sendiri.
Faktor lainnya, sambung peneliti INDEF (Institute For Development of Economics and Finance), karena keturunan. Dulu orang tuanya menjadi pengusaha lantas usahanya diturunkan
atau dilanjutkan kepada anaknya.
Sebaliknya, jika orang tuanya bukan pengusaha dan anaknya menjadi pengusaha biasanya memilki daya inovasi yang tinggi, mempunyai mental yang kuat dan selalu survival dalam kondisi jatuh bangun dan biasanya wirausaha seperti ini mengalami sukses yang luar biasa, ucap wanita kelahiran Malang.
Dilanjutkan masalah lain dan selalu menjadi kelemahan bagi wirausaha Indonesia setelah sukses, umumnya didatangi perbankan untuk mendapatkan kredit dlam jumlah yang besar.
Sayangnya dana itu tidak disalurkan untuk pengembangan usaha agar lebih meningkat, namun biasanya dipakai untuk konsumtif yakni membeli rumah, mobil atau kebutuhan gaya hidupnya. Akibatnya, banyak wirausaha yang bangkrut karena meninggalkan hutang.
Sumber: http://www.kabarbisnis.com/
Dikutip oleh:
ARDANTYA SYAHREZA
CEO of PT Marketing Komunikasi Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar