Kamis, 29 Oktober 2015

Kerja Efektif : Pulang Sore atau Pulang Malam?

Kerja Efektif : Pulang Sore atau Pulang Malam?

Dalam sebuah seminar di Bank milik BUMN saya ditanya oleh salah seorang eksekutifnya. ‘Pak Paulus, apa Bapak pernah diajak ‘meeting’ Pak Prijono (Presdir Astra) setelah jam 7 malam?’ tanyanya dengan mimik serius. ‘Hah, di atas jam 7 malam?’ saya terkejut mendengar pertanyaan itu. ‘Lho kok kaget, pernah atau sering Pak,’ tanya si eksekutif lagi. ‘Selama tiga tahun di bawah Pak Pri, saya belum pernah sekali pun diajak ‘meeting’ mulai jam 7 sore apalagi jam 7 dan di atasnya,’ kali ini saya menjawab juga dengan mimik serius.

‘Bapak biasanya pulang jam berapa dari kantor?’ tanya eksekutif yang lain. ‘Kalau dari Sunter -kantor pusat Astra- saya umumnya pulang jam 5.30 pm. Jam segitu sudah sepi di lantai 6-lantai khusus direksi. Kalau dari Kuningan -kantor Astratel- saya pulang jam 6-6.30 pm. Sekitar jam 7-7.30 pm biasanya sudah sampai rumah. Tentu kecuali ada ‘dinner’ atau acara lain bersama mitra lain,’ saya menjawab dengan santai.

Kali ini, kedua eksekutif tadi berpandangan mata. ‘Pulang jam 5.30 pm tapi profit Astra 19,4 Trilliun ya. Kita pulang tengah malam kadang subuh tapi profit masih jauh dibandingkan Astra. Apa yang salah dengan kita,’ keduanya terbahak. ‘Kali kalau Presdir dan eksekutif Astra pulangnya kayak eksekutif kita, profitnya jadi 25 T kali ya,’ yang satu kembali berceloteh.

Kali ini saya sambar: ‘Kalau cara kerja petinggi Astra meeting mulai jam 9 malam dan kadang jam 11 malam kayak boss Anda, saya yakin profit Astra tinggal 10 T. Karena semakin malam semakin tidak produktif dan isinya cuman marah-marah melulu karena tensi sudah tinggi dan tidak bisa memikirkan hal strategis di tengah otak yang sudah lelah dan badan yang sudah payah. Makanya lebih baik berangkat kantor pagi pulang sore dibanding berangkat siang pulang malam hari,’ tanpa sadar saya mulai berkotbah.

Ternyata pertanyaan guyonan di tengah rehat kopi di seminar tersebut adalah pertanyaan serius yang dialami oleh banyak eksekutif dan staf muda yang sudah menyadari pentingnya ‘Balance of Life.’ Mereka sudah mulai menggerutu dan tidak ‘menyenangi’ kerja rodi, di kantor sampai malam karena menunggu giliran bertemu atau rapat dengan boss. Mereka ingin ‘fun’ dan sosialisasi dengan mitra di tempat santai atau bahkan sudah banyak yang ingin makan malam dengan keluarga, sudah jengah dan bosan terus-menerus bergulat dengan pekerjaan kantor.

Sialnya, mungkin kata ini terkalu kasar, banyak petinggi yang sukses selalu mengkaitkan kesuksesannya dengan kerja keras dalam arti kerja ‘long hour’ dan lembur dengan ukuran ‘simple’nya pulang malam. Pulang di bawah jam 9 malam menunjukkan kurang dedikasi dan kerja keras.

Bahkan ada yang bangga, apalagi ini ‘founder’ atau pemilik perusahaan, dengan gaya kerja kalong ini. Pertemuan jam 11 malam bahkan jam 1 pagi sering diceritakan ke sahabat dan pekerja untuk menunjukkan bagaimana ia meraih sukses dengan kerja keras seperti itu. Plus, sabtu minggu pun ia masih sering mengajak stafnya ‘meeting’ atau rapat penting. Kalau semua berkumpul dengan tepat, ia membanggakannya dengan berceloteh ‘Ini adalah simbol kerja keras kalian, saya sangat menghargai kalian yang mau mengorbankan waktu libur untuk perusahaan,’ ujar sang pemilik dengan senyum.

‘Kalau menurut Pak Paulus, bagaimana sebaiknya? Apakah kerja seperti itu perlu dilestarikan?’ Kali ini yang bertanya adalah cucu konglomerat yang sudah mulai berani ‘mbalelo’ terhadap ayahnya dengan tidak mendukung pulang pagi dan rapat di hari Sabtu Minggu.

Bagi saya sederhana saja. Karyawan normal, artinya yang kerja di siang hari tanpa kerja shift atau pekerjaan khusus yang menuntut kerja malam pulang pagi, seharusnya bekerja mengikuti jam alam yang normal. Kerja jam 8-6 sore sudah lebih dari cukup. Yang penting bukan lamanya, tapi intensitasnya. Banyak yang berlama-lama karena sekedar pulang malam agar dianggap kerja keras padahal kerjanya cuman ngobrol dan main ‘facebook’an.

Semakin efektif menggunakan waktu dan resources yang ada, eksekutif harusnya semakin senggang. Semakin ia membutuhkan waktu lebih dari 12 jam sehari mengerjakan pekerjaan kantor, saya mempertanyakan efektivitasnya dalam menggunakan sumber daya yang ada. Ia memiliki staf, pembantu dan advisor yang seharusnya bisa membantu meringankan pekerjaannya. Kalau sampai lebih dari 14 jam sehari, saya memastikan ada yang salah dalam desain pekerjaan yang harus dilakukannya. Artinya mungkin, ia harus menyerahkan bukan hanya mendelegasikan ke orang lain agar ia bisa berfokus pada ‘main job’ nya.

Lebih tragis lagi, kalau eksekutif yang sudah ‘burn out’ seperti ini mengajak anak buahnya ikut menemami ‘burn out’ nya. Diminta pulang malam, dan Sabtu Minggu waktu keluargapun masih sering dirampok. Saya kira, kalau ada yang model begini, ia harus belajar lagi soal ‘time management’ dan terutama belajar ‘menghargai’ bawahan yang punya keinginan dan kepentingan privasi untuk hidup bersama keluarga dan koleganya. Kalau boss sudah tidak menghargai orang lain yang tidak memiliki konsep kerja seperti dia dan memaksakan kehendaknya agar semua mengikutinya, ia adalah model pimpinan yang menganggap bawahan adalah ‘resources’ bukan ‘human’. Ia perlu membaca lagi buku  ‘Lead to Bless Leader’ agar mengerti kebutuhan dasar manusia sebagai ‘human’.

‘Pertanyaannya Pak, kalau kondisi di kantor saya seperti itu. Saya berangkat pagi dan pulang minimal jam 11 malam setiap hari bahkan setidaknya dua kali sebulan Sabtu Minggu pun diajak rapat sama boss, apa yang mesti saya lakukan,’ tanya rekan saya yang lain.

‘Kalau mau sehat jasmani rohani, sehat hubungan dengan keluarga dan komunitas dan bahagia, saya sarankan kirimkan CV ke tempat lain,’ saya menjawab dengan tegas. Kali ini ia yang menyeringai karena gajinya terlalu besar walaupun dengan kerja rodi seperti itu.

‘Nah, itu soal pilihan hidup,’ kali ini saya mulai berfilsafat. ‘Anda mau menyesal di kemudian hari karena hubungan dengan istri, anak dan keluarga menjadi dingin. Atau sebaiknya Anda korbankan gaji yang tinggi dengan mendapat pekerjaan yang lebih wajar dan boss yang memperlakukanmu sebagai manusia bukan sumber daya. ‘The choice is yours. Control your destiny or your boss will,’ saya menutup perbincangan malam ini sambil pamit undur diri karena waktu sudah jam 6.30pm. Itu berarti jam pulang.

Pertanyaan buat pembaca, Anda pilih yang mana? Pergi pagi pulang sore atau pergi siang pulang tengah malam atau pergi pagi pulang pagi lagi? Yang sudah salah kaprah, jujurlah pada diri sendiri apakah kehangatan rumah tangga bersama istri dan anak masih sama atau sudah mulai mendingin? Kalau sudah mulai berubah negatif, ‘it is the time to choose my friend.

(Paulus Bambang WS)

Selasa, 27 Oktober 2015

Deal Kerjasama Bisnis Indonesia Amerika Serikat 26 Oktober 2015

http://setkab.go.id/inilah-kesepakatan-bisnis-indonesia-as-senilai-20-miliar-dollar-as/

Seusai bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, di White House, Washington DC, Senin (26/10) siang waktu setempat atau Selasa (27/10) dinihari WIB, Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadir di Kantor US Chamber of Commerce (Kamar Dagang AS) untuk menyaksikan kesepakatan bisnis para pengusaha Indonesia dan Amerika Serikat.

Kehadiran Presiden Jokowi disambut langsung oleh Presiden Kamar Dagang Tom Donohue, Presiden Dewan Bisnis AS (US ASEAN Business Council) Alex Feldman, dan Presiden UNISINDO Ambassador David Merril. Selain itu juga hadir 250 pengusaha dan pengambil kebijakan dari Indonesia dan Amerika Serikat (AS).

Sebagaimana disampaikan sebelumnya oleh Kepala Badan Kerjasama Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani, dalam kunjungan Presiden Jokowi ke AS ini dicapai kesepatan kerjasama atau deal businesssenilai 20,075 miliar dollar AS.

Rincian dari deal business itu adalah:

A. Kesepakatan bisnis sebesar 15.705 miliar dollar AS yakni:

1. Perjanjian jual beli gas alam cair (LNG) antara Pertamina dan Corpus Christie Liquefaction senilai 13 miliar dollar AS, untuk pengiriman LNG ke FSRU Lampung bagi kebutuhan gas di wilayah barat Indonesia dan LNG Terminal untuk Indonesia Timur.

2. Ekspansi Phillip Morris sebesar 1,9 miliar dollar AS (500 juta dolar AS untuk belanja modal dan 1,4 miliar dollar AS berupa penerbitan saham baru Sampoerna. Belanja modal tersebut untuk perluasan pabrik dan perkantoran serta investasi yang akan dilakukan dalam kurun waktu tahun 2016-2020.

3. Coca Cola juga akan investasi 500 juta dollar AS untuk perluasan dan penambahan produksi, pergudangan, distribusi, dan infrastruktur minuman ringan selama 2015-2018.

4. Rencana pengembangan lahan “shale gas” Eagle Ford, Fasken milik Swift Energy yang akan dilakukan oleh Saka Energi dengan Swift Energy di Webb County, Texas dengan nilai sebesar 175 juta dollar AS.

5. Kesepakatan bisnis antara PT PLN (Persero) dengan General Electric, yaitu antara PLN Gorontalo dengan General Electric dengan nilai sebesar 100 juta dollar AS untuk pembangunan 100 MW gas turbin dan cydepower di Gorontalo.

6. Kerja sama Universitas Udayana dengan Skychaser Energy untuk konservasi air dan reduce power consumption dengan nilai sebesar 30 juta dollar AS

7. Kerja sama antara BNI syariah dengan Master card untuk peluncuran kartu debit haji dan umroh yang diselenggarakan oleh BNI Syariah dengan Master Card.

B. Kesepakatan bisnis bernilai 4.547 dolar AS terbagi dalam tiga group, yakni:

Group 1
1. Antara PT PLN (Persero) dengan UPC Renewables senilai sebesar 850 juta dollar AS untuk pembangunan 350 MW Pembangkit Listrik Tenaga Bayu dalam waktu tiga tahun (2015-2018).

2. Antara Cikarang Listrindo dengan General Electric nilai investasi sebesar 600 juta dollar AS untuk perluasan pembangunan pembangkit listrik (IPP).

3. Antara PT Indonesia Power dengan General Electric untuk pembangunan pembangkit di Jawa Tengah sebesar 700 MW senilai 400 juta dollar AS.

4. Antara PT PLN Batam (Persero) dengan General Electric senilai sebesar 525 juta dollar AS untuk pembangunan pembangkit bergerak (mobile) 500 MW di Mataram, Bangka, Tanjung Jabung, Pontianak, Lampung dan Sei Rotan.

Group 2

1. Antara PT Kereta Api Indonesia dengan General Electric, senilai sebesar 60 juta dollar AS untuk perawatan 50 lokomotif selama 8 tahun.

2. Antara PT PLN (Persero) dengan Caterpillar senilai sebesar 500 juta dollar AS untuk proyek 2 GW pembangkit tenaga hibrid dan Proyek Solar PV+ energy storage untuk microgrid di daerah-daerah terpencil (500 pulau) dengan solusi pembiayaan initial capital investment melalui power purchase agreementdengan PLN.

3. Rencana perluasan investasi Cargill pada tahun 2015-2019 dengan nilai sebesar 750 juta dollar AS, dimana sebesar 84 juta dollar AS sudah direalisasikan sehingga investasi baru yang akan dilakukan sebesar 666 juta dollar AS

4. Pembangunan Remanufacturing Facility untuk Cylinder Head di Cileungsi, Bogor oleh Caterpillar senilai sebesar 12 juta dollar AS yang merupakan self signing.

Group 3

1.  Kerja sama antara Perum Peruri dengan Crane Currency untuk pembangunan pabrik pengaman uang kertas yang akan dibangun di Karawang dengan nilai sebesar 10 juta dolar AS dan antara Perum PERURI dengan Jarden Zinc untuk pembangunan pabrik di Karawang dengan nilai sebesar 30 juta dollar AS.

2. Kerja sama PT Pertamina dengan Bechtel corporation dalam kurun waktu 5 tahun untuk pembangunan dan pengembangan kilang dengan nilai transaksi 800 juta dollar AS.

3. Antara Kilat Wahana Jenggala dengan Hubbell Power Systems yaitu ekspansi pada existing plantyang memproduksi/assembly insulator transmisi polymer untuk distribusi listrik, menambah lokalisasi transmisi sebesar 5-10 juta dollar AS. (SI/UN/ES)

Kesederhanaan Presiden Joko Widodo pada Kunjungan Luar Negeri ke Amerika Serikat 25-27 Oktober 2015

http://m.detik.com/finance/read/2015/10/27/180232/3054898/1034/catatan-menteri-esdm-soal-kunjungan-jokowi-ke-as

Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat (AS), salah satunya bertemu Presiden AS Barack Obama di Gedung Putih, Washington. Dalam kunjungan tersebut, Jokowi mengajak beberapa menteri, salah satunya Menteri ESDM Sudirman Said.

Selama di AS, Sudirman Said aktif mendampingi Jokowi dalam setiap pertemuan. Ia mengisahkan setiap pertemuan Jokowi dalam sebuah catatan kecil. Berikut catatan Sudirman Said yang dikutip, detikFinance, Selasa (27/10/2015).

Jika orang berharap pada upacara kebesaran, mereka akan kecewa. Kalau yang ditunggu adalah diplomasi basa basi tingkat tinggi, mereka akan kecewa juga. 

Kalau penghormatan diterjemahkan dengan besarnya bendera, lebarnya karpet merah, dan tingginya pangkat pejabat yang menjemput, mereka akan terus bertanya "Kok Presiden saya kurang dihormati?"

Semua upacara penjemputan berlangsung sederhana, cepat, efisien, dan fungsional. Dan Presiden Jokowi adalah presiden yang sederhana, cepat, efisien, dan fungsional. 

Pada suatu kesempatan di Abu Dhabi, Presiden Jokowi dijemput oleh Pemimpinnya disetiri sendiri, bicara hanya berdua, dan diajak ke tempat jamuan makan kenegaraan, di restoran Jepang, bukan private room pula, dan Presiden kita happy saja.

Di kesempatan lain, saya ikut rangkaian kegiatan kunjungan kerja menyusuri Jawa bagian barat sampai Sumatera. Para Menteri tidak dibawa seluruhnya dari satu lokasi ke lokasi lainnya, melainkan diminta bergiliran mendampingi tergantung urusannya. 

Menteri yang sudah selesai urusannya, diminta kembali ke Jakarta. Dan Menteri yang hanya berurusan di satu titik diminta menyusul tanpa harus 'repot' mengikuti seluruh rangkaian acara. 

Perjalanan Presiden selalu dengan rombongan 'ramping', efisien, dan seperlunya.

Kembali ke kunjungan ke AS, bila yang diharapkan adalah diskusi mendalam pimpinan kedua negara, kunjungan ini sukses besar. Semua aspek strategis dibicarakan dengan hangat dan terbuka, mulai dari investasi, ekonomi, energi bersih, perubahan iklim, terorisme, dan demokrasi hingga urusan kesehatan rakyat. 

Jika penghormatan diterjemahkan dengan saling respek, maka kehadiran Presiden Jokowi menuai respek amat besar. Hal-hal yang sensitif dan pemerintah Indonesia meminta tidak disentuh, pemerintah AS mengikutinya.

Sebagai contoh Freeport dan Kasus Bioremediasi Chevron, tidak ada pembicaraan itu sama sekali di semua sesi pertemuan, baik dengan pemerintah maupun bisnis. 

Respek juga terlihat ketika selesai pembicaraan resmi kedua pemimpin negara, Presiden Obama mengajak Presiden Jokowi keliling Gedung Putih, bahkan diajak singgah ke area housing tempat tinggal keluarganya.

Sesuatu yang amat-amat jarang dilakukan dengan tamu negaranya. Bahkan yang semula protokol menata acara pelepasan di ruang oval, Obama secara spontan mengubah rencana, mengantarkan Presiden Jokowi dan seluruh delegasi ke beranda White House melewati koridor pribadinya yang biasanya tidak dilewati tamu. Koridor pribadi adalah jalan penghubung antara rumah tinggal dengan kantornya di White House.

Yang terpenting, bila orang berharap pada hasil nyata kunjungan ini, mereka seharusnya menghargai angka-angka ini. 14 Business Deal ditandatangani, termasuk 11 bidang energi. Investasi US$ 3,5 miliar disepakati. US$ 17 miliar transaksi bisnis ditandatangani. 

250 lebih pemimpin bisnis Amerika, terutama investor yang sudah sangat lama berada di Indonesia hadir dalam gala dinner yang hangat. 150 pemimpin bisnis hadir dalam business summit. Tak kurang dari 15 pertemuan "padat berisi" dilakukan oleh Presiden dan delegasinya.

Di San Fransisco, meski presiden memutuskan akan kembali lebih cepat, dikirim empat Menteri untuk melanjutkan kunjungan kerjanya. Sejumlah business deal di bidang digital ekonomi dikomandani Pak Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) terus akan dijalankan, dan akan membawa Republik Indonesia to the next step dalam bidang digital ekonomi.

Presiden Jokowi adalah presiden sederhana, cepat, efisien, dan fungsional. Hasil-hasil nyata yang memberi manfaat bagi rakyat lebih bermakna dari pada upacara kebesaran yang memabukkan, tapi kosong esensi. 

Dalam salah satu pidato singkat di Gala Diner semalam, dengan manis Presiden mengapresiasi karya-karya Steve Jobs yang amat user friendly dan penuh pesan simplicity. Di ujung pidato Presiden menutup dengan kata "Kesederhanaan adalah refleksi dari kecerdasan. Hanya orang cerdas seperti Steve Jobs yang mampu membuat hal rumit menjadi sederhana"

Washington DC, 27 Oktober 2015

Sudirman Said

Sabtu, 24 Oktober 2015

Forum Dialog HIPMI: "Menteri Perdagangan Thomas Lembong: Di Masa Lesu justru Akan Muncul Pengusaha Baru"


http://www.kemendag.go.id/m/id/videos/2015/10/08/mendag-menjadi-narasumber-dalam-forum-dialog-hipmi



Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin dan Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas T. Lembong kumpul bersama para pengusaha muda untuk membahas ekonomi diantaranya Bahlil Lahadalia (Ketua Umum BPP HIPMI), Hendy Setiono (Kebab Turki Baba Rafi), Frans Budi Pranata (Direktur Zalora) dan Jesayas Ferdinandus (Head of Go Food by Go-Jek) Ian Dafy Fachry (Direktur PT Sarana Penida), dan dimoderatori oleh Ardantya Syahreza (CEO MKI Group)

Pada dialog yang diadakan di Menara Bidakara, Mendag Lembong sempat mengungkapkan biasanya saat ekonomi lesu, muncul para pengusaha-pengusaha baru dan dia berjanji akan memangkas birokrasi yang ada sekarang.

"Tidak perlu ada birokrasi yang berbelit, sehingga mempersulit dunia usaha. Kami akan mempercepat, kami siap memangkas," paparnya di depan 150 peserta dialog, Kamis (8/10).

Lembong mengakui, alur birokrasi kerap berbelit-belit sehingga memperlambat penyelesaian persoalan yang dihadapi pengusaha. Dirinya menyatakan pemerintah bersama Kementerian Perdagangan sudah membahas masalah ini.

"Kita ingin membuat peraturan baru. Sebetulnya ini bukan hal yang rahasia semua orang sudah banyak yang tahu perizinan usaha di Indonesia sangat sulit," katanya.

Di tempat yang sama, Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan paket kebijakan III yang baru dikeluarkan dapat mendorong daya saing karena dapat menurunkan biaya produksi.

"Memang selama ini dunia industri menginginkan industri kita bisa punya daya saing yang kuat dan salah satunya biaya produksinya bisa bersaing dengan negara tetangga. Maka kita menurunkan biaya produksi dan kita berharap agar ini bisa turun," ujar Saleh Husin.

Paket kebijakan III, ujar Menperin, diarahkan untuk meningkatkan produksi dan menurunkan ongkos produksi, yakni dengan menurunkan harga solar dan listrik untuk industri. Ketua Bidang Perdagangan, Perindustrian dan BUMN Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Ian Dafy Fachry menambahkan paket kebijakan III, khususnya insentif listrik, membantu pelaku industri.

"Penurunan harga BBM solar Rp200 memang membantu dalam dunia industri, kita tidak pungkiri, terutama untuk transportasi. Kalau solar turun, dampaknya tidak langsung, kalau TDL langsung," ujar Direktur PT. Sarana Penida.

Pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan di bidang listrik untuk industri yang dikemas dalam paket ekonomi III, yakni penurunan tarif listrik secara adjustment dengan dihitungkan dari ICP, kurs, dan inflasi, diskon 30 persen bagi penggunaan listrik di beban yang bergerak dari pukul 23.00-08.00 serta kebijakan pembayaran tunggakan listrik F0 persen di tahun yang 
sama sementara 40 persen dibayarkan pada bulan ke-13 dengan dicicil.

- See more at: http://www.beritaasatu.com/2015/10/09/ekonomi-lesu-muncul-pengusaha-baru-lembong-janjikan-pangkas-birokrasi-yang-berbelit/#.dpuf

Acara ini terbuka untuk umum dan gratis, dalam Paparannya Bpk. Thomas Lembong mengatakan bahwa dalam dekade ini perlu kreatifitas, imajinasi Pengusaha Muda dan di perlukan Jiwa pengusaha (Enterpreneship). Perlu bibit-bibit pengusaha muda agar menjadi pengusaha yang sukses. 

Kebijakan regulasi yang berbelit-belit dan lama, ini yang masih di temukan di kementeria Perdagangan. Sektor yang disiapkan Pemerintah ke depan, mempermudah persyarataan untuk berwiswasta.

Banyak aturan aturan / Birokrasi yang di buat penyebab ketidakpercayaan pemerintah kepada Pengusaha (Agar pengusaha jangan mencari keuntungan dengan berbuat curang). Mengenai adanya industri asing, ada Standard Kompentensi Tenaga Kerja (SKTM). 

Tahun ini di harapkan 3000 orang dan di bidang Kimia (al; Petrokmia) sebanyak 400 orang. Yang dimulai dari tahun 2013 hingga 2016. Pengolahan ikan dan buah-buahan sudah cukup baik. Pemerintah juga sedang mempersiapkan Paket CP otk Pusat Logistik Berikat Bea Masuk Import di bebaskan dan prosedur administrasi di permudah. Juga di berikan fasilitas pinjaman yang mudah dan bunga yang ringan. (Janri G)

- See more at: http://koranburuh.com/index.php/ekonomi/item/1077-hipmi-optimis-meski-perlambatan-ekonomi#sthash.tx7b65h3.dpuf

JAKARTA- Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian meminta para pengusaha muda harus kreatif mencari peluang usaha di tengah pelemahan ekonomi saat ini.

"Untuk itu Kementerian Perindustrian akan terus mendorong para pengusaha (HIPMI) untuk berkontribusi terhadap peningkatan daya saing,"kata Menteri Perindustrian, Saleh Husin, dalam Forum Dialog Hipmi ke-31 dengan tema Ditengah Lesunya Perekonomian Indonesia, Masih Adakah Peluang Usaha dan Solusinya di Kantor Hipmi, Jakarta, Kamis (08/10).

Pemerintah menelorkan banyak program pemberdayaan masyarakat yang dapat dilakukan bersama, pelatihan dan pendampingan masyarakat, penemuan wirausaha baru yang berdaya saing, dan program pembangunan lainnya dalam mensejahterakan masyarakat.

Saleh mengemukakan, pemerintah setiap hari selalu mengeluarkan kebijakan agar pengusaha lebih bergairah.

Seperti program pemberdayaan masyarakat yang dapat dilakukan bersama, pelatihan dan pendampingan masyarakat, penemuan wirausaha baru yang berdaya saing, dan program pembangunan lainnya dalam mensejahterakan masyarakat.

Dia berharap melalui paket kebijakan tersebut industri dalam negeri dapat menjadi pemimpin di Asean, yang pada akhirnya diharapkan pertumbuhan industri dapat di atas 6 persen.

Pada kesempatan yang sama Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong atau lebih dikenal Tom Lembong merasa senang dan antusias bahwa dirinya dapat berkumpul kembali dengan para pengusaha muda Indonesia. 

"Sampai tujuh minggu lalu saya masih pengusaha muda. Jadi, mungkin sambutan yang paling cocok buat saya welcome home. Saya senang sekali merasa pulang kampung," ujar Tom berseloroh.

Dia menilai lesunya ekonomi saat ini justru akan menjadi kesempatan tumbuhnya pengusaha dan pelaku bisnis baru yang kemudian akan menanam hasilnya saat ekonomi membaik.

"Bibit-bibit sukses seringkali di tanam saat sedang berada dalam situasi rendah-rendahnya kondisi ekonomi. Itu keberanian luar biasa pada saat moment sedang gelap-gelapnya," jelas Tom.
 
Sementara itu Ketua Umum HIPMI Bahlil Lahadalia menyatakan keyakinannya bahwa kondisi ekonomi nasional akan pulih walau saat ini sedang lesu. 

"Namun, Hipmi yakin dengan optimisme dan kerja keras akan menjadi kunci untuk mewujudkan kebangkitan pengusaha bersama," pungkas Bahlil. 

Selain kedua menteri tersebut, hadir pula Pada acara ini, hadir pula sebagai pembicara lainnya; Hendi Setiono pendiri Baba Rafi, Budi Frans Budi Pranata sebagai CFO ZALORA, Jesayas Fernaditus selaku Head of Go-Food by Go-Jek, serta Ian Dafy fachry sebagai Direktur PT.Sarana Penida & Ketua BPP HIPMI, dengan Moderator Ardantya Syahreza (CEO MKI Group).(rp/net) - 

See more at: http://www.satunews.com/read/ekonomi/22367/2015/10/09/ekonomi-lesu--pemerintah-minta-pengusaha-harus-kreatif-html#sthash.YccsU2w3.dpuf