Rabu, 30 Desember 2015

Research Flow Chart

[Tips for Writing Your Research Proposal]

1. Know yourself: Know your area of expertise, what are your strengths and what are your weaknesses. Play to your strengths, not to your weaknesses. If you want to get into a new area of research, learn something about the area before you write a proposal. Research previous work. Be a scholar.
.
2. Know the program from which you seek support: You are responsible for finding the appropriate program for support of your research.
.
3. Read the program announcement: Programs and special activities have specific goals and specific requirements. If you don’t meet those goals and requirements, you have thrown out your chance of success. Read the announcement for what it says, not for what you want it to say. If your research does not fit easily within the scope of the topic areas outlined, your chance of success is nil.
.
4. Formulate an appropriate research objective: A research proposal is a proposal to conduct research, not to conduct development or design or some other activity. Research is a methodical process of building upon previous knowledge to derive or discover new knowledge, that is, something that isn’t known before the research is conducted.
.
5. Develop a viable research plan: A viable research plan is a plan to accomplish your research objective that has a non-zero probability of success. The focus of the plan must be to accomplish the research objective.
.
6. State your research objective clearly in your proposal: A good research proposal includes a clear statement of the research objective. Early in the proposal is better than later in the proposal. The first sentence of the proposal is a good place. A good first sentence might be, “The research objective of this proposal is...” Do not use the word “develop” in the statement of your research objective.
.
7. Frame your project around the work of others: Remember that research builds on the extant knowledge base, that is, upon the work of others. Be sure to frame your project appropriately, acknowledging the current limits of knowledge and making clear your contribution to the extension of these limits. Be sure that you include references to the extant work of others.
.
8. Grammar and spelling count: Proposals are not graded on grammar. But if the grammar is not perfect, the result is ambiguities left to the reviewer to resolve. Ambiguities make the proposal difficult to read and often impossible to understand, and often result in low ratings. Be sure your grammar is perfect.
.
9. Format and brevity are important: Do not feel that your proposal is rated based on its weight. Use 12-point fonts, use easily legible fonts, and use generous margins. Take pity on the reviewers. Make your proposal a pleasant reading experience that puts important concepts up front and makes them clear. Use figures appropriately to make and clarify points, but not as filler.
.
10. Know the review process: Know how your proposal will be reviewed before you write it. Proposals that are reviewed by panels must be written to a broader audience than proposals that will be reviewed by mail. Mail review can seek out reviewers with very specific expertise in very narrow disciplines.
.
11. Proof read your proposal before it is sent: Many proposals are sent out with idiotic mistakes, omissions, and errors of all sorts. Proposals have been submitted with the list of references omitted and with the references not referred to. Proposals have been submitted to the wrong program. Proposals have been submitted with misspellings in the title. These proposals were not successful. Stupid things like this kill a proposal. It is easy to catch them with a simple, but careful, proof reading. Don’t spend six or eight weeks writing a proposal just to kill it with stupid mistakes that are easily prevented.
.
12. Submit your proposal on time: Duh? Why work for two months on a proposal just to have it disqualified for being late? Remember, fairness dictates that proposal submission rules must apply to everyone. It is not up to the discretion of the program officer to grant you dispensation on deadlines. Get your proposal in two or three days before the deadline.

JOKOWI and Indonesia Achievement

Prestasi 1 tahun Jokowi vs Prestasi 10 tahun Sby. (Sumber Ahmed Isa)

PRESTASI SBY
1. Infrastruktur mangkrak sebesar Rp.146.triliun yg terbengkalai pelaksanaan nya sampai dia lengser
2. Meninggalkan Hutang sebesar Rp.3.150.triliun
3. Meninggalkan Defisit anggaran untuk negara sebesar Rp.160.triliun sewaktu dia lengser bulan Oktober 2014
4. Kasus pengungsi Sinabung yg tidak kunjung selesai sampai dia lengser bulan Oktober 2014
5. Import semua bahan makanan dari mulai Beras sampai Garam, sehingga mematikan hidupnya petani petani lokal
6. Menghambat pembangunan Kilang Minyak baru, sehingga Indonesia selalu tergantung kepada Asing dalam pengadaan BBM serta menyuburkan praktek Mafia Migas
7. Dalam waktu satu tahun telah  dijual 44 BUMN kepada Asing , hasil penjualan nya tidak jelas
8. Meninggalkan Proyek mangkrak pusat olah raga Hambalang yg duit proyek nya di korupsi sebesar Rp.3.2.triliun
9. Terbongkar hasil audit forensik dari auditor International Kordha Mentha terhadap PETRAL ada grup kuasai Rp.250.Triliun periode 2012-2014, terjadi di era SBY.  Bagaimana periode 2004-2012, berapa ribu triliun uang yang di rampok oleh Grup yang menguasai kontrak supply minyak yang mengendalikan PETRAL
10. Hasil audit BPK tahun 2014 , kerugian negara sebesar Rp.6.7.triliun dari sekitar 146 BUMN dalam 5.999 kasus selama Sepuluh tahun pemerintahan SBY

PRESTASI JOKOWI

1. Membubarkan PETRAL yg bisa hemat anggaran sebesar Rp.250.miliar/hari
2. Mencabut subsidi BBM , sehingga dana nya dapat digunakan untuk berbagai hal yg produktif
3. Meresmikan pembuatan jalan toll Trans Sumatera tahap I dari Lampung-Palembang-Indralaya
4. Meresmikan dimulainya pembangunan PLTU Batang, Jawa Tengah dengan Kapasitas 2.000.MW yang mangkrak selama empat tahun
5. Dimulainya pengairan Waduk Jatigede, Sumedang yg berfungsi untuk mengendalikan banjir di Indramayu , pengairan sawah sawah di Jawa Barat serta pembangunan PLTA dgn kapasitas 110.MW
6. Pada Tanggal 09-09-15, dimulainya pembangunan jalur LRT jurusan Cibubur-Cawang dan Bekasi Timur-Cawang
7. Pada Tanggal 21-09-15, peresmian dioperasikan nya Bor Raksasa untuk membuat terowongan dalam tanah guna jalur MRT trayek Lebak Bulus-Kebayoran Baru-Senayan-Bundaran Hotel Indonesia
8. Pemerintahan Jokowi menggelontorkan dana sebesar Rp.16.triliun untuk membangun infrastruktur di perbatasan Kalimantan dari Kalimantan Utara sampai Kalimantan Barat berikut pembangunan Kota Kota baru yg berdekatan dengan negara tetangga.
9. Pembangunan Pelabuhan Laut dalam di Papua : Sorong, Manokwari, Jayapura dan Merauke , serta infrastruktur pembuatan jalan jalan lebar ber aspal yg menghubungkan kota kota di Papua.
10. Perusahaan Saudi Arabia ARAMCO akan membangun Kilang Minyak serta Storage BBM di Indonesia senilai Rp.140.triliun yg selama ini pembangunan Kilang Minyak tidak pernah terwujud sejak era Soeharto
11. Pemerintahan Jokowi mencicil sebagian hutang  sebesar Rp.237,9 Triliun dalam kurun waktu 8 bulan, hutang warisan yg dibuat SBY dibayar oleh Jokowi
12. Indonesia urutan ke 2 kuasai pangsa pasar Udang di Amerika Serikat ( 9-9-15. Jawa Pos )
13. Dengan beroperasinya pada bln Nopember 2015 ini unit RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) di Cilacap Jateng dan Kilang TPPI (Trans Pacific Petroleum Indonesia) di Tuban Jatim, maka Import BBM Premium bisa berkurang 30% atau Negara bisa hemat Rp.150.M/hari, atau setara dgn 100.ribu Barrel per hari
14. Kasus Lumpur Lapindo yg selama 8 tahun tidak selesai di era SBY, oleh Jokowi hanya dalam kurun waktu 8 bulan rampung ganti rugi semuanya diterima warga Sidoardjo
15. ADB memprediksi Ekonomi Indonesia akan tumbuh tahun ini dari 4.9.% menjadi 5.4.% pada tahun 2016
16. Komite Explorasi Nasional (KEN) yang dibentuk pemerintah Jokowi pada tgl.12-Juni-2015 telah menemukan cadangan Minyak dan Gas di Indonesia Timur sebesar 5.2.miliar barrel atau untuk Minyak sebanyak 2.7.miliar barrel dan untuk Gas14.TCF Gas
17. Pemerintah targetkan pekerjaan Tol Trans Papua dirancang sepanjang 4.320.Km (Sorong-Manokwari-Wamena-Jayapura-Merauke) (Timika-Oksibil) tersambung pada tahun 2018 ( info : Men PUPR Berita Satu TV-14.10.15 )
18. Satu tahun Jokowi memimpin sudah membuat jalan Tol sepanjang 132.35. Km
19. Fakta dari Walhi dan ex-pembakar hutan dari Sumsel, mereka menyatakan bahwa pembakaran hutan sudah berlangsung sejak tahun 2005 dan berkolaborasi antara perusahaan perambah hutan dengan pejabat setempat (Bupati & Gubernur) di provinsi Sumsel, Jambi dan Riau. Kenapa baru di era Jokowi kejadian ini di expose ke media.? Sanksi pidana dan perdata sebesar Rp.7.Triliun dijatuhkan oleh Jokowi kepada perusahaan pembakar hutan, sanksi ini baru pertama kali terjadi ( Mata Najwa : Metro TV tgl.14-10-15 )
20. Perdagangan RI surplus US.$.7.13.M setara Rp.95.triliun kumulatif dari Januari 2015 sampai September 2015
21. Jokowi Presiden pertama yg menolak kontrak Freeport diperpanjang demi Indonesia makmur, evaluasi nya setelah tahun 2019
22. Jokowi menyatakan perang terhadap barang barang  import illegal , Zero tolerant untuk kriminal, info : setkab.go.id
23. Izin investasi untuk para investor yg ingin menanamkan modalnya di Indonesia di era SBY harus menunggu sampai 2 tahun (536.hari) Tetapi di era Jokowi urus Izin Investasi cukup dengan 3 jam
24. Presiden Jokowi mengeluarkan Perpres No.115 thn 2015 untuk Kementrian KP yg isinya menyatakan tidak perlu ke Pengadilan lagi jika Satgas Pemberantasan Illegal Fishing  yg dibantu Russia menangkap Kapal Asing Pencuri Ikan bisa langsung di eksekusi  dan tenggelamkan
25. Dalam kurun waktu 9 bulan Jokowi bisa membayar sebagian hutang warisan peninggalan SBY sebesar Rp.293.triliun
26. Sejarah baru Indonesia, dalam waktu 9 bulan Investasi masuk Rp.400.triliun, Jokowi memang ber keinginan kuat untuk membuat Indonesia sejahtera
27. Mulai beroperasinya 6 rute Tol Laut Jokowi dari :
Tanjung Priok - Papua.
Tnjng Priok - Natuna.
Tanjung Perak - ke seluruh pelabuhan di NTT dan seluruh pelabuhan di Maluku serta seluruh pelabuhan di Papua dan Papua Barat
28. Indonesia export perdana Beras organik produksi Kab.Tasikmalaya ke Italia sebanyak 134.ton dengan harga Euro.€. 6./kg. In Syaa Allah tahun depan Indonesia bisa swa sembada pangan (Info : Mentan Amran Sulaiman Tgl.2-11-15)
29. Dalam satu tahun pemerintahan Jokowi sedang proses pekerjaan pembangunan 15 Bandara baru di wilayah terluar Indonesia, diantaranya Bandara di Miangas, Manokwari, Berau, Tual, Palu, Maumere, Tarakan, Aceh Tengah, Wakatobi , dll
30. Prestasi lain nya dari pemerintahan Jokowi selama satu tahun yaitu dapat menurunkan Import Premium sebesar 37.% dari 378.5.ribu Barrel Per Hari turun jadi 236.ribu BPH. Begitu juga dengan Solar import nya turun sebesar 84.% dari semula  yg sebesar 121.3.ribu BPH turun jadi 20.ribu BPH
31. Kedatangan Presiden Italia menemui Pak Jokowi Tgl.9-11-15 untuk menandatangani kontrak investasi sebesar USD.1,055.M. atau setara Rp.1400.triliun dalam bidang Logistik, Industri Kulit, Industri Otomotif, Energi Terbarukan, Pariwisata, Infrastruktur, Fashion, dan Furniture
32. Didepan para Kepala Negara KTT.G.20 di Turki, Presiden Jokowi nyatakan bahwa sebaiknya dunia termasuk Indonesia harus melepaskan ketergantungan terhadap  $.US dollar. Untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia disupport China dengan Currency Swap Yuan.
33. Presiden Jokowi resmikan pabrik Pupuk terbesar di Asia Tenggara Pupuk Kaltim 5 Bontang dengan kapasitas produksi Ammonia 825.000.Ton per tahun dan produksi Urea 1.155.000.Ton per tahun, serta dimulainya pembuatan jalur Kereta Api Trans Borneo
34. Keputusan besar telah diambil Presiden Jokowi, yaitu tidak lagi memperpanjang kontrak Freeport yg telah 45 tahun menggali Emas di Papua. Cadangan Emas dan Mineral lain nya kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi di tangan Presiden Jokowi
35. Presiden Jokowi hari ini Tgl.25.Nopember.2015 meresmikan pembuatan jalur rel kereta cepat Makassar-Pare Pare, diharapkan tahun 2019 sudah bisa beroperasi Kereta Api Trans Sulawesi dari Manado ke Makassar, proyek ini sudah di canangkan sejak 60 tahun lalu.

Selasa, 29 Desember 2015

ARDANTYA SYAHREZA is ENTP

 

ENTP PERSONALITY (“THE DEBATER”)

Follow the path of the unsafe, independent thinker. Expose your ideas to the dangers of controversy. Speak your mind and fear less the label of 'crack-pot' than the stigma of conformity. And on issues that seem important to you, stand up and be counted at any cost.

Thomas J. Watson

The ENTP personality type is the ultimate devil's advocate, thriving on the process of shredding arguments and beliefs and letting the ribbons drift in the wind for all to see. Unlike their more determined Judging (J) counterparts, ENTPs don't do this because they are trying to achieve some deeper purpose or strategic goal, but for the simple reason that it's fun. No one loves the process of mental sparring more than ENTPs, as it gives them a chance to exercise their effortlessly quick wit, broad accumulated knowledge base, and capacity for connecting disparate ideas to prove their points.

An odd juxtaposition arises with ENTPs, as they are uncompromisingly honest, but will argue tirelessly for something they don't actually believe in, stepping into another's shoes to argue a truth from another perspective.

Playing the devil's advocate helps people with the ENTP personality type to not only develop a better sense of others' reasoning, but a better understanding of opposing ideas – since ENTPs are the ones arguing them.

This tactic shouldn't be confused with the sort of mutual understanding Diplomats (NF) seek – ENTPs, like all Analyst (NT) personality types, are on a constant quest for knowledge, and what better way to gain it than to attack and defend an idea, from every angle, from every side?

There Are no Rules Here – We're Trying to Accomplish Something!

Taking a certain pleasure in being the underdog, ENTPs enjoy the mental exercise found in questioning the prevailing mode of thought, making them irreplaceable in reworking existing systems or shaking things up and pushing them in clever new directions.

However, they'll be miserable managing the day-to-day mechanics of actually implementing their suggestions. ENTP personalities love to brainstorm and think big, but they will avoid getting caught doing the "grunt work" at all costs. ENTPs only make up about three percent of the population, which is just right, as it lets them create original ideas, then step back to let more numerous and fastidious personalities handle the logistics of implementation and maintenance.

ENTPs' capacity for debate can be a vexing one – while often appreciated when it's called for, it can fall painfully flat when they step on others' toes by say, openly questioning their boss in a meeting, or picking apart everything their significant other says. This is further complicated by ENTPs' unyielding honesty, as this type doesn't mince words and cares little about being seen as sensitive or compassionate. Likeminded types get along well enough with people with the ENTP personality type, but more sensitive types, and society in general, are often conflict-averse, preferring feelings, comfort, and even white lies over unpleasant truths and hard rationality.

This frustrates ENTPs, and they find that their quarrelsome fun burns many bridges, oftentimes inadvertently, as they plow through others' thresholds for having their beliefs questioned and their feelings brushed aside. Treating others as they'd be treated, ENTPs have little tolerance for being coddled, and dislike when people beat around the bush, especially when asking a favor. ENTP personalities find themselves respected for their vision, confidence, knowledge, and keen sense of humor, but often struggle to utilize these qualities as the basis for deeper friendships and romantic relationships.

Opportunity Is Missed Because It Looks Like Hard Work

ENTPs have a longer road than most in harnessing their natural abilities – their intellectual independence and free-form vision are tremendously valuable when they're in charge, or at least have the ear of someone who is, but getting there can take a level of follow-through that ENTPs struggle with.

Once they've secured such a position, ENTPs need to remember that for their ideas to come to fruition, they will always depend on others to assemble the pieces – if they've spent more time "winning" arguments than they have building consensus, many ENTPs will find they simply don't have the support necessary to be successful. Playing devil's advocate so well, people with this personality type may find that the most complex and rewarding intellectual challenge is to understand a more sentimental perspective, and to argue consideration and compromise alongside logic and progress.

2. STRENGTHS & WEAKNESSES

ENTP STRENGTHS AND WEAKNESSES

ENTP Strengths

Knowledgeable – ENTPs rarely pass up a good opportunity to learn something new, especially abstract concepts. This information isn't usually absorbed for any planned purpose as with dedicated studying, people with the ENTP personality type just find it fascinating.

Quick Thinkers – ENTPs have tremendously flexible minds, and are able to shift from idea to idea without effort, drawing on their accumulated knowledge to prove their points, or their opponents', as they see fit.

Original – Having little attachment to tradition, ENTP personalities are able to discard existing systems and methods and pull together disparate ideas from their extensive knowledge base, with a little raw creativity to hold them together, to formulate bold new ideas. If presented with chronic, systemic problems and given rein to solve them, ENTPs respond with unabashed glee.

Excellent Brainstormers – Nothing is quite as enjoyable to ENTPs as analyzing problems from every angle to find the best solutions. Combining their knowledge and originality to splay out every aspect of the subject at hand, rejecting without remorse options that don't work and presenting ever more possibilities, ENTPs are irreplaceable in brainstorming sessions.

Charismatic – People with the ENTP personality type have a way with words and wit that others find intriguing. Their confidence, quick thought and ability to connect disparate ideas in novel ways create a style of communication that is charming, even entertaining, and informative at the same time.

Energetic – When given a chance to combine these traits to examine an interesting problem, ENTPs can be truly impressive in their enthusiasm and energy, having no qualms with putting in long days and nights to find a solution.

ENTP Weaknesses

Very Argumentative – If there's anything ENTPs enjoy, it's the mental exercise of debating an idea, and nothing is sacred. More consensus-oriented personality types rarely appreciate the vigor with which ENTP personalities tear down their beliefs and methods, leading to a great deal of tension.

Insensitive – Being so rational, ENTPs often misjudge others feelings and push their debates well past others' tolerance levels. People with this personality type don't really consider emotional points to be valid in such debates either, which magnifies the issue tremendously.

Intolerant – Unless people are able to back up their ideas in a round of mental sparring, ENTPs are likely to dismiss not just the ideas but the people themselves. Either a suggestion can stand up to rational scrutiny or it's not worth bothering with.

Can Find It Difficult to Focus – The same flexibility that allows ENTPs to come up with such original plans and ideas makes them readapt perfectly good ones far too often, or to even drop them entirely as the initial excitement wanes and newer thoughts come along. Boredom comes too easily for ENTPs, and fresh thoughts are the solution, though not always a helpful one.

Dislike Practical Matters – ENTPs are interested in what could be – malleable concepts like ideas and plans that can be adapted and debated. When it comes to hard details and day-to-day execution where creative flair isn't just unnecessary but actually counter-productive, ENTP personalities lose interest, often with the consequence of their plans never seeing the light of day.

3. ROMANTIC RELATIONSHIPS

ENTP RELATIONSHIPS

If there's one thing ENTPs are good at, it's coming up with a never-ending stream of innovations and ideas to keep things moving forward, and this is evident in their romantic relationships as well. For people with the ENTP personality type growth is key, and even before they've found a dating partner, they imagine all the ways that they can experience new things together, to grow in tandem. This can be an overwhelming process if their partner doesn't match up, but when ENTPs find someone who shares their love of intellectual exploration, watch out.

Show Me a Satisfied Man, and I'll Show You a Failure

From the earliest dates, ENTPs test their partners' limits for this kind of potential, pushing boundaries and traditions, looking for open-mindedness and spontaneity. Dating ENTP personalities is hardly a boring experience, and they make use of their enthusiasm and creativity by delighting and surprising their partners with new ideas and experiences.

ENTPs' idea of fun is often rooted in self-improvement, and people with this personality type bring their partners along the way, as much in a spirit of sharing as in a spirit of expectation. ENTPs see either growth or stagnation and don't buy into the idea of a happy status quo, making them demanding as much as they are exciting.

Some may tire in the face of this constant improvement – while ENTPs' vigor can be attractive, it can also wear down even the most patient partners. A little time to breathe and a chance to rest on one's laurels for a moment is necessary for many people, but not something ENTPs are likely to appreciate. However, if their unwavering enthusiasm is met in kind, it can lead to a magnificent relationship characterized by its strength, depth, and spark.

Genius Is One Percent Inspiration and Ninety-Nine Percent Perspiration

This is perhaps most evident as ENTPs' relationships progress into more intimate situations. All that exploratory curiosity and enthusiasm has a chance to be expressed in new ways when ENTPs and their partners come together, and they readily encourage their partners to try new things, to enjoy their intimacy without preconceived limitations.

For people with the ENTP personality type, this phase of their relationships is a chance to improve and develop in areas that are outside the realm of academia, though they approach it in much the same way – as a physical and intellectual process of striving towards excellence, rather than a spiritual or emotional expression of affection.

ENTPs' desire to improve in this department makes them fantastic partners when the relationship reaches that point, but their attitude towards this process is also evidence of their most glaring shortcoming – their emotional obliviousness. While ENTPs are more open-minded than other Analysts (NT) about others' perspectives, they are also more likely to express their disdain for such things as emotional sensitivity in cuttingly well-phrased and clear terms, easily hurting their partners' feelings without realizing it. ENTP personalities may even ignore their partners' feelings altogether, instead immersing themselves entirely in some distant idea or opportunity, inaccessible.

Where ENTPs' unwavering desire for self-improvement comes in most handy is in their emotional development, as they may actually be willing to work on areas such as sensitivity and emotional communication with their partners.

As with other Intuitive (N) types, ENTPs' best compatibility rests with other Intuitives, with one or two opposing traits which help to create both balance and opportunities for growth. If they are with a more sensitive partner, this can be an excellent way for them to find another quality that they can work on together, making this weakness yet another opportunity to be creative, challenge themselves, and to deepen the attractiveness that this sense of progression brings to their relationships.

4. FRIENDSHIPS

ENTP FRIENDS

Loyalty, support, emotional feedback – these are not what ENTPs look for in their friendships. The last thing people with the ENTP personality type want to hear is "you're right", not unless they have absolutely earned the distinction in a heated round of intellectual debate. If they're wrong, ENTPs want to be told so, and they want every detail of the faults in their logic to be laid bare, partly in their quest for oftentimes arbitrary truth, and partly just so they have to work to defend that logic with counterpoint and parry.

It's often easy for ENTPs to test compatibility with a potential friend – they just need to test combatability. ENTP personalities are quick-witted, and their primary means of expressing this is in the form of arguments and discussions, where they will easily spend an entire evening debating an idea they may not even believe in.

The epitome of ENTPs' friendships is when someone can hold their ground in these arbitrary debates with valid, rational arguments.

These debates are never taken personally, no matter how heated they become or how striking the disagreement. Much as an athlete competes for the physical exertion and the spirit of competition itself, ENTPs debate for the sake intellectual stimulation and for the debate itself, and even in overwhelming victory or crushing defeat, it's never about dominance, only inspiration to try harder next time.

When You Play, Play Hard

They know how to relax and have fun too, it's just that "fun" to ENTPs – a bottle of wine and a discussion about the causes of and solutions to the European Debt Crisis – could be described as "an evening from hell" by many Observant (S) and Feeling (F) types. But ENTPs are a genial and enthusiastic personality type for the most part, and pretty much any situation that allows for conversation and a little wordplay is an enjoyable outing.

ENTPs are actually remarkably good at communicating with friends and acquaintances of other personality types. Their natural tendency to argue as effectively as possible means that ENTPs are accustomed to communicating in other people's language and frame of reference, and this translates well into normal conversation. Where people with the ENTP personality type do have difficulty relating to others is in emotional expression, the Achilles' heel of all Analyst (NT) types.

The Worst Thinking Has Been Done in Turmoil

Being inclined to suppress their emotions and feelings, when ENTPs are faced with a friend who, figuratively or literally, needs a shoulder to cry on, they have no clue how to handle the situation. They are perfectly willing and happy to offer a series of rational, reasonable solutions to the problem at hand, as ENTPs do for any situation where a problem needs to be fixed, but they are certainly not known for their sensitivity or outward affection, no matter how intuitively they may understand another's position.

Worse is when ENTP personalities try to turn these emotional situations into something they find more comfortable: a debate. Given how remarkably good ENTPs are at debating both sides of a point, they are remarkably bad at putting themselves in someone else's shoes from an emotional standpoint. ENTPs should avoid at all costs the temptation to turn a discussion about the causes of a friend's recent breakup into competitive intellectual fodder.

So long as everyone understands not to take their words too personally, anyone who isn't afraid to discuss new ideas – and have them converted into so much confetti – is likely to find stimulating and thought-provoking friends in ENTPs. It's not a compatibility that clicks with everyone, but ENTPs don't really care about being liked by everyone anyways. As long as they get to alternate between being the sounding board and the megaphone, ENTPs and their friends are bound to enjoy each other's company for a long, long time.

5. PARENTHOOD

ENTP PARENTS

One might think that the blustery and flighty nature of ENTPs would make parenting a particular challenge for them, and in many ways, they'd be right. However, one thing people with the ENTP personality type love more than just about anything is a good challenge, a problem to fix, even if it comes to addressing their own weaknesses. ENTPs take their roles as parents seriously, and they are bound to be affected profoundly by this development in their lives – if anyone is able to take an outside influence, like their children, and use that influence to address their own faults, it is ENTPs.

Be Brave, Have Faith, Go Forward!

From the beginning ENTPs' distaste for rules and regulations is evident, and they are likely to give their young children the freedom necessary to explore on their own. Independence is one of ENTPs' greatest needs, and they feel that no person is complete without an independent mind.

ENTP personalities create relaxed, unorthodox environments for their children, founded on enthusiasm and the joy of discovery through the development of reason, not heavily structured settings designed merely to be safe.

As their children grow and develop, ENTPs encourage them to think independently and voice objections, opinions and alternatives. But unlike Diplomat (NF) parents, who encourage their children to express their thoughts in terms of feelings and needs, ENTPs teach their children to approach these options from a position of impartiality and logic, to state what is more effective rather than what would make them feel good. As in other relationships, this quality of emotional inaccessibility is where ENTPs struggle.

As their children grow into adolescence and learn to find a balance in healthy emotional expression, people with the ENTP personality type may find themselves exasperated. While always up for a good debate on just about any subject, ENTPs often need their partners' help in managing more emotional outbursts and arguments. ENTPs are more able than most, but even they have their limits and rules when it comes to vocal conflict.

There's a Way to Do It Better – Find It.

Luckily, ENTP personalities recognize what's at stake: they want their children to grow into smart, independent, honest adults. To convey those values, ENTPs know that they need, like with any other debate, to communicate in terms that are accessible to all sides. If that means learning how to use the tools of emotional expression and appeals, and in so doing becoming more emotionally expressive in real, personal terms as well, so be it.

6. CAREER PATHS

ENTP CAREERS

In the world of careers, ENTPs have the benefit of being naturally engaged and interested in being productive and helpful. But rather than the sort of people-oriented helpfulness that Diplomats (NF) bring to the table, ENTP personalities are focused on developing solutions to interesting and diverse technical and intellectual problems. ENTPs are a versatile personality type, and while it may take time for them to get to a point where they can fully utilize their skillset and qualities, they are likely to find that those qualities translate well into pretty much any career that so much as piques their interest.

If there's anything ENTPs love, it's flexing their mental muscles, and any environment that lets them devise new approaches, new ideas and new projects, that allows them to push the limits of their creativity, will benefit strongly from what ENTPs bring to the table.

Not every career allows this level of unbridled brainpower, but there are those that demand nothing but: entrepreneurship, engineering, even acting and photography. So long as ENTPs are honest with themselves about their strengths and weaknesses, they can thrive in most any career that is in need of a new line of thinking.

The Value of an Idea Lies in the Using of It

All this intellectual power can be intimidating, but unlike their Introverted (I) cousins, people with the ENTP personality type have the added benefit of being excellent communicators, in the written word but especially in face-to-face conversation. Though they dislike the constraints of managing others (and of being managed), this social adaptability allows ENTPs to be natural leaders, showing the way forward and inspiring others with sound logic and intellectual prowess. While others may object to these plans with emotional considerations or general resistance to change, things ENTPs place little value in, these competing comments are usually outmaneuvered by ENTP personalities' deft arguments and subtly shifting goals.

The best careers reward intellectual competency and curiosity, allowing ENTPs to utilize their never-ending flow of ideas productively by affording a degree of spontaneity in how they engage their intellectual pursuits. People with the ENTP personality type value knowledge, rational thought and insight very highly, and they make brilliant lawyers, psychologists, systems analysts and scientists. It's even possible for ENTPs to thrive as sales representatives, as they rationalize purchase decisions that may otherwise seem discretionary – so long as their managers know to give them the space they need to work their magic.

Being Busy Doesn't Always Mean Real Work

Really it all comes down to a sense of personal freedom, for ENTPs to know that they are allowed to apply themselves fully to understanding and solving the problems that interest them, without getting bogged down by social politics and trying to figure out what makes other people "tick". Routine, structure and formal rules all feel like unnecessary hindrances to ENTPs, and they may find that their best careers yet allow them to engage their intellectual pursuits on their own terms, as freelance consultants or software engineers.

The key for ENTPs is to have the patience to get to a position that allows for these freedoms, to be in an environment long enough that not just their colleagues, but their managers and, in time, their subordinates, recognize what it is that they bring to the table. ENTPs have exceptional qualities – it's quantifying their achievements and skills that presents the biggest challenge. But once they've got their foot in the door, once they've got a willing ear higher in the hierarchy, the sky's the limit.

7. WORKPLACE HABITS
 
ENTP IN THE WORKPLACE

ENTPs have straightforward expectations in the workplace, but ones that aren't always easy to meet. Strong believers in meritocracy, people with the ENTP personality type expect their ideas to be heard by those above them, expect robust debate among their peers, and demand that those they manage offer up new solutions and ideas regardless of their positions. While this isn't always how things play out in reality, ENTPs know what to look for, and can avoid those strictly hierarchical institutions that they would otherwise struggle with.

ENTP Subordinates

This dynamic is clearest with ENTP subordinates, as they are comfortable challenging their managers' ideas and have a strong (and well-expressed) dislike for restrictive rules and guidelines. ENTPs back this unorthodox behavior with their keen minds and curiosity, and are as capable of adopting new methods as they are of suggesting others do so. If something can be done better, it's as simple as that, and ENTP personalities gladly take criticism, so long as it's logical and performance-oriented.

The biggest challenge for ENTP subordinates is that it is often the fate of the "lower" positions to implement the details, do the dirty work and follow through on plans set out by their managers. This couldn't be further from what ENTPs prefer to spend their time on – they can't stand simple, routine work, and monotonous tasks are the stuff of nightmares. Things go over much better if managers are able to properly utilize ENTPs' preference for tackling complex challenges and diverse projects.

ENTP Colleagues

It is as colleagues that ENTPs prove most polarizing, as their passions for brainstorming, debate and over-analysis drive more practical, task-oriented colleagues crazy, but serve as stimulating inspiration for those who appreciate the innovation ENTPs bring. Nothing bothers people with the ENTP personality type more than getting out of a meeting where everyone agreed with the first plan presented, only to hear everyone complain about how stupid the plan was ten minutes later – but they "didn't want to make waves". ENTPs strive for honest, direct and objective assessments of these ideas, so much so that they often earn reputations for their insensitivity and condescension.

Luckily ENTPs know how to relax too, and their witty wordplay, healthy sense of humor and outgoing nature win new friends quickly and easily. Always willing to draw on their repository of knowledge, conversations with ENTP personalities are informative and entertaining, which makes it easy for them to be the go-to person for tough problems that stump more rote approaches. Peer-to-peer relationships with ENTPs aren't always easy, but it's tough to argue that they don't work.

ENTP Managers

While not always their goal, management is often where ENTPs are most at home, allowing them the freedom to fiddle with different approaches and come up with innovative ways to tackle new challenges without having to handle the tedious step-by-step implementation of these plans. ENTPs are open-minded and flexible managers, not just granting but also expecting the same freedom of thought that they themselves enjoy. This can lead to disorder, conflicting ideas and approaches being put forward, but ENTPs are also great at accurately and objectively assessing which plan is likely to be most effective.

This doesn't always make friends, but being liked is less ENTPs' goal than being respected and seen as intelligent and capable. And liked or no, people with this personality type hold firm ground in rational debates, making them fearsome advocates for their teams. The challenge for ENTPs is focus, as they may find themselves jumping from project to project in a quest for challenge and excitement before their teams are able to wrap up the details of their existing goals and obligations.

8. CONCLUSION

ENTP PERSONALITY – CONCLUSION

ENTPs' intelligence, curiosity and sound reasoning skills are a force to be reckoned with. ENTPs will always be able to find just the right argument, the weakest chink in their opponent's armor, or the way out of a seemingly hopeless situation. Their fearsome debate skills and impressive knowledge allow ENTPs to overcome many challenges.

Yet ENTPs can be easily tripped up in areas where careful and rational thinking is more of a liability than an asset. Whether it is finding (or keeping) a partner, connecting with other people, reaching dazzling heights on the career ladder or forcing themselves to focus, ENTPs need to put in a conscious effort to develop their weaker traits and additional skills.

What you have read so far is just an introduction into the complex concept that is the ENTP personality type. You may have muttered to yourself, "wow, this is so accurate it's a little creepy" or "finally, someone understands me!" You may have even asked "how do they know more about me than the people I'm closest to?"

This is not a trick. You felt understood because you were. We've studied how ENTPs think and what they need to reach their full potential. And no, we did not spy on you – many of the challenges you've faced and will face in the future have been overcome by other ENTPs. You simply need to learn how they succeeded.

But in order to do that, you need to have a plan, a personal roadmap. The best car in the world will not take you to the right place if you do not know where you want to go. We have told you how ENTPs tend to behave in certain circumstances and what their key strengths and weaknesses are. Now we need to go much deeper into your personality type and answer "why?", "how?" and "what if?"

This knowledge is only the beginning of a lifelong journey. Are you ready to learn why ENTPs act in the way they do? What motivates and inspires you? What you are afraid of and what you secretly dream about? How you can unlock your true, exceptional potential?

AnonymousDebater
THE DEBATER

Code: ENTP-A
Role: Analyst
Strategy: People Mastery

MIND

This trait determines how we interact with our environment.

Extraverted 100%
Introverted 0%

Extraverted individuals prefer group activities and get energized by social interaction. They tend to be more enthusiastic and more easily excited than introverts. 

ENERGY

This trait shows where we direct our mental energy.

Intuitive 68%
Observant 32%

Intuitive individuals are very imaginative, open-minded and curious. They prefer novelty over stability and focus on hidden meanings and future possibilities

NATURE

This trait determines how we make decisions and cope with emotions.

Thinking 54%
Feeling 46%

Thinking individuals focus on objectivity and rationality, prioritizing logic over emotions. They tend to hide their feelings and see efficiency as more important than cooperation. 

TACTICS

This trait reflects our approach to work, planning and decision-making.

Judging 48%
Prospecting 52%

Prospecting individuals are very good at improvising and spotting opportunities. They tend to be flexible, relaxed nonconformists who prefer keeping their options open. 

IDENTITY

This trait underpins all others, showing how confident we are in our abilities and decisions.

Assertive 86%
Turbulent 14%

Assertive individuals are self-assured, even-tempered and resistant to stress. They refuse to worry too much and do not push themselves too hard when it comes to achieving goals. 

ContactTerms & Conditions

©2011-2015 NERIS Analytics Limited

20,473,486 TESTS TAKEN SO FAR

Portrait of an ENTP - Extraverted iNtuitive Thinking Perceiving
(Extraverted Intuition with Introverted Thinking)

The Visionary

As an ENTP, your primary mode of living is focused externally, where you take things in primarily via your intuition. Your secondary mode is internal, where you deal with things rationally and logically.

With Extraverted Intuition dominating their personality, the ENTP's primary interest in life is understanding the world that they live in. They are constantly absorbing ideas and images about the situations they are presented in their lives. Using their intuition to process this information, they are usually extremely quick and accurate in their ability to size up a situation. With the exception of their ENFP cousin, the ENTP has a deeper understanding of their environment than any of the other types.

This ability to intuitively understand people and situations puts the ENTP at a distinct advantage in their lives. They generally understand things quickly and with great depth. Accordingly, they are quite flexible and adapt well to a wide range of tasks. They are good at most anything that interests them. As they grow and further develop their intuitive abilities and insights, they become very aware of possibilities, and this makes them quite resourceful when solving problems.

ENTPs are IDEA people. Their perceptive abilities cause them to see possibilities everywhere. They get excited and enthusiastic about their ideas, and are able to spread their enthusiasm to others. In this way, they get the support that they need to fulfill their visions.

ENTPs are less interested in developing plans of actions or making decisions than they are in generating possibilities and ideas. Following through on the implementation of an idea is usually a chore to the ENTP. For some ENTPs, this results in the habit of never finishing what they start. The ENTP who has not developed their Thinking process will have problems with jumping enthusiastically from idea to idea, without following through on their plans. The ENTP needs to take care to think through their ideas fully in order to take advantage of them.

The ENTP's auxiliary process of Introverted Thinking drives their decision making process. Although the ENTP is more interested in absorbing information than in making decisions, they are quite rational and logical in reaching conclusions. When they apply Thinking to their Intuitive perceptions, the outcome can be very powerful indeed. A well-developed ENTP is extremely visionary, inventive, and enterprising.

ENTPs are fluent conversationalists, mentally quick, and enjoy verbal sparring with others. They love to debate issues, and may even switch sides sometimes just for the love of the debate. When they express their underlying principles, however, they may feel awkward and speak abruptly and intensely.

The ENTP personality type is sometimes referred to the "Lawyer" type. The ENTP "lawyer" quickly and accurately understands a situation, and objectively and logically acts upon the situation. Their Thinking side makes their actions and decisions based on an objective list of rules or laws. If the ENTP was defending someone who had actually committed a crime, they are likely to take advantage of quirks in the law that will get their client off the hook. If they were to actually win the case, they would see their actions as completely fair and proper to the situation, because their actions were lawful. The guilt or innocence of their client would not be as relevant. If this type of reasoning goes uncompletely unchecked by the ENTP, it could result in a character that is perceived by others as unethical or even dishonest. The ENTP, who does not naturally consider the more personal or human element in decision making, should take care to notice the subjective, personal side of situations. This is a potential problem are for ENTPs. Although their logical abilities lend strength and purpose to the ENTP, they may also isolate them from their feelings and from other people.

The least developed area for the ENTP is the Sensing-Feeling arena. If the Sensing areas are neglected, the ENTP may tend to not take care of details in their life. If the Feeling part of themself is neglected, the ENTP may not value other people's input enough, or may become overly harsh and aggressive.

Under stress, the ENTP may lose their ability to generate possibilities, and become obsessed with minor details. These details may seem to be extremely important to the ENTP, but in reality are usually not important to the big picture.

In general, ENTPs are upbeat visionaries. They highly value knowledge, and spend much of their lives seeking a higher understanding. They live in the world of possibilities, and become excited about concepts, challenges and difficulties. When presented with a problem, they're good at improvising and quickly come up with a creative solution. Creative, clever, curious, and theoretical, ENTPs have a broad range of possibilities in their lives.

Jungian functional preference ordering: Dominant: Extraverted IntuitionAuxiliary: Introverted ThinkingTertiary: Extraverted FeelingInferior: Introverted Sensing     

Copyright 1998-2015 BSM Consulting, Inc.    Terms of Use and Privacy Policy

MBTI® and MYERS-BRIGGS TYPE INDICATOR® are registered trademarks and MYERS-BRIGGS™ is a trademark of Consulting Psychologists Press, Inc., the publisher of the MBTI instrument. BSM Consulting is not affiliated with and is not a licensee of Consulting Psychologists Press, Inc.

Senin, 28 Desember 2015

Perbedaan Orang Kaya Beneran dan Sok Kaya

8 perbedaan orang kaya beneran dan orang sok kaya

Wawker.com | Pernah gak sih kamu ketemu sama orang yang suka pamer harta kekayaannya

Bertemu dengan mereka yang hobi menunjukkan kekayaannya mungkin bukan barang baru lagi. Bahkan di lingkup pergaulan, kita bisa jadi bertemu lebih dari satu dengan karakter seperti ini. Kadang penampilan glamor dan omongan tinggi seringkali mengelabui kita untuk tahu apakah orang tersebut benar-benar kaya atau tidak.

Tapi sebetulnya perbedaan antara orang kaya dan mereka yang (sok) kaya itu ada loh. Apa saja ciri orang yang betul-betul tajir?

1. Orang kaya malas untuk memamerkan kekayaannya di media sosial. Dia gak butuh tuh posting gambar barang mahalnya supaya dilihat orang

Cara membedakan orang kaya benaran dan pencitraan paling gampang dilihat dari apa yang ia posting di media sosial. Kalau kita tahu dia memang punya barang branded tapi jarang publikasi di Path atau Instagramnya, itu pertanda dia memang orang kaya. Tapi kalau ia bertingkah sebaliknya itu yang perlu dipertanyakan. Orang yang secara finansial mapan tidak butuh pengakuan dari orang lain atas kekayaannya dengan over expose di media sosial.

2. Buat orang tajir membicarakan kekayaan adalah hal gak penting. Tapi bagi orang (sok) tajir menunjukkan kekayaan via omongan adalah keharusan.
Ciri kedua ini juga mungkin sudah lumrah kamu dengar. Ya orang yang ingin terlihat kaya cenderung banyak menunjukkan kekayaannya lewat omongan. Biasanya nih orang seperti ini suka banget mengeluarkan kata-kata seperti

"Duh nanti kalau makan jangan yang di kaki lima ya. Soalnya gw gak biasa nih"

"Bingung nih nanti kalau balik ke Jakarta naik apa ya. Tiket Garud* yang first class sudah habis lagi"
Pokoknya orang seperti selalu berusaha menunjukkan kelasnya lewat omongan dia. Padahal kalau diperhatiin, gaya hidupnya tiap hari ya biasa-biasa saja

3. Mereka yang kaya beneran gak akan membicarakan barang-barang mahal dengan orang yang bukan dari kalangannya. Sementara orang pura-pura kaya justru sebaliknyaMungkin sebagian dari kamu pernah nih temenan sama orang yang kerjanya ngomongin barang mahal terus. Mulai dari tas keluaran terbaru, jam tangan paling mahal, sampai mobil atau motor premium. Padahal sih sebetulnya dia tahu bahwa teman nongkrongnya ini gak tahu barang begituan karena bukan kelasnya juga.

Nah kalau kamu pernah ketemu sama orang model begini, perlu tuh dipertanyakan beneran dia kaya atau enggak. Karena sepengamatan kami, orang yang beneran kaya tahu banget orang seperti apa yang cocok diajakin ngomongin barang-barang branded.

4. Ketika nongkrong atau makan di suatu tempat, orang sok tajir akan mikirin banget seberapa prestigenya tempat itu. Kalau orang kaya beneran justru gak peduli tuh 

Satu hal yang paling dikejar oleh orang sok kaya adalah pengakuan dari orang. Karenanya buat dia tempat makan atau nongkrong itu ya harus mengangkat derajatnya.Kalau enggak lebih baik pindah saja. Orang model begini ogah banget kelihatan beredar di tempat-tempat yang "gak gaul" dan "kurang hitz". Padahal ketika pesan makan sih menunya yang paling murah atau mungkin malah gak pesan sekalian. Kan yang penting check in sama foto

5. Selalu terlihat show off menunjukkan kekayaannya adalah kebiasaan orang yang sebenarnya gak kaya
Orang yang gak kaya selalu berusaha terlihat kaya. Baik lewat tindakan dan omongan. pokoknya manusia model seperti ini ingin sekali memperlihatkan pada orang lain kalau dia punya uang. Maka dari itu gak heran kalau sebisa mungkin ia akan berusaha show off pada orang di sekitarnya tentang apa yang dia miliki. Misalnya saja nih lagi makan di café, semua gadget-nya di keluarin. Padahal sih sebetulnya dia bawa tas untuk tempat menyimpan gadget-nya ini. Tapi karena tujuannya memang mau pamer ya harus dibiarin ada di luar tas dong.

6. Gampang sirik saat melihat orang lain kelihatan lebih kaya dari dia. Sementara orang kaya beneran lebih cuek sama itu semua.Untuk orang yang kaya beneran, melihat orang lain lebih tajir dia bukanlah masalah besar. Mereka gak akan gampang panik ketika tahu temannya baru beli gadget atau mobil terbaru. Karena buat dia kalau memang mau beli ya tinggal beli saja. Tapi kalau orang yang pura-pura tajir, mengetahui orang lain punya barang baru bisa bikin kebakaran jenggot. Perasaan tersaingi dan gak mau kalahlah yang bikin orang pura-pura kaya jadi seperti ini

7. Tersinggung banget saat dia merasa orang di sekitarnya gak mengakui kekayaannya. Baginya pengakauan orang adalah segalanyaSelain gampang sirik dan punya jiwa kompetisi yang tinggi, orang sok kaya biasanya bisa jadi sensi ketika ia merasa lingkungan tidak mengakui bahwa dia orang kaya. Misalnya nih lagi jalan-jalan ke mall terus tiba-tiba sales-nya gak nawarin dia buat beli barang yang memang harganya mahal pasti dia marah. Kalimat yang umum dikeluarkan sih biasanya

Gila tuh orang gak nawarin gue. Emangnya dipikir gue gak bisa beli barang harga segitu apa?
Padahal secara naluriah nih sales penjualan biasanya bisa menilai, kira-kira orang yang ditawarin bisa beli apa enggak. Jadi kalau gak ditawarin ya kemungkinan besar karena memang menurut insting mereka orang tersebut gak sanggup beli.

8. Dari sekian banyak omongan yang mencitrakan kekayaannya cuma sebagian kecil yang jadi nyata. Sisanya ya tinggal cerita…Mulai dari ngaku tinggal di daerah elit sampai bapaknya orang berduit sudah pernah diomongin. Punya mobil mewah sampai liburan ke luar negeri juga sering diceritain. Tapi dari sekian banyak cerita barang mewah dan vakansi borjunya itu, kamu jarang melihat bukti nyatanya. Ya gitu deh kebanyakan dari omongan dia hanya berakhir jadi cerita belaka

Kalau memang kaya, jangan sombongkan kekayaanmu. Justru sebaliknya, kamu seharusnya menyumbangkan untuk orang-orang yang kurang mampu. Bukankah dunia ini akan lebih baik lagi jika semua orang dengan rela hati bisa saling menolong?

Sumber : idntimes

Wawker.com © 2015 | Wawker Media

Minggu, 27 Desember 2015

Curahan Hati Mark Zuckerberg CEO FACEBOOK di akhir 2015

Curahan hati Mark Zuckerberg, CEO Facebook, dihadapan penggemarnya di Cina.

1. Mengapa saya memperisteri seorang wanita tidak berparas cantik?
2. Mengapa saya menyumbangkan harta/saham facebook saya sebesar USD 45 Miliar, apakah untuk menghindari pajak?

PERTAMA2 SAYA INGIN MEMBAHAS, APA ITU WANITA CANTIK, APA ITU WANITA TIDAK CANTIK

Saya mempunyai banyak kesempatan bertemu berbagai wanita cantik. Namun, apa yang disebut wanita cantik kebanyakan berhati seperti kaca, jika sakit manjanya seperti seorang putri raja; dan juga penyakit angkuh. Dan juga akan bertanya kepada saya mengapa begitu kaya namun tidak mau berganti mobil? Saya tahu tujuan mereka adalah mau pamer di lingkungan teman.

Wanita demikian walaupun secantik apapun, bila sanubarinya hanya menuntut/meminta, tetap kelihatan jelek, jiwanya juga kotor. Wanita demikian barulah dikatakan sebagai wanita berparas jelek, diberikan gratis pun saya tidak mau.

Kecantikan di luar akan berkurang nilainya seiring bertambahnya usia, namun kecantikan dari dalam akan bertambah nilainya seiring bertambahnya usia. Dalam hal ini para ahli ekonomi di Wall Street pasti mengerti, makanya saya sama dengan mereka, tidak akan bersentuhan dengan benda yang secara cepat turun nilainya.

APA YANG SAYA SUKAI DARI PRISCILLA CHAN ISTERI SAYA?

Raut wajah seorang wanita adalah cermin hati sanubari seseorang, senyumnya memukau selamanya. Sejak hamil, Priscilla sama sekali mengabaikan perubahan yang terjadi pada raut mukanya akibat kehamilannya. Tetap berpakaian sederhana, tanpa dandan, namun kebahagiaannya saya rasakan sepenuhnya dan juga nampak kepada orang lain.

Saya mencintai kesederhanaan Priscilla. Saya mencintai penampilannya: bersemangat namun bijak, berani namun penuh kasih, berjiwa pemimpin namun juga bisa mendukung orang lain. Saya mencintai keseluruhannya. Saat bersamanya, saya merasa sangat nyaman dan santai.

Saya sama sekali tidak merasa Priscilla tersanjung kepada saya. Selain memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, dia juga memiliki kecerdasan emosi/sosial yang tinggi. Jangan lupa bahwa Priscilla adalah lulusan jurusan Kedokteran Harvard University. Anda bisa coba test masuk universitas tsb, jurusan Hukum, Kedokteran, Ekonomi adalah jurusan yang menjadi rebutan orang. Walaupun lulus test masuk belum tentu Anda bisa lulus penuh. Kalau mau dikatakan tersanjung, lebih tepat saya yang tersanjung kepada Priscilla, bukan sebaliknya.

Perkawinan ibarat sepasang sepatu. hanya yang memakainya tahu sepatunya nyaman dipakai atau tidak. Priscilla paling cocok buat saya. Saya dan Priscilla adalah pasangan yang paling ideal di bumi ini. Saya berkenalan dengan Priscilla saat mengantre di toilet. Di mata Priscilla, saya adalah seorang kutu buku. Ini adalah jodoh.

Di mata kalian, Priscilla adalah wanita yang tidak cantik. Namun di mata saya, ia adalah wanita cantik dan paling serasi dengan saya. Saya tidak bisa menahan diri memamerkan foto saya dengan Priscilla yang begitu berbahagia. Dalam foto nampak saya dan Priscilla begitu bahagia, damai, dan alami.

Tips bagi kalian: sebagian wanita hanya melihat keburukan orang lain, tidak melihat kecantikan orang lain. Dengan demikian, kebahagiaan akan meninggalkan kalian, tidak berjodoh. Sebab, apa yang ada dalam hati itulah yang ada dalam kenyataan.

SEKARANG MEMBAHAS TENTANG PENGHINDARAN PAJAK YANG DITUDUHKAN KEPADA SAYA

Kalian berpikir, saya menyumbang USD 45 Miliar apa untuk pamer kekayaan atau menghindari pajak? Apa otak kalian atau otak saya yang bermasalah? Apa yang kami sumbangkan USD 45 Miliar berbentuk saham sebetulnya, bukan nilai sebenarnya. tapi hanya nilai pasar. Bisa lebih tinggi atau lebih rendah nilainya, ini tergantung pasar yang menentukan.

Dana yang kami sumbangkan untuk digunakan sebagai dana abadi untuk diinvestasikan ke sekolah dan rumah sakit. Saat kelahiran anak kami, kami berkunjung ke rumah sakit, bermaksud untuk bisa ikut berkontribusi dalam dunia pengobatan.

Seiring perkembangan teknologi yang maju pesat, kami sungguh berharap 100 tahun mendatang. Hampir semua penyakit dapat dicegah dan diobati. Saat ini, kebanyakan manusia meninggal akibat penyakit jantung, kanker, stroke, dan penyakit menular lainnya. Diharapkan berbagai penyakit tsb dapat teratasi dengan lebih cepat. Saat menyadari anak kami dan banyak anak lainnya berkemungkinan bisa menghindari berbagai penyakit, kita semua punya tanggung jawab untuk mewujudkan impian itu. Saya tegaskan sekali lagi, saya dan isteri saya akan berkontribusi semaksimal mungkin untuk tujuan tsb.

Di Silicon Valley, "Mengubah Dunia" kata itu bukan hanya sebuah slogan. Ia merupakan sebuah keyakinan dan kekuatan. Mimpi kami berharap melalui usaha keras kami untuk memperbaiki kualitas pendidikan, pengobatan, integrasi dunia, untuk disumbangkan kembali ke masyarakat, mengubah dunia. Membangun suatu dunia yang lebih baik untuk semua umat manusia.

Teman2 sekalian, kami sedang melakukan upaya "Change The World", apa yang telah kalian lakukan? Saya mendengar di antara kalian banyak mengeluh, saya ingin katakan bahwa tidak ada artinya mengeluh, tindakanlah yang lebih bermakna.

Saya dan Priscilla menyumbangkan 99% saham kami di Facebook, mendekati semua saham milik kami, apa kalian masih menganggap yang kami lakukan untuk menghindari pajak? Apa masih ada maknanya menghindari pajak? Banyak teman2 di China yang kaya raya, mengapa mereka tidak ikut menyumbangkan 99% harta mereka untuk menghindari pajak?

LALU, TENTANG BAJU DAN MOBIL APA YANG SAYA PAKAI

Betul, sepanjang tahun saya memakai T-shirt abu2 dan mobil yang sangat sederhana. Saya tegaskan, saya bukan orang yang berhari2 tidak ganti baju. Namun, saya membeli banyak T-shirt berwarna abu2. Saya berusaha menjalani hidup ini sesederhana mungkin, supaya menghemat pikiran dan waktu memutuskan berbagai hal yang tidak penting. Sebab memilih memakai pakaian, makan pagi, dan berbagai hal kecil itu menyita cukup banyak waktu dan pikiran. Saya tidak ingin membuang waktu hanya untuk hal2 kecil tsb, sehingga saya bisa lebih konsentrasi melakukan berbagai hal yang lebih bermanfaat untuk masyarakat.

Saya memiliki tiga buah mobil, satu Toyota seharga USD 16 ribu, VW golf seharga USD 18 ribu dan Chevrolet TSX seharga USD 30 ribu. Setelah Facebook go public, saya ganti VW GTI seharga USD 30 ribu. Saya berpendapat, mobil hanya sebuah alat transportasi, tidak perlu yang mahal2.

Saya tidak memakai berbagai barang branded, yang penting saya merasa nyaman. Mengapa butuh barang2 yang berlebihan? Kalau yang menyangkut kebutuhan berlebihan, justru otak, perasaan sendiri lebih butuh diutamakan.

Kata bijak Chinese zaman dulu, ‘Manusia harus menaklukkan benda bukan ditaklukkan benda”. Maksudnya adalah, berbagai materi kehidupan untuk digunakan/dikendalikan manusia, bukan sebaliknya. Saya sangat setuju dengan pemikiran tsb.

Saya sangat salut ucapan yang pernah diucapkan Mandela, yaitu ‘Jiwa saya adalah pemimpin saya, nasib saya dikendalikan oleh diri saya sendiri’. Makanya saya tidak gila branded, tidak ada manfaatnya dan sangat tidak masuk akal.

Apa yang ada dalam hati itulah kenyataan yang ada di dunia. Percayalah bahwa dunia ini adalah alam semesta yang indah, jika Anda tidak percaya, Anda tidak akan bisa memiliki dunia/alam semesta yang indah. Tidak akan memiliki kehidupan yang indah dan penuh kedamaian. Hal tsb di atas merupakan keyakinan saya dan Priscilla.

Akhir kata, bila ada yang tidak berkenan, mohon petunjuk! Anda bisa tinggalkan pesan untuk saya. Terima kasih telah luangkan waktu mendengar yang saya sampaikan.

Terima kasih.

Salam,
Mark Zuckerberg

Jumat, 25 Desember 2015

Pelajaran dari CEO yang Bangkrut tapi Bahagia

http://www.satujam.com/kunci-kebahagiaan/

Ubah Mindsetmu, Inilah Kunci Kebahagiaan Saat Bangkrut dari Ketua Yaokikai, Asosiasi CEO Perusahaan yang Pernah Bangkrut di Jepang

Arus entrepreneurship sedang bergejolak di negeri ini. Banyak start up yang dibangun. Semakin banyak orang, terutama pemuda, yang mengambil risiko memulai bisnis.

Namun, tak pelak lagi, sebagian besar perusahaan akan gagal. Ditambah lagi, kebangkrutan bisa menjadi satu momen tergelap dalam hidup. Dalam banyak kasus, kebangkrutan bisa berakhir bunuh diri, perceraian, dan terpisahnya anggota keluarga.

Tampaknya menjadi sangat alami bagi orang-orang yang belum pernah mengalami bangkrut untuk mencoba berbagai cara agar tidak memikirkan tentang orang-orang yang bangkrut dan juga kehidupan mereka.

Padahal, banyak orang yang pernah bangkrut bilang kalau mereka sudah mendapat pelajaran penting dari kegagalan mereka. Berbagai kegagalan telah sepenuhnya mengubah cara mereka memandang hidup. Kegagalan membuat mereka bisa merasakan kebahagiaan yang dulu tidak pernah mereka alami.

Seiichi Noguchi adalah salah satu pengusaha yang mengalami hal ini. Bukan hanya itu, Noguchi juga mendirikan Yaokikai, asosiasi CEO yang pernah bangkrut. Pengusaha berusia 85 tahun ini mengungkapkan kalau sekarang ini, “saya senang saya pernah bangkrut, karena kebangkrutan itu memberiku kesempatan untuk mengubah caraku memandang hidup.”

5 kunci kebahagiaan untuk orang-orang yang bangkrut.

Pada kartu namanya, Noguchi menuliskan 5 hal  menarik. Lima poin ini dia gantungkan juga di dinding kantornya.

Inilah 5 kunci kebahagiaan Noguchi, yang ia pelajari dengan sangat mahal, yakni saat ia bangkrut.

1. “Bangun pagi. Tersenyum. Jujur. Berterima kasih. Habiskan waktu bersama orang-orang baik.”

Noguchi menyebut slogan ini “Yaoki Gosoku,” artinya 5 prinsip Yaokikai.

“Inspirasi 5 prinsip ini datang hanya dalam 2 menit,” kenang Noguchi. “Aku menyadari 5 hal ini tidak pernah kulakukan sebelum bangkrut. Aku tidak pernah berterima kasih pada orang-orang di sekitarku sebelum aku bangkrut. Aku dulu berpikir justru semua orang yang seharusnya berterima kasih padaku setiap waktu karena akulah presiden perusahaan.   Pada akhirnya, aku benar-benar senang bisnisku gagal, karena dengan itulah aku mendapat kesempatan untuk mengubah mentalitasku.”

Mendirikan Yaokikai

Noguchi mendirikan Yaokikai pada tahun 1978. Waktu itu usianya 48 tahun. Pada tahun itu pula, perusahaan mainan Noguchi, yang sudah ia rintis sejak usianya baru 25 tahun, bangkrut.

Menengok lagi ke belakang, Noguchi menjelaskan alasan bangkrutnya adalah “sikapku ke orang-orang di manajemen itu sangat buruk.” Dulu dia menggunakan keuntungan perusahaan untuk kesenangannya sendiri, misalnya saja mabuk-mabukan dan berjudi.

Namun saat bisnisnya ambruk, hidup Noguchi berubah drastis. Ia harus pindah ke apartemen kecil bersama keluarganya. Istrinya jadi bekerja dan tulang punggung keluarga.

Titik balik dalam hidupnya terjadi saat ia membaca satu koran. Dalam edisi itu, ia membaca artikel tentang orang yang bunuh diri setelah bangkrut. Ada komentar seorang psikiater yang langsung menempel di benaknya.

Orang-orang yang bunuh diri seringkali tidak punya orang yang bisa diajak bicara.”

Kenyataan ini terus terngiang-ngiang di kepalanya. Dia mulai berpikir kalau saja dia bisa membuat asosiasi untuk CEO yang gagal, orang-orang yang bangkrut akan punya teman curhat. Sebagai dampaknya bisa jadi orang-orang ini terhindar dari tindakan bunuh diri.

Selain itu, ia juga merasa kalau semua eks-CEO, termasuk dirinya sendiri, bisa berkumpul bersama dan membagikan pengalamannya, masing-masing dari mereka bisa merefleksikan pada dirinya sendiri. Setelah itu mereka juga bisa saling menolong untuk mempersiapkan diri memasuki usaha berikutnya.

Didorong oleh niat ini, Noguchi mendirikan Yaokikai pada Agustus 1978. Nama ini diambil dari frase Jepang, “nanakarobi yaoki.” Artinya “7 kali terjatuh, 8 kali bangkit.”

Setelah mengumumkan pendiriannya, berbagai koran dan majalah menyebutkan Yaokikai sebagai asosiasi pertama di dunia untuk orang-orang bangkrut. Tidak lama setelah itu, foto Noguchi muncul di media massa.

Dia mulai mendapat tawaran pekerjaan dari berbagai perusahaan. Tawaran itu tidak sembarangan pula, banyak pengusaha yang menawarkan Noguchi untuk memimpin pabrik dan tokonya.

Namun, Noguchi merasa kalau dia belum sepenuhnya menuntaskan pertumbuhan mental dan evaluasi dirinya. Dia pun menawarkan lowongan itu ke beberapa teman “bangkrutnya.” Salah seorang temannya sampai menangis tersedu-sedu saat Noguchi menawarkan lowongan pekerjaan yang sebenarnya hak Noguchi.

“Saat kulihat temanku ini menangis, pertama kalinya dalam hidup aku merasa benar-benar tersentuh dari lubuk hatiku yang terdalam. Dalam 48 tahun masa hidupku, aku tidak pernah sekali pun merasa seperti itu. Momen itu mengajarkanku kalau kamu harus membuat orang lain bahagia kalau kamu memang benar-benar ingin merasakan kebahagiaan yang sejati.”

Pengalaman ini menguatkan komitmen Noguchi untuk melanjutkan aktivitas volunter Yaokikai, tanpa peduli akan uang. Sejak saat itu, Yaokikai membuat jalur telepon “hotline kebangkrutan.” Di hotline itu, Noguchi mendengarkan curhatan pengalaman orang-orang yang baru bangkrut.

Noguchi menyadari kalau aktivitasnya di Yaokikai hanya bisa tercapai karena adanya dukungan dari keluarganya. Istri dan anak-anaknya tetap menunjukkan sikap bahagia dan mendukung selama hari-hari paling gelap dalam hidupnya ini.

Istrinya tidak pernah mengomel sekali pun tentang perubahan mendadak dalam keuangan keluarga. Putri tertuanya membayarkan uang sekolah adiknya. Anak laki-lakinya membiayai sendiri uang kuliahnya dengan cara bekerja paruh waktu. Uang pendidikan ketiga anaknya tidak menjadi tambahan beban stres sang ayah.

2. CEO perlu berpikir lebih dari sekadar keuntungan. CEO perlu  fokus membuat kontribusi ke masyarakat

Sekarang ini, Noguchi memprioritaskan prinsip manajemen berikut ini: jika kamu menjadi pimpinan perusahaan, kamu harus berpikir lebih dari sekadar keuntungan dan fokus pada berkontribusi ke masyarakat.

Sebelum ia bangkrut, Noguchi mengungkapkan kalau fokusnya hanya pada membuat lebih banyak, dan lebih banyak lagi, uang. Tanpa akhir, tanpa pernah merasa puas.

“Seorang CEO jangan menghabiskan waktunya dengan teman-teman ‘rendahan’ yang tidak pernah memikirkan kebahagiaan orang lain. Hal itulah yang kulakukan sebelum bangkrut. Kamu harus membaca buku dan mengambil kelas untuk belajar hal-hal baru serta menemui orang-orang positif.”

10 penyebab seseorang bangkrut

Ada survei penyebab kebangkrutan yang dilakukan terhadap anggota Yaokikai. Hasilnya ternyata sebagian besar kebangkrutan itu disebabkan oleh 10 penyebab ini:

1. Manajemen yang arogan, terlalu percaya diri pada kemampuan manajemen yang dimiliki

2. Kurangnya pelatihan karyawan

3. Kurangnya visi, tujuan, dan perencanaan bisnis

4. Gagal mengikuti perkembangan industri yang baru, kurangnya fleksibilitas atau kemauan untuk mengubah lingkungan kerja

5. Kurangnya produk baru, menunda peningkatan teknologi

6. Efek negatif dari ketidakharmonisan keluarga dan berbagai masalah emosional di bisnis keluarga

7. Mencampuradukkan bisnis dengan urusan pribadi, kurangnya filosofi manajemen

8. Tidak mampu membuat keputusan, gagal menjalankan keputusan atau melaksanakan rencana

9. Tidak mau mempelajari angka-angka di perusahaan, akhirnya membuat keputusan manajemen yang minim informasi

10. Cara pikir “One-Man Company,” tidak mau mengevaluasi diri

Noguchi mengungkapkan kalau media biasanya mengalamatkan kegagalan usaha pada berbagai penyebab di luar perusahaan. Misalnya saja persaingan tidak sehat, krisis ekonomi. Namun Yaokikai percaya kalau sebagian besar kegagalan itu ada pada kepribadian pemimpinnya.

“Kupikir hal terpenting yang perlu CEO ingat adalah menghindari kesalahan nomor 1,” kata Noguchi, “Seorang pemimpin harus sangat hati-hati jangan sampai jadi arogan dan terlalu percaya diri.

Pada akhirnya, orang-orang yang pernah bangkrut jadi lebih bahagia daripada orang-orang yang menghindari kebangkrutan

Noguchi mengungkapkan 3 tipe kebangkrutan yang berbeda.

Orang level atas: orang yang menghadapi kegagalan bisnis dengan masih adanya tabungan dan tanpa hutang. Tipe ini adalah yang terbaik

Orang level menengah: orang yang tidak punya apa-apa lagi setelah menjual rumahnya

Orang level terendah: orang yang bahkan masih berhutang setelah menjual semua asetnya

Tidak mengejutkan, orang di level atas biasanya paling cepat berbisnis kembali. Namun ternyata orang-orang di level terendahlah yang paling berpotensi menemukan kebahagiaan.

“Kalau kamu sudah jatuh ke titik terendah, kamu tidak punya pilihan selain mengubah caramu berpikir dan mengubah gaya hidupmu. Orang level atas tidak pernah perlu melakukan hal itu,” kata Noguchi. Orang-orang di kondisi terburuklah yang belajar menemukan kebahagiaan di kehidupan barunya, lebih cepat dari orang-orang yang masih “nyaman” secara finansial.

Baru-baru saja,  Yaokikai membuat survei ke anggota-anggotanya untuk menilai level kebahagiaannya. Semuanya menjawab kalau mereka sedang bahagia.

“Jika kamu bangkrut,” kata Noguchi, “hidupmu benar-benar berubah secara fundamental. Tidak ada cara untuk mengatasinya kecuali dengan memilih untuk merasakan kebahagiaan di situasimu sekarang ini. Selain itu, kita semua tahu kalau tidak semua orang kaya itu bahagia.”

Pada akhirnya, cerita Noguchi mengarahkan kita ke jawaban dari pertanyaan mendasar: bagaimana bisa seseorang hidup bahagia di dunia yang terus berubah? Itulah yang membuat kata-katanya layak didengar hari ini, bahkan bagi orang-orang yang tidak pernah bangkrut.

Penulis: Mohammad Ferandy

Minggu, 20 Desember 2015

Keep Doing while The Others are Watching

Jack Ma /alibaba.com :
^^I am doing (action) .while You are still watching ^^

Lihat wawancaranya pada saat bicara dgn OBAMA di KTT Apec di manila.    
                  
Jack Ma says, "Please tell your children that the world is changing every day and no one is going to wait for you in the past.  When lighter was invented, matches slowly disappeared. When calculator was created, abacus was to fade away. When digital camera was designed, the market of negative film no longer existed. When direct market selling/internet-based selling arises, traditional marketing declines. When smartphone with 4G (wireless internet access) was introduced to the world, you no longer need to turn on your computer at home.  When WeChat and WhatsApp (mobile text/voice/video messaging) are developed, traditional text messaging is no longer as popular as before.
Let's not to blame "Who took over Whose business."  It's only because people are more adjustable and adaptable to new ideas and changes in the world.
Someone asks Jack Ma, "What is your secret for sucess?"  He says, "Really simple...I am doing (action) while you're only watching."
Please remember that the world keeps changing every day. If you don't change, you'll be left behind. You reap what you sow with your time. If you spend time to drink, you may become an alcoholic.  If you spend time to complain, you may become a blamer.  If you spend time to beautify yourself, you may become a pretty girl/handsome guy. If you spend time to stay healthy, you may enjoy a healthy good life.  If you spend time to be picky, you may become a 'mean' person. If you spend time to learn, you may gain wisdom. If you spend time with your family, you may foster a warm and loving  relationship with your loved ones.
Pass this message on to those you care!

Sabtu, 19 Desember 2015

10 New World Billionaire in 2015

http://m.liputan6.com/bisnis/read/2196235/10-miliarder-pendatang-baru-di-2015

10 Miliarder Pendatang Baru di 2015
By Indy Keningar on 25 Mar 2015 at 07:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi menjadi hal yang utama bagi kehidupan manusia. Oleh sebab itu, bukan rahasia lagi jika perusahaan teknologi informasi mengalami pertumbuhan laba yang tinggi. tentu saja, pemilik perusahaan tersebut bisa mendulang untung yang besar. Perlu dicatat, business model perusahaan teknologi informasi ini adalah sebagai enabler tidak sebagai konglomerasi. Contoh adalah Uber dan AirBnB.

Banyak para entrepreneur yang tidak menyangka bahwa perusahaan yang dibuatnya bakal memberikan keuntungan karena permintaan yang sering tidak diduga-duga. Seperti pada 2015 ini, orang-orang sepertinya gandrung media sosial, layanan jasa dengan menggunakan dasar internet masuk ke dalam daftar orang terkaya di dunia.

Menariknya, seperti membuktikan bahwa di masa kini kaum muda menjadi penentu pasar, kebanyakan dari mereka yang masuk daftar usianya masih di bawah 40 tahun.

Perusahaan Makanan Restaurant Cepat Saji dan Perusahaan Merek Minuman juga menjadi bagian list ini.
Tentu juga Perusahaan Investasi.

Seperti dikutip dari Forbes.com, Rabu (25/3/2015), berikut adalah 10 orang yang menembus jumlah pendapatan satu miliar dolar Amerika dan dinobatkan dengan titel miliarder.

10. Evan Spiegel dan Bobby Murphy

Nilai kekayaan: masing-masing US$1,5 milyar atau setara dengan Rp 19,5 triliun (estimasi kurs: Rp 12.990 per dolar AS).

Sumber kekayaan: Snapchat (Jejaring sosial).

9. Bill Haslam

Nilai kekayaan: US$1,9 miliar atau setara dengan Rp 24,7 triliun.

Sumber kekayaan: Pilot Flying J (solusi intergasi kargo).

8. Brian Chesky

Nilai kekayaan: $US1,9 miliar dolar atau setara dengan Rp 24,7 triliun.

Sumber kekayaan: Airbnb (pembelian tiket online).

7. Russ Weiner

Nilai kekayaan: US$2,1 miliar  atau setara dengan Rp 27,3 triliun.

Sumber kekayaan: Rockstar Energy (minuman berenergi).

6. Douglas Leone

Nilai kekayaan: US$2,2 miliar  atau setara dengan Rp 28,6 triliun.

Sumber kekayaan: Sequoia Capital (perusahaan investasi).

5. Kim Bum-Soo

Nilai kekayaan: US$2,9 miliar atau setara dengan Rp 37,7 triliun.

Sumber kekayaan: KakaoTalk (jejaring sosial).

4. Dan dan Bubba Cathy

Nilai kekayaan: masing-masing US$ 3,2 miliar atau setara dengan Rp 41,6 triliun. 
Sumber kekayaan: Chick-Fil-A (restoran cepat saji).

3. Tatiana Casiraghi

Nilai kekayaan: US$2,2 miliar atau setara dengan Rp 28,6 triliun.

Sumber kekayaan: SABMiller (perusahaan bir).

2. Elizabeth Holmes

Nilai kekayaan: US$4,5 miliar atau setara dengan Rp 58,5 triliun.

Sumber kekayaan: Theranos (perusahaan kesehatan).

1. Travis Kalanick

Nilai Kekayaan: US$5,3 miliar atau setara dengan Rp 68,9 triliun.

Sumber kekayaan: Uber (layanan taksi).

foto: forbes.com

Like0

Dislike0

Senin, 14 Desember 2015

Logika Dagang Cash Flow

Logika Dagang :

uang 1 juta untuk apa ? jawab = modal
uang 10 juta untuk apa ? jawab = modal
uang 100 jt untuk apa ? jawab = modal
uang 300 juta untuk apa ? jawab = modal
uang 500jt untuk apa ? jawab = modal
uang 1 Miliar untuk apa ? jawab = modal....
kalo 2 Miliar untuk apa ? jawab, modal juga ....
Modal disini adalah dalam artian cashflow, yg sudah bergerak.

kok sudah sebanyak itu selalu dijawab untuk modal kerja ?...
kapan beli rumah ? kapan beli mobil baru ? kapan liburan ? gak kebeli-beli donk rumah ?...

1. jangan terlalu cepat mengkonversi hasil usaha, ke dalam aset2 real, disaat sedang merangkak dari bawah, nikmati saja terus perbanyak barang dagangan, toko dibikin cabang, tambah lagi bisnis disektor lain, sebenernya kalau hanya ingin naik kendaraan mewah, anda sewa saja uber , kemana anda ingin tuju, tapi kalau menikmati mengolah cashflow uang, untuk dibikin bidang2 bisnis, itu baru asik, dan akhirnya seorang pengangguran berubah menjadi orang yang super sibuk, mengurus berbagai macam lini bisnisnya.

2. banyak sekali orang diluar sana yang kalau untuk urusan gadget, kendaraan, untuk niat nya biar gaya, itu nomor satu, tapi keluar modal untuk usaha yg akan di buatnya 10 juta saja, mikirnya bukan kepayang, sedangkan membeli handphone seharga 10 jt saja dibela2in kredit, ini adalah mindset kebalik, menurut saya, dalam logika dagang, modal dan terus memperbesar cashflow lah yg menjadi prioritas, sembari terus bertahan , dan mengembangkan usaha di berbagai sektor.

3. bisnis itu semacam punya anak, bisnis pertama bisnis kedua , bisnis ketiga, jika bisnis pertama cukup untuk membiayai hidup anda setiap bulan, atau bahkan cukup untuk membiayai hidup anda setiap tahun, maka bisnis nomor 2 adalah untuk hal yang lainnya, dengan begitulah banyak pedagang itu nabung secara gak sadar, karena bisnis 1 , dan bisnis 2, dimana bisnis 1 untuk operasional rumah tangga, bisnis nomor 2, untuk ditabung, atau untuk membuka bisnis ke 3, yang penting kalau bisnisnya sudah ada 5 macam, jangan untuk istri ke dua dan istri ke tiga, istri maksimal 1.

4. jika anda mengelola bisnis dengan baik, dan sudah berjalan dengan lama, uang 200 juta, bisa untuk penghasilan anda 10juta - 30 juta setiap bulannya, ditambah lagi, anda ditahun ke 3, uang 200 jt tersebut sudah kembali ketangan anda, untuk di bikin kan bisnis lainnya, disana lah orang mulai melihat anda sibuk,

5. inti dari bisnis adalah melayani, pelayanan, serta share, sehingga orang lain rela mengeluarkan uang untuk membayar jasa/ produk anda, disanalah sudah sewajarnya apabila anda lihat gedung2 tinggi di sudirman jakarta, ya mereka itu mempunyai services, core, organisasi, yang membuat orang memakai jasa mereka, membeli produk mereka, kunci nya adalah jual dan beli, lalu broker, hanya 3 itu saja.

6. kekuatan modal finansial yang tidak di dukung dengan keputusan yg jernih, serta support sdm didalamnya yang baik, dan management yg baik, hanya akan merusak dan memperkecil modal, alias modal bisa menyusut, so ? kalau anda melihat orang yg sudah berdagang, lama, dan akhirnya besar, bisa jadi karena pinjaman bank, suntikan dana , namun bisa jadi karena, dia mengelola bisnsi dan usahanya dengan baik, karena modal akan bertambah dengan sendirinya, seiring dengan profit yang disisihkan untuk di putar ke roda gila cashflow, percuma saja ditanam modal 1 milyar rupiah, ketika dikelola dengan buruk, bisa-bisa di balikin, tinggal bersisa 10 jt, namun lain hal dengan orang yg memulai dengan baik usaha di modal 10jt, bisa jadi 3-5 tahun berjalan sudah di angka 500jt bahkan lebih, karena pengelolaannya sangat baik. so apa yang anda pikirkan dengan usaha anda sekarang? .. membuat bola salju dari sisi cashflow adalah sangat penting dan erat kaitannya dengan pelayanan serta service.

7. banyak orang yg sdh berpengalaman dagang, dengan uang 10 jt mereka bisa ciptakan 2 jt setiap bulan, alias dengan cashflow 100 jt pun 20jt setiap bulan didapat, dan seterusnya, untuk itu lah apabila anda depositokan uang 1M anda di bank, itu hanya dapat sekitar 4 juta rupiah tiap bulan, uang anda tidak ada artinya di depositokan, . . dari sini lah orang mulai berusaha mencari akal, mengutak atik, cara-cara agar bisa jauh diatas angka deposito, apakah nama cara itu ? nama caranya , berdagang / berwiraswasta / berusaha , jadi mengusahakan yang belum ada.

8. Kesaktian-kesaktian roda usaha dan roda bisnis, perusahaan perusahaan besar, yang membuat lulusan S1 FG, menyerah dan langsung meng-apply job ke perusahaan multinasional, sebegitu mengerikannya idealisme dibunuh atau terbunuh , dan langsung menyerah, ya memang begitu, realistis dan cepat, dan ingat, itu lah saktinya modal yang unlimited, namun jika anda berusaha / berdagang , melihat kompetitor mempunyai cashflow dan modal yg kuat, jangan patah semangat, hukum bola salju adalah, modal 10 jt pun akan jadi modal 100jt, jika anda mengelola dengan benar, tetapi sebaliknya jika anda tanamkan 100jt, itu akan menjadi 10 jt, cepat atau lambat, selama pengaturan sdm , management anda buruk, karena yang namanya gaji karyawan, sewa kantor, operasional, dan sebagainya itu semua di biayai dari ujung tombak perusahaan yaitu penjualan. kembali lagi semua itu kembali ke jual beli dan calo.

9. Sibuk melihat , menakar, mengira2, berapa modal saingan saya, itu akan sangat membantu saingan anda untuk mengalahkan anda, tanpa perlu berbuat apa-apa ke anda, karena anda terlalu sibuk dengan lihat lihat tetangga, dan anda tidak paham dengan hukum bola salju, dimana bola salju itu adalah sesuatu perjuangan keras, melawan waktu, melawan zaman, melawan semuanya, sehingga menjadi besar. ditambah pula anda memperlihatkan secara gamblang kelemahan mental anda, kepada kompetitor anda, kelemahan mental lebih mahal harganya ketimbang kelemahan anda kekurangan modal usaha, karena mental itu ibarat bahan bakar sekelas avtur pesawat, sementara kelemaham modal itu ibarat bahan bakar minyak tanah, perbandingannya. toh kalau posisinya langsung dibalik ke anda, pun bisa jadi bukan profit yang anda dapat malah hutang yg anda dapat di akhir, karena, perbekalan amunisi terlalu cepat, tidak sebanding dengan kemampuan managerial dan softskill anda berkembang. (bodoh) lebih tepatnya.

10. orang jualan koran bekas, bisa naik haji, orang jualan bubur buka dari jam 6 sampai jam 12 malam, bisa nyekolahin anaknya sampai keluar negri, orang jualan keripik pedas, cemilan dan kudapan, sekarang usaha properti dimana2, orang jualan bawang goreng, dimasukan kedalam toples plastik, sekarang pegang supply ke 2 hotel, orang jualan rak kayu dan aneka display, sekarang supply ke toko2 besar seperti gramedia, toyskingdom, toyscity, orang jualan ..... orang jualan ...... orang jualan ....... bla bla bla bla bla, semua kembali ke mengelolanya, memanagenya, dan lihat background bagaimana segempalan tangan bola salju yang pada saat awal bisnisnya sekarang sudah menjadi sebesar meteor yang sangat besar, kalau lah jualan kuaci tidak menguntungkan, maka anda tidak bisa menemukan kuaci2 di supermarket, mau merek cap gajah, bunga matahari, dan lainnya,
so, jualan apakah anda ?....

11. Seberapa kuat anda ingin sama persis dengan kompetitor anda ? memangnya anda mesin foto kopi ?, tanggal lahir, jam , tempat dibesarkan saja sudah beda, muka aja udah beda, bagaimana bisa anda mau tumpek blek copas sama persis ? setiap manusia punya otak, akal, fikiran, ide, kreatifitas, emosional, gagasan yang berbeda2, anda cukup ambil saja garis besar di bagian paling belakangnya, apakah itu ? cetak saja skor skor an uang nantinya berapa, tanpa perlu sama persis dengan kompetitor anda. semua ada jalan dan gaya masing2, satu2 nya orang yg bisa mengcopas persis sama seperti contohnya adalah si owner atau foundernya sendiri., bukan orang lain seperti anda.

12. ada tersirat 1 sukses mematikan 10 lainnya, adapula tersirat, 1 sukses , 10 yang lainnya ikut terbawa sukses, tentunya apabila tidak ada konflik interest yang beradu didalamnya, pakai saja cara anda masing-masing dalam memperbesar bola salju, karena hukum tersirat ini, memang benar ada tapi terkecuali untuk yang punya jalan dan pintar jeli mengambil celah di antara tembok, dinding yang tebal.

13. usaha / dagang yg hebat itu yg mampu bertahan dekade demi dekade, bukan dilihat dari apa yg sudah anda pamerkan ke orang2 dekat sekitar anda dari usaha anda. percuma anda pamer2 tetapi usaha anda dijadikan sapi perah untuk glamour dan gaya hidup anda. masih adakah usaha anda di 10 tahun kedepan ?

14. anda teriak modal kecil, gak bisa gerak, gk ada modal, gk ada modal, yakin ketika ada modal anda bisa seperti yang anda lihat ? , penambahan modal berarti penambahan workload, penambahan jam kerja, penambahan effort, penambahan kesibukan, penambahan pelanggan, penambahan setoran, penambahan aktifitas, urus saja aktifitas modal anda yg 10 jutaan itu dulu (contoh). semua melalui tahapan, proses tangga demi tangga.

15. jangan pernah anda melihat gaya konglomerat, / anak konglomerat / orang besar membuka bisnis, yang langsung menggeolontorkan dana ratusan juta , milyaran bahkan puluhan miyar hingga ratusan, mereka itu sudah punya softskill, pengalaman, serta jangan lupa, itu mungkin bisnis mereka yang ke 10, dan sudah di perhitungkan oleh risk management, dan di analisis feasible studinya, serta kalau amsiong pun ada 9 pelor lagi, buat anda yang masih lahiran anak bisnis 1, 2 , ya anda sendiri donk yang turun tangan perhitungkan semuanya, lagipula justru mereka itu sudah memperhitungkan menggelontorkan dana 10 milyar untuk jadi si bola salju itu 50 milyar atau lebih, makanya sampai bayar orang untuk memperhitungkan segala sesuatunya agar tidak salah, tetap saja intinya perkembangan, pertambahan, pertumbuhan, pembesaran. mereka punya kepentingan untuk menghitung sedetil mungkin agar tidak menyusut 1 mili meter pun ketika bola salju itu di jalankan.

16. inti dari pengusaha, wiraswasta, pedagang, itu hampir2 sama, sama2 mengusahakan yang belum ada menjadi ada, apakah itu yang belum ada menjadi ada ? yaa gak usah basa basi mencla mencle, jelas lah cashflow, putarn uang, didalam roda gila permainan usaha, bisnis, dagang, aktifitas jualbeli itu lah,
dulu main di awal 1 juta, sekarang bisa gak bertumbuh jadi main di 10 juta, dulu main di 10 juta, bisa gak sekarang jadi main di 100juta, sekarang main di 100 juta, bisa gak besok main di 500 juta ? ... nah kalau anda main 100 jt, anda ambil yang menjadi hak anda 10-20 juta, sah toh ? sahhhhhhh.... belum ada saya dengar pengusaha itu dulu main 100 juta, sekarang dia maunya main 10 juta, bahkan dulu main 100 jt, sekarang main 100 jt aja, si pengusaha udah stress karena itu menyalahi hukum bola salju. dalam artian usaha nya stagnan. kalau diawal anda main 10 juta, di akhir malah hutang 10 juta, anda ini sedang mengusahakan apa toh ?.

masih percayakah anda terhadap hukum bola salju ?

Minggu, 13 Desember 2015

122 Kabupaten Daerah Tertinggal di Indonesia 2015-2019

http://m.detik.com/news/berita/3092196/jokowi-tetapkan-122-kabupaten-ini-daerah-tertinggal-2015-2019

Kamis 10 Dec 2015, 10:18 WIB

Jokowi Tetapkan 122 Kabupaten ini Daerah Tertinggal 2015-2019

Jakarta - Presiden Jokowi telah menetapkan 122 kabupaten ini sebagai daerah tertinggal 2015-2019. Apa alasannya?

Penetapan itu tertuang dalam Peraturan Presiden (perpres) Nomor 131/2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015–2019. Perpres itu ditandatangani pada (4/11/2015) lalu, seperti tertuang dalam situs Setkab, Kamis (10/12/2015).

Dalam Perpres disebutkan,  daerah tertinggal yakni daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional.

Suatu daerah ditetapkan sebagai daerah tertinggal berdasarkan kriteria: 

a. perekonomian masyarakat; 
b. sumber daya manusia; 
c. sarana dan prasarana; 
d. kemampuan keuangan daerah; 
e. aksesibilitas; dan 
f. karakteristik daerah.

"Kriteria ketertinggalan sebagaimana dimaksud diukur berdasarkan indikator dan sub indikator. Ketentuan mengenai indikator dan sub indikator sebagaimana dimaksud diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pembangunan daerah tertinggal," bunyi pasal 2 ayat 2 dan 3 perpres tersebut.

Menurut perpres ini, pemerintah menetapkan daerah tertinggal setiap 5 tahun sekali secara nasional berdasarkan kriteria, indikator, dan sub indikator ketertinggalan daerah. Penetapan daerah tertinggal sebagaimana dimaksud dilakukan berdasarkan usulan menteri dengan melibatkan kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah.

Dalam hal adanya pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah kabupaten; atau upaya mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam, menurut perpres ini, presiden dapat menetapkan daerah tertinggal baru.

Dengan perpres ini ditetapkan daerah tertinggal tahun 2015-2019 sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Perpres ini, yaitu:

1. Provinsi Aceh: Kab. Aceh Singkil. 

2. Provinsi Sumatera Utara: 1. Kab. Nias; 2. Kab. Nias Selatan; 3. Kab. Nias Utara; 4. Kab. Nias Barat. 

3. Provinsi Sumatera Barat: 1. Kab. Kepulauan Mentawai; 2. Kab. Solok Selatan; 3. Kab. Pasaman Barat. 

4. Provinsi Sumatera Selatan: 1. Kab. Musi Rawas; 2. Kab. Musi Rawas Utara. 

5. Provinsi Bengkulu: Kab. Seluma. 

6. Provinsi Lampung: 1. Kab. Lampung Barat; 2. Kab. Pesisir Barat.

7. Provinsi Jawa Timur: 1. Kab. Bondowoso; 2. Kab. Situbondo; 3. Kab. Bangkalan; 4. Kab. Sampang. 

8. Provinsi Banten: 1. Kab. Pandeglang; 2. Kab. Lebak. 

9. Provinsi NTB: 1. Kab. Lombok Barat; 2. Kab. Lombok Tengah; 3. Kab. Lombok Timur; 4. Kab. Sumbawa; 5. Kab. Dompu; 6. Kab. Bima; 7. Kab. Sumbawa Barat; 8. Kab. Lombok Utara. 

10. Provinsi NTT: 1. Kab. Sumba Barat; 2. Kab. Sumba Timur; 3. Kab. Kupang; 4. Kab. Timor Tengah Selatan; 5. Kab. Timor Tengah Utara; 6. Kab. Belu; 7. Kab. Alor; 8. Kab. Lembata; 9. Kab. Ende; 10. Kab. Manggarai; 11. Kab. Rote Ndao; 12. Kab. Manggarai Barat; 13. Kab. Sumba Tengah; 14. Kab. Sumba Barat Daya; 15. Kab. Nagekeo; 16. Kab. Manggarai Timur; 17. Kab. Sabu Raijua; 18. Kab. Malaka.

11. Provinsi Kalimantan Barat: 1. Kab. Sambas; 2. Kab. Bengkayang; 3. Kab. Landak; 4. Kab. Ketapang; 5. Kab. Sintang; 6. Kab. Kapuas Hulu; 7. Kab. Melawi; 8. Kab. Kayong Utara. 

12. Provinsi Kalimantan Tengah: 1. Kab. Seruyan. 

13. Provinsi Kalimantan Selatan: 1. Kab. Hulu Sungai Utara. 

14. Prov. Kalimantan Timur: 1. Kab. Nunukan; 2. Kab. Mahakam Ulu.

15. Provinsi Sulawesi Tengah: 1. Kab. Banggai Kepulauan; 2. Kab. Donggala; 3. Kab. Toli-Toli; 4. Kab. Buol; 5. Kab. Parigi Moutong; 6. Kab. Tojo Una-Una; 7. Kab. Sigi; 8. Kab. Banggai Laut; 9. Kab. Morowali Utara. 

16. Prov. Sulawesi Selatan: 1. Kab. Janeponto. 

17. Prov. Sulawesi Tenggara: 1. Kab. Konawe; 2. Kab. Bombana; 3. Kab. Konawe Kepulauan. 

18. Prov. Gorontalo: 1. Kab. Boalemo; 2. Kab. Pohuwato; 3. Kab. Gorontalo Utara. 

19. Prov. Sulawesi Barat: 1. Kab. Polewali Mandar; 2. Kab. Mamuju Tengah.

20. Prov. Maluku: 1. Kab. Maluku Tenggara Barat; 2. Kab. Maluku Tengah; 3. Kab. Buru; 4. Kab. Kepulauan Aru; 5. Kab. Seram Bagian Barat; 6. Kab. Seram Bagian Timur; 7. Kab. Maluku Barat Daya; 8. Kab. Buru Selatan. 

21. Prov. Maluku Utara: 1. Kab. Halmahera Barat; 2. Kab. Kepulauan Sula; 3. Kab. Halmahera Selatan; 4. Kab. Halmahera Timur; 5. Kab. Pulau Morotai; 6. Kab. Pulau Taliabu.

22. Prov. Papua Barat: 1. Kab. Teluk Wondama; 2. Kab. Teluk Bintuni; 3. Kab. Sorong Selatan; 4. Kab. Sorong; 5. Kab. Raja Ampat; 6. Kab. Tambrauw; 7. Kab. Maybrat. 

23. Prov. Papua: 1. Kab. Merauke; 2. Kab. Jayawijaya; 3. Kab. Nabire; 4. Kab. Kepulauan Yapen; 5. Kab. Biak Numfor; 6. Kab. Paniai; 7. Kab. Puncak Jaya; 8. Kab. Boven Digoel; 9. Kab. Mappi; 10. Kab. Asmat; 11. Kab. Yahukimo; 12. Kab. Pegunungan Bintang; 13. Kab. Tolikara; 14. Kab. Sarmi; 15. Kab. Keerom; 16. Kab. Waropen; 17. Kab. Supiori; 18. Kab. Memberamo Raya; 19. Kab. Nduga; 20. Kab. Lanny Jaya; 21. Kab. Memberamo Tengah; 22. Kab. Yalimo; 23. Kab. Dogiyai; 24. Kab. Intan Jaya; dan 25. Kab. Deiyai.

Evaluasi

Perpres ini juga menegaskan, bahwa Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pembangunan daerah tertinggal dengan melibatkan kementerian/lembaga terkait lainnya melakukan evaluasi terhadap daerah tertinggal setiap 1 tahun sekali.

Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dengan menggunakan metode penghitungan: a. indeks komposit; b. nilai selang (range); c. interval; dan/atau d. persentase desa tertinggal pada kabupaten.

"Perpres ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan," bunyi pasal 8 perpres yang telah diundangkan oleh Menkum HAM (nwy/nwk)

Copyright @ 2015 detikcom
All right reserved