Selasa, 27 Oktober 2015

Kesederhanaan Presiden Joko Widodo pada Kunjungan Luar Negeri ke Amerika Serikat 25-27 Oktober 2015

http://m.detik.com/finance/read/2015/10/27/180232/3054898/1034/catatan-menteri-esdm-soal-kunjungan-jokowi-ke-as

Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat (AS), salah satunya bertemu Presiden AS Barack Obama di Gedung Putih, Washington. Dalam kunjungan tersebut, Jokowi mengajak beberapa menteri, salah satunya Menteri ESDM Sudirman Said.

Selama di AS, Sudirman Said aktif mendampingi Jokowi dalam setiap pertemuan. Ia mengisahkan setiap pertemuan Jokowi dalam sebuah catatan kecil. Berikut catatan Sudirman Said yang dikutip, detikFinance, Selasa (27/10/2015).

Jika orang berharap pada upacara kebesaran, mereka akan kecewa. Kalau yang ditunggu adalah diplomasi basa basi tingkat tinggi, mereka akan kecewa juga. 

Kalau penghormatan diterjemahkan dengan besarnya bendera, lebarnya karpet merah, dan tingginya pangkat pejabat yang menjemput, mereka akan terus bertanya "Kok Presiden saya kurang dihormati?"

Semua upacara penjemputan berlangsung sederhana, cepat, efisien, dan fungsional. Dan Presiden Jokowi adalah presiden yang sederhana, cepat, efisien, dan fungsional. 

Pada suatu kesempatan di Abu Dhabi, Presiden Jokowi dijemput oleh Pemimpinnya disetiri sendiri, bicara hanya berdua, dan diajak ke tempat jamuan makan kenegaraan, di restoran Jepang, bukan private room pula, dan Presiden kita happy saja.

Di kesempatan lain, saya ikut rangkaian kegiatan kunjungan kerja menyusuri Jawa bagian barat sampai Sumatera. Para Menteri tidak dibawa seluruhnya dari satu lokasi ke lokasi lainnya, melainkan diminta bergiliran mendampingi tergantung urusannya. 

Menteri yang sudah selesai urusannya, diminta kembali ke Jakarta. Dan Menteri yang hanya berurusan di satu titik diminta menyusul tanpa harus 'repot' mengikuti seluruh rangkaian acara. 

Perjalanan Presiden selalu dengan rombongan 'ramping', efisien, dan seperlunya.

Kembali ke kunjungan ke AS, bila yang diharapkan adalah diskusi mendalam pimpinan kedua negara, kunjungan ini sukses besar. Semua aspek strategis dibicarakan dengan hangat dan terbuka, mulai dari investasi, ekonomi, energi bersih, perubahan iklim, terorisme, dan demokrasi hingga urusan kesehatan rakyat. 

Jika penghormatan diterjemahkan dengan saling respek, maka kehadiran Presiden Jokowi menuai respek amat besar. Hal-hal yang sensitif dan pemerintah Indonesia meminta tidak disentuh, pemerintah AS mengikutinya.

Sebagai contoh Freeport dan Kasus Bioremediasi Chevron, tidak ada pembicaraan itu sama sekali di semua sesi pertemuan, baik dengan pemerintah maupun bisnis. 

Respek juga terlihat ketika selesai pembicaraan resmi kedua pemimpin negara, Presiden Obama mengajak Presiden Jokowi keliling Gedung Putih, bahkan diajak singgah ke area housing tempat tinggal keluarganya.

Sesuatu yang amat-amat jarang dilakukan dengan tamu negaranya. Bahkan yang semula protokol menata acara pelepasan di ruang oval, Obama secara spontan mengubah rencana, mengantarkan Presiden Jokowi dan seluruh delegasi ke beranda White House melewati koridor pribadinya yang biasanya tidak dilewati tamu. Koridor pribadi adalah jalan penghubung antara rumah tinggal dengan kantornya di White House.

Yang terpenting, bila orang berharap pada hasil nyata kunjungan ini, mereka seharusnya menghargai angka-angka ini. 14 Business Deal ditandatangani, termasuk 11 bidang energi. Investasi US$ 3,5 miliar disepakati. US$ 17 miliar transaksi bisnis ditandatangani. 

250 lebih pemimpin bisnis Amerika, terutama investor yang sudah sangat lama berada di Indonesia hadir dalam gala dinner yang hangat. 150 pemimpin bisnis hadir dalam business summit. Tak kurang dari 15 pertemuan "padat berisi" dilakukan oleh Presiden dan delegasinya.

Di San Fransisco, meski presiden memutuskan akan kembali lebih cepat, dikirim empat Menteri untuk melanjutkan kunjungan kerjanya. Sejumlah business deal di bidang digital ekonomi dikomandani Pak Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) terus akan dijalankan, dan akan membawa Republik Indonesia to the next step dalam bidang digital ekonomi.

Presiden Jokowi adalah presiden sederhana, cepat, efisien, dan fungsional. Hasil-hasil nyata yang memberi manfaat bagi rakyat lebih bermakna dari pada upacara kebesaran yang memabukkan, tapi kosong esensi. 

Dalam salah satu pidato singkat di Gala Diner semalam, dengan manis Presiden mengapresiasi karya-karya Steve Jobs yang amat user friendly dan penuh pesan simplicity. Di ujung pidato Presiden menutup dengan kata "Kesederhanaan adalah refleksi dari kecerdasan. Hanya orang cerdas seperti Steve Jobs yang mampu membuat hal rumit menjadi sederhana"

Washington DC, 27 Oktober 2015

Sudirman Said

Tidak ada komentar:

Posting Komentar