Sabtu, 30 September 2017

Michael Jordan How To Uplift our Capabilities

Michael Jordan, berkulit hitam, lahir pada tahun 1963, di daerah kumuh Brooklyn, New York. Ia memiliki empat orang saudara, sementara upah ayahnya yang hanya sedikit tidak cukup untuk menafkahi keluarga. Semenjak kecil, ia melewati kehidupannya dalam lingkungan miskin dan penuh diskriminasi, hingga ia sama sekali tidak bisa melihat harapan masa depannya.

Ketika ia berusia tiga belas tahun, ayahnya memberikan sehelai pakaian bekas kepadanya, “Menurutmu, berapa nilai pakaian ini?” Jordan menjawab, “Mungkin 1 dollar.” Ayahnya kembali berkata, “Bisakah dijual seharga 2 dollar? Jika engkau berhasil menjualnya, berarti telah membantu ayah dan ibumu.” Jordan menganggukkan kepalanya, “Saya akan mencobanya, tapi belum tentu bisa berhasil.”

Dengan hati-hati dicucinya pakaian itu hingga bersih. Karena tidak ada setrika untuk melicinkan pakaian, maka ia meratakan pakaian dengan sikat di atas papan datar, kemudian dijemur sampai kering. Keesokan harinya, dibawanya pakaian itu ke stasiun bawah tanah yang ramai, ditawarkannya hingga lebih dari enam jam. Akhirnya Jordan berhasil menjual pakaian itu. Kini ia memegang lembaran uang 2 dollar dan berlarilah ia pulang.

Setelah itu, setiap hari ia mencari pakaian bekas, lalu dirapikan kembali dan dijualnya di keramaian.

Lebih dari sepuluh hari kemudian, ayahnya kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas kepadanya, “Coba engkau pikirkan bagaimana caranya untuk menjual pakaian ini hingga seharga 20 dolar?” Kata Jordan, “Bagaimana mungkin? Pakaian ini paling tinggi nilainya hanya 2 dollar.” Ayahnya kembali memberikan inspirasi, “Mengapa engkau tidak mencobanya dulu? Pasti ada jalan.”

Akhirnya, Jordan mendapatkan satu ide, ia meminta bantuan sepupunya yang belajar melukis untuk menggambarkan Donal Bebek yang lucu dan Mickey Mouse yang nakal pada pakaian itu. Lalu ia berusaha menjualnya di sebuah sekolah anak orang kaya. Tak lama kemudian seorang pengurus rumah tangga yang menjemput tuan kecilnya, membeli pakaian itu untuk tuan kecilnya. Tuan kecil itu yang berusia sepuluh tahun sangat menyukai pakaian itu, sehingga ia memberikan tip 5 dolar. Tentu saja 25 dollar adalah jumlah yang besar bagi Jordan, setara dengan satu bulan gaji dari ayahnya.

Setibanya di rumah, ayahnya kembali memberikan selembar pakaian bekas kepadanya, “Apakah engkau mampu menjualnya kembali dengan harga 200 dolar?” Mata ayahnya tampak berbinar.

Kali ini, Jordan menerima pakaian itu tanpa keraguan sedikit pun. Dua bulan kemudian kebetulan aktris film populer “Charlie Angels”, Farah Fawcett datang ke New York melakukan promo. Setelah konferensi pers, Jordan pun menerobos pihak keamanan untuk mencapai sisi Farah Fawcett dan meminta tanda tangannya di pakaian bekasnya. Ketika Fawcett melihat seorang anak yang polos meminta tanda tangannya, ia dengan senang hati membubuhkan tanda tangannya pada pakaian itu.

Jordan pun berteriak dengan sangat gembira, “Ini adalah sehelai baju kaus yang telah ditandatangani oleh Miss Farah Fawcett, harga jualnya 200 dollar!” Ia pun melelang pakaian itu, hingga seorang pengusaha membelinya dengan harga 1.200 dollar.

Sekembalinya ke rumah, ayahnya dengan meneteskan air mata haru berkata, “Tidak terbayangkan kalau engkau berhasil melakukannya. Anakku! Engkau sungguh hebat!”

Malam itu, Jordan tidur bersama ayahnya dengan kaki bertemu kaki. Ayahnya bertanya, “Anakku, dari pengalaman menjual tiga helai pakaian yang sudah kau lakukan, apakah yang berhasil engkau pahami?”

Jordan menjawab dengan rasa haru, “Selama kita mau berpikir dengan otak, pasti ada caranya.”

Ayahnya menganggukkan kepala, kemudian menggelengkan kepala, “Yang engkau katakan tidak salah! Tapi bukan itu maksud ayah. Ayah hanya ingin memberitahumu bahwa sehelai pakaian bekas yang bernilai satu dolar juga bisa ditingkatkan nilainya, apalagi kita sebagai manusia yang hidup? Mungkin kita berkulit lebih gelap dan lebih miskin, tapi apa bedanya? Tergantung bagaimana kita mendayagunakan potensi yang ada dalam diri kita masing-masing.”

Seketika dalam pikiran Jordan seakan ada matahari yang terbit. Bahkan sehelai pakaian bekas saja bisa ditingkatkan harkatnya, lalu apakah saya punya alasan untuk meremehkan diri sendiri?

Sejak saat itu, dalam hal apapun, Michael Jordan merasa bahwa masa depannya indah dan penuh harapan. Dia mengasah potensinya hingga akhirnya dia menjadi salah seorang pemain basket terhebat di dunia ini dan menjadi salah seorang atlet terkaya.

JOKOWI NOBAR G 30S/PKI

*PESAN DARI PAKAIAN*

Kemarin malam Jokowi datang ke Bogor dan ikut nonton pemutaran Film G30S/ PKI. Lucunya, pada saat yang sama Panglima TNI yang menginstruksikan pemutaran Film itu bukan nya ikut nonton film tapi malah nonton Wayang di tempat lain 🤣🤣🤣 dan segera menyusul ke Bogor ketika tahu Jokowi justru nobar di Bogor.

Hal yang menarik kemarin selain peristiwa Panglima minta Rakyat nonton G30S /PKI tapi dia justru nonton wayang, adalah jaket merah yang di kenakan Jokowi saat nobar.

Dalam empat hari terakhir dua kali Jokowi kenakan jaket merah. Pertama saat Deklarasi Kebangsaan yang di ikuti 3.000 pimpinan perguruan tinggi dan kedua saat nonton bareng film G30 S PKI di Bogor kemarin.

Kenapa Jokowi nonton film dengan jaket yang sama dan merah? Ada tiga pesan yang kira kira ingin disampaikan oleh Jokowi.

Pertama, ia ingin mengingatkan perkataan Soekarno untuk tidak melupakan sejarah apalagi memanipulasi sejarah. Pesan yang tajam dan mengena, menegur Pelaku politik yang menggunakan sejarah untuk mencari dukungan dan memanas manasi situasi dan mewarisi kebencian pada generasi generasi baru. Jokowi menegur tidak dengan kata tapi dengan warna. Warna itu seperti mengingatkan kita pada pernyataan Jokowi yang meminta agar ada versi milenial untuk film G30S/PKI.

Ke dua, jaket itu akan membuat siapapun akan mengingat kembali jaket yg sama yang dikenakan oleh Jokowi di hadapan 3.000 pimpinan Perguruan Tinggi se Indonesia yang secara tegas dan bulat menyatakan menolak radikalisme dan intoleransi. Siapapun pelaku politik pasti ingat gegernya pertemuan Pimpinan Perguruan Tinggi di Bali 26 September kemarin. Jadi kalau itu jaket yang sama maka berarti Jokowi pakai jaket itu tanggal 26  September, cuci jaket tanggal 27 lalu kering dan di setrika tanggal 28 dan dipakai lagi tanggal 29 September.

Ketika Jokowi kenakan Jaket yg sama maka Jokowi ingin katakan bahwa sikap politik nya yang menolak Radikalisme di dukung penuh oleh Ribuan pimpinan Perguruan Tinggi yang total Mahasiswanya bisa mencapai 20 juta orang belum terhitung alumni alumninya.

Ke tiga, Jokowi sepertinya ingin mengingatkan agar tidak ada lagi pihak yang mengganggu PDI Perjuangan dengan isu isu murahan seperti PKI dll. Dengan Jaket itu Jokowi seolah ingin katakan bahwa dia adalah kader PDI Perjuangan. Jokowi seolah bicara dengan pakaiannya "saya PDI Perjuangan lho..."

Jokowi itu Jawa yang sering kali bicara tidak dengan mulut nya tapi dengan _body languange_, gestur tubuh termasuk pilihan pakaian seperti saat ia datang ke DPR bersama JK  dengan pakaian adat Sulsel dan JK berpakaian adat Jawa. Kedatangan kedua pimpinan negara ke DPR dengan pakaian adat yang saling bertukar sepertinya ingin menyampaikan pesan persatuan bagi para anggota DPR yang jangan jangan ada juga yang terlibat memanas manasi suhu politik dengan isu SARA dalam satu tahun terakhir.

Pakaian dalam adat Jawa umumnya selalu punya cerita seperti Motif batik yang berbeda beda dan setiap motif juga punya cerita nya sendiri.

#Jokowicerdik
#PancasilaAntiIsuSara

Jumat, 29 September 2017

KISAH Lelang WARREN BUFFET

💟 💖    R E N D A H   H A T I    💖 💟

Teman saya pernah ikut lelang makan malam bersama Warren Buffett. Lelang ini diselenggarakan oleh Alibaba ketika Warren Buffett berkunjung ke Hong Kong.

Pemenang lelang adalah mereka yang paling tinggi menawar,. Hasil lelang akan disumbangkan untuk kegiatan amal.

Pemenangnya adalah seorang pengusaha kreatif di bidang IT dari China. Dia membayar USD 1 juta. Dalam acara makan malam itu bukan hanya pemenang lelang bisa ikut makan malam dalan satu table dengan sang super billoner nomor 5 di dunia ini tapi juga ikut gabung mereka yang dipilih sendiri oleh Warren buffet.

Salah satunya adalah teman saya. Mengapa teman saya terpilih ? karena dia adalah peserta lelang dengan harga terendah.

Acara makan malam diadakan di Financial Club, Ritz Carlton di kawasan paling bergengsi di Hong Kong, Financial Center. Kebetulan saya members Financial Club bisa hadir dalam acara makan malam itu walau tidak satu table dengan sang billionare legendaris itu.

Semua datang dengan pakaian terbaik dengan aksesoris mahal. Tapi tahukan anda?..Sang billionare datang dengan pakaian sederhana. Celana Jean (denim), tshirt warna merah tanpa merek. Topi koboi. Itulah sosok kakek yang disegani dunia , yang pernah membuat Menteri Keuangan Amerika memohon agar dia membantu Amerika dari krisis Mortgage di tahun 2008.

Pada acara makan malam itu, teman saya bertanya kepada Warren Buffet mengapa dia terpilih duduk satu table padahal dia adalah penawar terendah. Anda tahu apa kata Warren Buffet ? tanya teman saya.

Warren Buffet menjawab " Mereka yang mengajukan penawaran tertinggi untuk menghargai saya tidak membuat saya bahagia bahkan saya takut dengan diri saya sendiri. Tapi anda menawar dengan harga terendah membuat saya terharu karena semakin mengingatkan bahwa saya bukanlah siapa siapa dan saya senang bila dunia hanya mengenal saya sebagai seorang Warren Buffet, sebagai seorang kakek, ayah dan sahabat tanpa perlu melihat apa yang saya miliki.

Saya rindu ketulusan dan dunia ini akan sangat berbeda bila semua kita bersahabat karena dasarnya ketulusan tanpa terpengaruh dengan merek dan credit card, clubs mewah. "

Para hadirin dalam acara makan malam itu nampak menundukkan muka merasa malu akan kata kata Warren Buffet. Kemudian pemenang lelang itu bertanya kepada Warren buffet " Apa nasehat anda untuk saya?"

Dengan tersenyum Warren Buffett berkata :
*" Teruslah berkerja keras, raihlah apa saja yang menjadi cita citamu, setelah mendapatkannya maka kembalilah kepada Tuhan, berbagilah, dan rendah hatilah. Jangan pernah merasa bangga terhadap dirimu karena orang menghargai hartamu tapi banggalah karena kamu bisa merangkul orang yang membencimu dan berteman dengan orang yang tidak bertanya siapa kamu, berapa hartamu "*.

Rabu, 27 September 2017

Arti POLITIK di Pidato Honoris Causa Megawati

PIDATO MEGAWATI SOEKARNOPUTRI saat menerima Doktor HC dari Universitas Negeri Padang.

Assalamualaikum, Wr.Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua,
Om Swastiastu
Namo Buddhaya
Selamat Pagi

Yang terhormat, Rektor, Senat dan Civitas Akademika Universitas Negeri Padang.

Yang  terhormat para menteri Kabinet Kerja dan pimpinan lembaga negara Republik Indonesia.

Yang terhormat, anggota DPR-RI, Gubernur dan DPRD Provinsi Sumbar, Bupati dan Walikota se Provinsi Sumbar, Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau Sumatera Barat dan Ketua MUI Sumatera Barat, para alim ulama, dan ninik mamak. Rekan-rekan media, hadirin tamu undangan yang berbahagia,

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, Tuhan Yang Maha Esa.  Berkat perkenan-Nya kita dapat berkumpul di Auditorium Universitas Negeri Padang. Ijinkan di awal pidato ilmiah ini, saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghormatan kepada Senat Universitas Negeri Padang atas keputusan memberikan gelar Doktor Honoris Causa kepada saya. Saya sangat antusias, bangga dan sekaligus  sangat bersyukur, karena gelar yang diberikan adalah dalam Bidang Politik Pendidikan. Universitas Negeri Padang telah membuat keputusan akademis yang membuka kembali cakrawala: politik dan pendidikan adalah dua hal yang tidak mungkin dipisahkan. Politik menghasilkan sistem pendidikan, pendidikan mempengaruhi kehidupan politik.

Hadirin yang saya hormati,
Entitas politik terkecil adalah keluarga. Begitu pula dengan pendidikan, juga dimulai dari dalam keluarga. Seperti yang saya alami, saya sangat beruntung mendapatkan pendidikan politik langsung dari ayah saya, Bapak Bangsa Indonesia, Bung Karno. Definisi politik yang paling hakiki menurut Bung Karno adalah cara meng-abadi-kan diri bagi kepentingan orang banyak. Maksudnya,  membuat diri kita memiliki cita-cita dan tujuan abadi yang tidak berorientasi pada diri sendiri. Dalam politik, setiap diri, dituntut untuk mempersembahkan seluruh pengabdian “diriku untuk orang lain”. Tat Twam Asi. Artinya, “aku adalah engkau, engkau adalah aku”. Kata-kata tersebut mengandung pengertian filosofis, bagaimana seharusnya kita memiliki empati dan menghayati perasaan orang lain. Dalam politik, saya menyebutnya politik berwajah dan berjiwa kemanusiaan, yaitu Politik humanis. Politik adalah sebagai alat untuk mewujudkan kebaikan dan kemaslahatan bagi umat manusia.

Politik sejatinya adalah jalan untuk mewakafkan hidup agar bermanfaat bagi orang lain, bagi kepentingan rakyat, bangsa dan negara. Hal senada diajarkan pula oleh Nabi Muhammad kepada kita, khairunnas anfa’ uhum linnas. Sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikan manfaat bagi manusia lain. Itulah keyakinan dan jalan politik yang saya pilih, baik sebagai seorang muslim, maupun sebagai seorang politisi. Oleh sebab itu, di dalam berbagai kesempatan saya selalu mengingatkan, “Kebahagian kita bukan pada saat dekat dengan kekuasaan, namun saat kita menangis dan tertawa bersama rakyat.”

Saudara-saudara
Mazhab “politik humanis” pasti berseberangan dengan mazhab politik - yang istilahnya dipopulerkan filsuf Thomas Hobes- yaitu Homo Homini Lupus. Artinya, manusia adalah serigala bagi manusia lain. Dalam ranah politik prakteknya dapat dijumpai melalui perilaku para aktor politik yang menghalalkan segala cara untuk mencapai kekuasaan. Seperti, memfitnah dan melakukan pembunuhan karakter secara sistematis. Bahkan, mereka anggap sebuah kewajaran, lumrah dan sah-sah saja untuk menghilangkan nyawa orang lain yang dianggap lawan atau penghalang.

Saat politik yang menghalalkan segala cara dijalankan, maka hukum positif pasti  dimandulkan. Pengetahuan hanya akan menjadi stempel pembenaran tindak kekerasan. Pernyataan ilmiah digunakan sebagai legitimasi dari tindakan amoral dan inkonstitusional. Mari kita renungkan dan tanyakan pada diri masing-masing. Politik pendidikan seperti apa yang akan diproduksi oleh mereka yang ingin berkuasa dengan  menghalalkan segala cara? Masyarakat seperti apa yang akan lahir dari politik pendidikan semacam itu? Tentu, kita tidak akan pernah membiarkan siasat politik keji tersebut direproduksi di bumi Indonesia.

Hadirin yang saya hormati,
Ilmu pengetahuan yang ditanamkan melalui pendidikan, jelas tidak berdiri sendiri. Selalu ada relasi antara ilmu pengetahuan dengan kekuasaan. Filsuf Prancis, Michel Foucoult membongkar relasi tersebut. Ia mengatakan bahwa kekuasaan selalu teraktualisasi melalui pengetahuan dan pengetahuan selalu memiliki efek kuasa. Di balik ilmu pengetahuan selalu ada ideologi politik. Contohnya, sejarah kolonial Belanda yang semakin menancapkan kekuasaannya di Hindia Belanda dengan politik etis, yang juga dijalankan melalui bidang pendidikan.

Politik etis atau politik balas budi dimulai pada tahun 1901, yang seolah membuka akses pendidikan bagi rakyat pribumi. Padahal, maksud politik yang sebenarnya adalah agar kolonialisme tetap bertahan, dengan diperkuat oleh tenaga cakap pribumi yang dibayar dengan murah.

Saudar-saudara,
sebagai antitesa dari politik etis, kemudian lahir gerakan perlawanan rakyat Indonesia yang lebih terorganisir. Menurut Wahidin Sudiro Husodo, salah satu cara untuk membebaskan diri dari penjajahan adalah rakyat harus cerdas. Ia menganjurkan agar para siswa STOVIA mendirikan organisasi yang bertujuan memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa. Pemikiran tersebut mendorong Dr. Sutomo, Dr Cipto Mangunkusumo dan Gunawan Mangunkusumo untuk mendirikan Budi Utomo pada tahun 1908.

Saudara-saudara,
Saya meyakini sejarah selalu dinamis, selalu ditandai dengan perubahan. Dan, perubahan demi perubahan dalam sejarah Indonesia dipengaruhi oleh pemikiran para pendiri bangsa. Contohnya adalah para tokoh nasional dari tanah Minang, yang kebetulan pernah saya kenal dan sangat saya hormati, seperti Bung Hatta, KH. Agus Salim dan Bung Syahrir. Ada pula tokoh perempuan yang saya kagumi dalam dunia pendidikan. Jika di Jawa ada R.A Kartini dan Dewi Sartika, maka di bumi Minangkabau ada perempuan hebat bernama Rohana Kudus. Pada tahun 1911, ia mendirikan Kerajinan Amai Setia, yaitu sebuah wadah bagi perempuan untuk belajar membaca, menulis dan berhitung, serta keterampilan lain. Banyak yang tidak tahu, Rohana adalah pendiri surat kabar perempuan pertama di Indonesia, yang diberi nama “Sunting Melayu”.

Saudara-saudara,
Sejarah mengajak kita untuk tidak pasif, apalagi larut pada keadaan yang mengekang dan membelenggu. Sejarah menuntun kita  untuk berdialektika. Dengan berani melakukan dialektika, kita akan mampu mengintervensi perjalanan sejarah, untuk menciptakan sejarah baru peradaban. Contoh yang dapat kita tauladani adalah dialektika sejarah Bung Karno muda. Pada tahun 1930, saat usianya sekitar 29 tahun, Bung Karno meletakkan sejarah baru dalam gerakan politik melawan penjajah Belanda. Ia tidak tunduk pada intimidasi penjajah yang melarang pembentukan organisasi politik, Partai Nasional Indonesia.

Di sel penjara Banceuy, Bandung, -yang sempit dan pengap-, Bung Karno menulis pembelaan politik. Ia nyatakan pembelaan itu bukan sebagai pledoi atas nama pribadi atau partainya. Namun, menjadi sebuah gugatan atas nama rakyat Indonesia, Indonesia Menggugat. Bung Karno bukan hanya mengkritik pemerintah kolonial Belanda. Gugatan ilmiah yang tajam dilontarkannya pula kepada imperialisme dan kapitalisme internasional yang menciptakan tragedi kemanusiaan.

Indonesia Menggugat adalah sebuah karya yang kaya akan literatur dan referensi ilmiah. Bung Karno mensitir 60 pemikir dunia, mulai dari yang beraliran nasionalis, marxis, hingga humanis radikal. Pisau analisa yang digunakannya adalah pemikiran dari Mustafa Kamil, Sun Yat Sen, Naidu, Karl Kautsy, Karl Marx, Sneevliet, hingga Jean Jaures. Menyitir satrawan August de Wit, termasuk ekonom Rudolf Hilferding, dan sebagainya. Bung Karno mensintesakan keseluruhan pemikiran yang dipelajarinya tersebut dalam konteks Indonesia saat itu, lengkap dengan argumentasi dan data konkret politik, sosial, ekonomi, untuk kepentingan rakyat Indonesia.

Hal penting yang diajarkan Bung Karno ialah: boleh saja kita pelajari berbagai pemikiran tokoh dunia, boleh saja kita mengenyam pendidikan di luar negeri, namun jangan pernah lari dari jati diri dan karakter bangsa sendiri.

Tak heran, jika kemudian sepanjang hidupnya Bung Karno tercatat dianugerahi 26 gelar Doktor Honoris Causa. Ia diakui memiliki wawasan keilmuan yang luas dan berkontribusi terhadap berbagai cabang ilmu pengetahuan. Doktor Honoris Causa yang diterimanya antara lain dalam bidang Ilmu Teknik, Ilmu Sosial dan Politik, Ilmu Hukum, Ilmu Sejarah, Ilmu Filsafat dan  Ilmu Ushuluddin. Gelar tersebut diberikan tidak hanya dari berbagai universitas dalam negeri, namun juga dari luar negeri, seperti dari Columbia University (Amerika Serikat), Berlin University (Jerman), Lomonosov University (Moscow) dan Al-Azhar University (Kairo).

Saudara-saudara,
Pada kesempatan ini saya juga ingin mengajak saudara semua untuk mendalami kembali arsip risalah sidang BPUPK. Dalam sidang itu, perdebatan-perdebatan politik yang terjadi bukan adu argumentasi kosong yang apriori. Para pendiri bangsa memiliki tradisi keilmuan yang sejalan dengan tradisi dialogis yang kuat, musyawarah untuk mufakat. Penguasaan akan berbagai teori keilmuan, konsep, ide dan gagasan berasal dari persemaian benih-benih nasionalisme, yang pada akhirnya melahirkan nasionalis komplit. Begitu pula yang dapat kita baca dalam Pidato Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945. Pidato tersebut mencerminkan penguasaan Bung Karno atas pengetahuan  nilai-nilai orisinil yang digali langsung dari bumi Indonesia. Kontemplasinya terhadap khasanah tradisi bangsa telah mampu melahirkan lima prinsip dasar Indonesia Merdeka, yaitu Pancasila.

Saudara-saudara,
Pancasila adalah dasar dan ideologi negara. Pancasila adalah guide to action, guide of action, guide for action. Karena itu, politik pendidikan Indonesia tidak boleh bergeser dan harus tetap berpijak pada Pancasila. Pancasila merupakan satu-satunya pedoman, penuntun, cita-cita dan tujuan politik pendidikan kita, sebab Pancasila adalah way of life bangsa Indonesia! Way of life dalam pendidikan untuk membebaskan rakyat dari kebodohan, keterbelakangan dan kemelaratan. Way of life dalam pendidikan untuk mewujudkan kemakmuran dan keadilan sosial!

Hadirin yang saya hormati,
Politik pendidikan Indonesia harus merupakan suatu jalan pembebasan, yang tidak hanya berguna untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berilmu dan memiliki daya saing.  Pendidikan dibutuhkan untuk melahirkan manusia yang berkarakter, bersikap kritis dan memperjuangkan ilmu tidak hanya untuk ilmu. Sehingga politik pendidikan yang berorientasi pembangunan mental dan karakter bangsa, nation and character building, menjadi hal krusial dalam dunia pendidikan kita.

Saudara-saudara
Para pendiri bangsa sangat percaya terhadap korelasi antara pengetahuan dan politik. Mereka percaya  bahwa pembangunan sebagai wujud dari demokrasi politik dan ekonomi, wajib berbasis pada riset dan kajian ilmiah. Science Based Policy, yang bukan dimaknai teknokratis semata.

Pada tahun 1959 sebuah perencanaan pembangunan yang ilmiah untuk Indonesia mulai diperkenalkan oleh  Bung Karno, bernama Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana. Perencanaan pembangunan tersebut merupakan  hasil kerja sekitar 600 pakar dari berbagai cabang ilmu, termasuk dari perguruan tinggi. Dalam konteks ini, terlihat jelas bahwa ternyata politik pembangunan pun harus berbasis pada pengetahuan.

Agar jelas tujuan, target dan sasaran, maka  kebijakan pembangunan tidak boleh berdasarkan asumsi. Pembangunan harus dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Keilmuan yang tetap berorientasi dan didedikasikan pada  kepentingan rakyat dan bangsa sendiri, serta berkontribusi dalam membangun tata dunia baru yang lebih berkeadilan.

Saudara-saudara,
Saya selalu memperjuangkan agar kampus  menjadi center of science. Kampus tidak hanya untuk menghasilkan tenaga ahli dan tenaga terampil bagi pembangunan. Namun, kampus pun harus menghasilkan riset-riset yang dapat digunakan sebagai acuan dalam keputusan politik pembangunan. Tentu saja, salah satu syarat pentingnya adalah politik legislasi dan politik anggaran terkait riset harus menjadi prioritas, sekaligus politik tetap negara. Harus kita ingat, bahwa tidak ada satu negara pun yang dapat menjadi negara maju, jika tidak berfokus pada riset ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai dasar kebijakan pembangunan. Karena itu, saya sangat memimpikan Indonesia memiliki Lembaga Riset Nasional, seperti yang pernah dirintis Bung Karno. Lembaga Riset Nasional yang mengkonsolidasikan keseluruhan riset tidak hanya di lembaga riset negara, tetapi juga swasta.

Saudara-saudara,
Di negara-negara maju, terdapat konektivitas yang kuat antara perguruan tinggi dan lembaga riset negara. Sehingga universitas dan perguruan tinggi pada akhirnya menjadi salah satu pilar penting, yang berkontribusi besar pada kemajuan rakyat, bangsa dan negara. Civitas akademika bukan mereka yang duduk di menara gading. Universitas bukan untuk menghasilkan manusia yang hanya disibukkan dengan alam pemikiran dan ide ilmiah.

Bagi saya, ilmu hanya akan menjadi ilmu jika bermanfaat bagi kemanusiaan. Saya berkomitmen untuk berjuang bersama civitas akademika Indonesia, termasuk yang berada di Universitas Negeri Padang untuk terus mendorong politik pendidikan yang dapat melahirkan akademisi-akademisi organik. Akademisi yang memiliki kegelisahan dan mampu mencari solusi ilmiah atas problematika yang dihadapi rakyat. Inilah sebenarnya maksud yang sebenar-benarnya bahwa pengetahuan tidak untuk pengetahuan. Pengetahuan untuk berjuang, Berjuang untuk tanah air, untuk bangsa, dan untuk peri-kemanusiaan!

Terima kasih,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salom,
Om Santi Santi Santi Om.

Selasa, 26 September 2017

MALL PERFORMANCE JABODETABEK BCA SURVEY 2016

Top Ten Mall Decrease 2016/2017:

Metro Pasar Baru -59%
Taman Palem Mall -49%
Glodok Plaza -34%
Mangga Dua Mall -23%
Mangga Dua Center -20%
ITC Cempaka Mas -19%
Mangga Dua Pasarpagi -18%
ITC Roxy Mas -17%
Pasar Atom -16%
Harco Mangga Dua -16%

Top Ten Mall Increase
2016/2017:

Gandaria City +20% --》 Residential Area (Gandaria, Radio Dalam)

Kasablanka Mall +18% --》 Residential Area (Saharjo, Tebet, Cipinang, Rasuna Said)
Business District --》Rasuna Said

Mall Central Park +14% --》Residential area (Grogol, Kebon Jeruk, Slipi, Tomang, Puri Indah, Daan Mogot)
Business District (Daan Mogot, Kebon Jeruk, Slipi, Grogol, Tomang)

Summarecon Mall Serpong +14%
--》Residential Area SERPONG
Campus Area , Business District Area

Metropolitan Mall +13%
BEKASI Residential, Business District

Plaza Indonesia +12%
Grand Indonesia +9%
--》 Sudirman and MH Thamrin, Tanah Abang, Cideng Business District
--》 Residential Area Menteng

Pondok Indah Mall +9%
--》 Residential Area Pondok Indah, Bintaro, Lebak Bulus
--》Business District Pondok Indah , Tb Simatupang

Karawaci Super Mall +9%
KARAWACI : Campus Area

Puri Indah Mall +8%

Source: BCA Survey at Jabodetabek

NEXT INTERNAL DEVELOPMENT NEEDED TO TAKE OPPORTUNITY IN JAKARTA RETAIL BUSINESSES:

1. Build Spacious Food Retail Business in these Districts but Outside the Mall. Let's say in: Pondok Indah, Puri Indah / Serpong, Bekasi, Sudirman, Thamrin, Tebet, Gandaria / Blok M, Kebayoran Baru.

2. Build Coworking Space GenMudaID.

Senin, 25 September 2017

TP Rachmat 3 Jurus Sukses

https://www.kubik.co.id/3-rahasia-sukses-dari-salah-satu-ceo-terbaik-indonesia/

Di balik nama beberapa perusahaan besar (Astra, United Tractor, Pama Persada, Adaro, Adira, Triputra) yang menjadi client Kubik Leadership ternyata ada sosok yang melekat di dalamnya, yaitu Bapak TP Rachmat.  Ya, nama-nama perusahaan yang saya sebutkan di atas adalah perusahaan yang dibidani, pernah dipimpin oleh beliau atau ia menjadi pelaku awal cikal bakal berdirinya perusahaan tersebut.

Semua perusahaan yang dilahirkan dan disentuhnya selalu menjadi perusahaan besar di Indonesia sehingga mengantarkan beliau menjadi orang terkaya ke 8 di Indonesia (2017). Saya pun kemudian penasaran ingin mendapat curahan ilmu dan pelajaran dari lelaki kelahiran Kadipaten Majalengka tahun 1943 ini. Saya bertanya kepada yang mengenal lelaki jebolan ITB ini, saya googling dan menonton video-video beliau.

Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari Bapak TP Rachmat, baik untuk pebisnis, professional maupun untuk menjalani kehidupan.

Pelajaran pertama, genjotlah keunikan. Saat kita sudah memutuskan bisnis yang tepat maka fokuskanlah kepada keunikan yang kita miliki, tidak perlu sibuk dengan sesuatu yang bukan keunikan kita. Memfokuskan energi dan sumberdaya untuk mengkapitalisasi keunikan akan melahirkan reputasi di bisnis yang kita tekuni.

Reputasi mengundang berbagai peluang, kepercayaan dan tentu kekayaan dengan sendirinya. Untuk itulah, seorang pebisnis dalam hidup jangan mencari uang tetapi mengelola organisasi yang menghasilkan uang. Dan membangun reputasi adalah salah satu cara melahirkan organisasi yang mempunyai nilai yang tinggi.

Pelajaran kedua, DISIPLIN DALAM EKSEKUSI. Agar hal ini terjadi diperlukan anggota tim yang memiliki talenta, karakter dan passion, jangan asal rekrut orang. Anggota tim (people) tersebut perlu dididik agar fokus pada standar proses kerja yang tinggi. Sebab, bila prosesnya benar maka hasilnya akan benar dan berjangka panjang. Orang yang hanya fokus pada hasil, boleh jadi hasilnya tercapai tetapi karena tidak paham prosesnya maka saat diminta untuk mengulang hasilnya mereka tidak mampu mendapatkannya.

Menciptakan Pemimpin Revolusioner

Pelajaran ketiga, milikilah kelebihan apabila ingin menebar banyak kebaikan. Untuk membuat perubahan, kita harus punya kekuatan. Untuk bisa memberikan banyak kontribusi kita harus kaya. Untuk bisa “ngajarin” orang kita perlu pintar.  Gunakan kelebihan untuk memberikan arti dalam hidup. Pelajaran ketiga ini begitu kuat melekat pada diri beliau karena sejalan dengan motto hidupnya “Less for self, more for others, enough for everybody.”

Minggu, 24 September 2017

JOKOWI : Change is Inevitable

Transkrip Sambutan Presiden Joko Widodo pada Economic Talkshow:

“Ekonomi Baru Di Era Digital” dan Peresmian Pembukaan Indonesia Business & Development Expo, Plennary Hall, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu, 20 September 2017

Oleh: Humas ; Diposkan pada: 20 Sep 2017 ;
Bismillahirahmanirahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu, namo Buddhaya, Salam Kebajikan.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja. Yang saya hormati Ketua OJK. Yang saya hormati Ketua Umum Himbara. Yang saya hormati Direktur Utama, Direksi BUMN, para CEO, para pengusaha muda, start up, UMKM,seluruh asosiasi ekonomi, Kadin, Hipmi, Perbanas, para mahasiswa ekonomi yang pada pagi hari ini hadir, juga para Youtubers, Bloggers, Vlogers yang pada pagi hari ini hadir. Bapak, ibu hadirin sekalian yang saya hormati.

Ini selalu saya ulang dimana-mana mengenai perubahan dunia, perubahan global yang begitu sangat cepatnya. Kenapa saya ulang-ulang? Supaya kita semuanya sadar bahwa perubahan itu dari detik ke detik, dari menit ke menit selalu ada. Ini yang selalu dimana-mana mungkin Bapak, Ibu, semuanya sudah mendengar 10 kali atau 15 kali saya berbicara mengenai ini. Tapi enggak apa-apa, saya ulang terus supaya kita, sekali lagi, sadar bahwa perubahan itu betul-betul sudah melanda dunia.

Coba kita lihat Elon Musk. Ini saya ulang-ulang terus. Yang mengeluarkan Tesla, mobil fantastik masa depan. Beliau juga mengeluarkan Hyperloop yang memindahkan, alat yang memindahkan orang, barang dari satu tempat ke tempat lain dengan begitu sangat cepatnya. Dia juga menggagaskan Space X, bagaimana mengelola ruang angkasa untuk kepentingan manusia.

Hal yang berkaitan dengan pembayaran, Elon Musk juga mengeluarkan Paypall, tapi disalip oleh Jack Ma dengan Alipay. Di lapangan kalah, menang Alipay. Inilah ke depan yang kita hadapi. Ada perubahan-perubahan gaya hidup, konsumsi, konsumen di ekonomi digital ini.

Yang pertama kita semuanya saya kira sudah amat pahami e-commerce. Ada pergeseran perniagaan. Ada pergeseran perdagangan dari dunia offline menuju dunia online. Kita sudah hadapi itu, sudah ada.

Daripada orang jauh-jauh ke toko atau ke mall kena macet di jalan, ngantri di kasir. Cuman keluarkan ini, keluarkan  hape, keluarkan smartphone, buka aplikasi, tik tik tik tik tik. Tiknya bisa dua kali, bisa tiga kali, bisa lima kali, tik tik tik tik tik, pesan dalam aplikasi, bayar dalam aplikasi, masukin alamat dalam aplikasi, tinggal tunggu barangnya diantar sampai ke rumah.

Saya sering cerita sekarang saya pesan gado-gado enggak usah datang ke warung gado-gado. Saya minta Go-Food, 30 menit datang. Beli sate enggak usah datang ke warung sate. Minta Gofood, 30 menit paling lama satu jam, satenya datang. Pengin nasi Padang juga sama, saya kalau di istana itu sudah, pengin nasi Padang ya klik klik klik klik, 30 menit, nasi Padangnya nongol.

Itulah pergeseran perniagaan, pergeseran perdagangan dari offline ke dunia online.

Yang kedua media sosial. Mengakibatkan pergeseran dari konsumen barang lebih ke konsumsi pengalaman, konsumsi experience, dan ini sudah kita alami bersama-sama.

Yang populer sekarang adalah orang posting di Facebook, posting ke Instagram, posting ke twitter.
Saya kadang-kadang juga pengin, pasang foto yang aneh-aneh gitu. Tapi nanti ada yang bilang, Presiden narsis. Jadi saya batasi. Kadang-kadang staf kanan-kiri saya, jangan pak, jangan yang itu, jangan yang itu, jangan yang, aduh. Memang Presiden ada batasan-batasan, itu yang saya enggak senang.

Jadi kalau orang lain, ada foto-foto acara yang asyik bisa keluarin, saya enggak bisa. Foto-foto tempat jalan-jalan yang indah keluarin, ya masih bisalah ke Raja Ampat keluarin, masih bisa. Ke Labuan Bajo masih bisa. Tapi yang tadi yang foto acara-acara yang aneh-aneh itu enggak bisa dikeluarkan.

Lalu video-video singkat yang lucu masih bisa dikeluarkan. Kalo yang lucu-lucu saya masih beranilah mengeluarkan. Tapi, misalnya kayak foto saat saya mengundang artis dan penyanyi ke istana. Saat itu, saya enggak ngambil. Ada orang lain ngambil. Saya pas ngomong di sini, di sini ada Raisa, dia memandang saya.
Jangan dibalik ya ini jangan dibalik.
Itu pun menjadi hits, menjadi trending di dunia maya. Mungkin lebih tranding lagi kalau saya memandang dia. Itu jadi merepotkan itu.

Rasanya sekarang orang atau kita tidak lagi terlalu mengejar barang-barang bermerek. Tidak lagi terlalu ke barang-barang branded. Anak muda udah ngomong, wah kuno kayak gitu itu. Beli barang branded, beli barang yang  bermerek, sudah kuno. Tapi sekarang yang diincar orang adalah kenang-kenangan, memori, pengalaman-pengalaman itu yang dikeluarkan. Kemudian dipasang untuk selama-lamanya di Facebook, dipasang di Instagram, dikeluarkan di youtube.

Yang ketiga, sharing ekonomi. Sebuah revolusi pada sisi suplai atau sisi ketersediaan. Ini juga harus kita lihat, apakah ada pergeseran, apakah ada perubahan, iya. Sekali lagi, sharing ekonomi sebuah revolusi pada sisi suplai. Gojek, Grab, Uber, AirBnB, WeWork.

Dulu, dulu, orang harus beli mobil. Sekarang tinggal pesan di smartphone, datanglah mobil on demand, pakai Go Car silakan, pakai Grab Car silahkan, pakai Uber silakan.

Dulu orang harus beli rumah, ini negara lain sudah mulai banyak, orang harus beli rumah. Sekarang tinggal lihat-lihat, lihat-lihat di aplikasi. Bisa sewa kamar atau bahkan sewa rumah tapi hanya untuk satu hari, untuk dua hari, atau untuk satu minggu, atau untuk satu bulan. Pakai AirBnB, pakai Expedia.


Dulu orang harus punya kantor.  Karena orang yang dulu-dulu yang masih jadul-jadul senangnya fix aset. Tapi anak-anak sekarang  senangnya light aset. Enggak usah bikin kantor. Kalau orang dulu senangnya bikin kantor yang  gede, iya kan? Sekarang pakai aplikasi bisa sewa; satu meja, kantor kita itu, kalau kurang pesan dua meja, kurang lagi pesan tiga meja di sebuah co working space seperti WeWork. Di jakarta sudah banyak saya lihat, di Bandung sudah banyak dan di kota-kota besar yang lain sudah banyak, sudah mulai yang seperti itu.


Hati-hati, ini kita harus hati-hati akan ada perubahan bukan hanya pola konsumsi, tapi juga pola kerja. Ini akan berubah semuanya. Dan pada pola produksi akan ada perubahan. Dampak dari semua ini tentunya bukan hanya sisi konsumsi, tapi juga sisi produksi. Hati-hati. Pengusaha hati-hati, yang ingin memulai berusaha juga hati-hati. Ini ada peluang tetapi juga ada ancaman.

Banyak sekali orang yang bekerja dalam ekonomi digital. Kerjanya  sangat fleksibel, sangat dinamis. Orang-orang yang menjadi supir Gojek, supir Grab, supir Uber. Orang-orang yang menyewakan satu kamar di rumahnya ke turis melalui AirBnB atau Expedia, orang-orang seperti ini mereka seringkali kerjaan utamanya bukan jadi supir atau punya hotel, ndak. Jadi supir atau menyewakan kamar menjadi sampingan yang mengisi waktu. Atau menguangkan sarana yang nganggur, misalnya, kamar yang biasanya kosong sekarang bisa disewakan ke orang untuk satu hari atau dua hari. Semuanya nanti akan efisien, efisien, efisien, efisien seperti itu. Enggak ada kamar-kamar kosong atau rumah kosong. Udah sewain aja. Kamar kosong sewain aja, rumah kosong sewain aja.

Ini tentunya akan berdampak pada struktur pengeluaran. Ini nantinya akan berdampak pada struktur pengeluaran atau spending, atau belanja. Perubahan-perubahan seperti ini yang kalau kita enggak cermat enggak teliti mengamati bisa  kecele kita, bisa terkaget-kaget kita.

Dulu orang harus keluar duit Rp50 ribu-Rp75 ribu untuk beli DVD. Iyakan? Sekarang ratusan ribu video gratis di Youtube, di Facebook, di Instagram bisa kita lihat, bisa kita pakai. Dulu orang harus keluar duit untuk beli buku, beli koran, beli majalah. Sekarang, segala macam berita dan tulisan gratis ada di internet. Coba, bayangkan pergeseran itu, perubahan-perubahan itu. Ini yang harus ktia sadari, harus kita  pahami semuanya bahwa ada pergeseran ada transisi, sekali lagi, dari offline ke online.

Ya, tetapi  orang juga masih beli buku, masih beli koran, masih beli majalah. Tapi itu pun mungkin semakin ke buku online, ke koran online, ke  majalah online.


Ini tentunya akan berdampak yang sangat dahsyat pada sisi produksi. Ini hati-hati. Produsen-produsen harus hati-hati mencermati, teliti melihat pola pergeseran ini menuju ke mana. Sekali lagi, akan punya dampak yang dahsyat pada sisi produksi. Sekarang sudah hampir tidak ada yang namanya toko DVD, semua video beralih ke steraming lewat internet. Toko buku pun juga semakin dikit. Toko kamera juga semakin sedikit karena kita ngambil foto pakai ini (HP) cukup. Pergeseran, sekali lagi, pergeseran-pergeseran seperti ini, orang-orang produksi harus tahu.


Tapi muncul pertumbuhan yang tinggi di segmen-segmen yang lain pada sisi produksi, lah ini peluang. Anak-anak muda, terutama ini ada peluang, muncul pertumbuhan yang tinggi di segmen-segmen lain pada sisi produksi. Cafe dan restoran semakin semarak, tempat para anak-anak muda millenial nongkrong, tempat orang foto bersama rame-rame, tempat fitness juga semakin semarak karena sekarang anak muda kita, orang-orang juga senang mempunyai badan yang keren, gitu enggak kurus kayak saya.

Travel dan pariwisata mengalami pertumbuhan yang dahsyat dan akan semakin cepat. Sektor pariwisata tumbuh 10-15%  per tahun di saat ekonomi kita tumbuh 5% per tahun. Orang mencari pengalaman yang seru, orang mencari tempat-tempat wisata yang khas dan asik biar bisa pasang foto-foto dan video-video dari tempat yang kita datangi.


Terus strategi pemerintah seperti apa? Pertama, ini karena semua menteri hadir di sini, keleluasaan untuk eksperimentasi harus diberikan kepada seluruh masyarakat. Sekali lagi, keleluasaan untuk masyarakat bereksperimentasi karena inovasi itu memerlukan eksperimen. Hal-hal yang baru ini harus dicoba dan ini memerlukan cost, memerlukan biaya.

Berarti apa? Berarti startup jangan dicekik dengan regulasi-regulasi yang berlebihan. Jangan malah terlalu diatur-atur, inovasinya malah enggak muncul. Ini kita ini, negara kita ini terlalu banyak aturan, terlalu banyak regulasi, menyebabkan kita terjerat aturan sendiri. Itu yang sekarang kita potong-potong terus, tapi jumlahnya masih banyak sekali. Masih 42 ribu peraturan, bayangkan. Saya saja melihatnya pusing saya sudah. Dikit-dikit diatur, dikit-dikit diatur. Saya mau melakukan apa, Pak ini tidak boleh Pak ini ada peraturan. Pak itu melanggar peraturan ini. Isinya hanya peraturan-peraturan-peraturan-peraturan-peraturan. Inilah yang menghambat inovasi-inovasi.
Ini menjadi  tugas saya untuk terus menggempur peraturan-peraturan itu agar semakin sedikit sehingga kita lincah, sehingga kita fleksibel dalam melakukan inovasi. Peraturan peraturan peraturan peraturan, saya saja pusing, apalagi masyarakat.

Sekali lagi, berarti apa? Berikan ruang yang sebesar-besarnya untuk statup ini berkembang. Ini juga salah satu alasan kenapa pentingnya deregulasi. Mengurangi tumpang tindihnya aturan dan persyaratan yang menghambat cara-cara baru, menghambat munculnya pola-pola baru, menghambat munculnya inovasi-inovasi baru.

Dulu izin itu sedikit, kemudian ada syarat syarat syarat syarat. Nah syarat-syarat-syarat ini dinaikkan lagi menjadi izin, menjadi peraturan sehingga izin itu semakin banyak. Ini yang menjadi tugas kita, tugas saya untuk terus memotong-motong agar izin-izin itu semakin sedikit sehingga dunia usaha semakin lincah, semakin fleksibel untuk mengeluarkan inovasi-inovasi baru.
 
Kedua, tadi sudah disampaikan oleh Menkominfo, bahwa yang namanya infrastruktur ICT ini harus dikejar karena ini jadi kunci, menjadi salah satu kunci. Kenapa Palapa Ring selalu saya tanyakan hampir setiap hari ke Menteri, kapan jadinya, kapan selesainya untuk Indonesia Tengah, untuk Indonesia  Timur kapan selesainya, selalu saya tanyakan karena ini menjadi kunci.

Kemudian juga yang ketiga, kita akan fokus pada cyber security. Dalam beberapa bulan terakhir semakin banyak serangan cyber yang amat dahsyat. Ini juga harus  strategi perencanaan, persiapannya juga harus kita lakukan. Serangan virus atau lebih persisnya ransomeware, wannacry, serangan hakers yang dahsyat pada Instagram, di mana data pribadi jutaan pelanggan Instagram dicuri dan dilelang di internet gelap. Ini juga harus menjadi perencanaan dan pemikiran kita.  Serangan heacker pada biro informasi kredit equifax, hal seperti ini juga harus kita perhatikan.

Dan beberapa bulan lalu pemerintah sudah membentuk badan cyber dan sandi negara dan sekarang dalam proses membangun kelembagaannya. Ini jug apenting sekali. Namun, saya juga mau titip kepada Ibu dan Bapak semuanya, utamanya CEO para start up digital, tolong siapkan betul sarana cyber security anda semuanya. Jangan sampai kejadian aplikasi digital yang sudah berhasil mengumpulkan jutaan pelanggan, dibobol dan data pelanggannya dibocorkan atau dijual ke orang-orang yang tidak bertanggung jawab, orang-orang jahat.

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap bismillahirahmanirahim saya nyatakan resmi dibuka Indo Business dan Development Expo tahun 2017.

Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Rabu, 20 September 2017

#MARKETING

#MARKETING IS:

Developing an understanding of your customers in order to gauge what products or services will be of interest to them.

Putting the right strategy in place to get the right message across, to attract cus-tomers, sell to them and then retain their loyalty. 

Importantly, when done right, marketing should make sales much easier !

It includes how you interact with your customers and how you are perceived and promote your products, services and your brand.

To put it bluntly you need to get the right message to the right people and for that to convert into sales

Excerpt From: "Marketing Guide For New Businesses" by C P Sennett.

Kamis, 07 September 2017

Cahaya Mobil Listrik dari Sosok Nur


Copas
Cahaya Mobil Listrik dari Sosok Nur
Oleh: Dahlan Iskan
21 Agustus 2017

Pemecah telur kendaraan listrik nasional adalah Surabaya. ITS. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Memang, Mario Rivaldo dari Bandung sudah membuatnya lima tahun lalu. Sudah pula diuji coba di mana-mana. Tapi belum pernah masuk pasar komersial. Tepatnya belum dapat izin.

Memang pula sudah banyak sepeda motor listrik di pasar, tapi belum bisa disebut kendaraan nasional. ITS-lah yang secara nyata menandatangani kontrak komersial produksi kendaraan listrik. Antara ITS dan PT Garansindo.

Perusahaan itulah yang akan memproduksi Gesits, sepeda motor listrik made in ITS. Itulah kontrak komersial pembuatan kendaraan listrik nasional pertama dalam sejarah Indonesia. ITS bersejarah. Di bidang kendaraan listrik nasional.

Semua itu tidak bisa dipisahkan dari peran kepemimpinan seorang doktor di ITS bernama Nur Yuniarto. Yang mendapat dukungan penuh dari rektornya. Sejak tahun 2011 sampai rektornya yang sekarang: Prof Dr Ir Joni Hermana MSc.

Nur dalam bahasa lain berarti cahaya. Saya memang melihat cahaya itu dari pribadi Dr Nur yang satu ini. Saya juga melihat cahaya itu terefleksi pada buku baru yang segera terbit. Dialah yang menulis buku itu. Judulnya Kendaraan Listrik: Teknologi untuk Bangsa.

Maka ketika Dr Nur (nama lengkapnya Mohammad Nur Yuniarto) meminta saya menuliskan kata pengantar untuk buku barunya ini, saya tidak pikir panjang. Langsung saya sanggupi.

Apalagi Dr Nur datang ke rumah saya dengan pasukan lengkap tim kendaraan listrik ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Surabaya yang terkenal itu: Alief Wikarta yang menjadi wakilnya di tim, Indra Sidharta, Grangsang Setyaramadhani, Yoga Uta Nugraha, Agus Mukhlisin, Albertus Putra, dan Affan Fakhrudin.

Dr Nur di mata saya adalah pribadi yang menarik. Tampilannya seperti seorang rocker. Badannya berisi. Rambutnya gondrong. Celananya belel. Bajunya nyaris urakan.

Kalau saja dulu saya pertama bertemu dia di sebuah plaza, pastilah saya tidak menyangka sosok ini seorang doktor lulusan Manchester, Inggris.

Yang juga menarik adalah Dr Nur ternyata bukan doktor teknik elektro. S-1-nya memang diraih di ITS, tapi ambil teknik mesin.

Doktornya yang dari Manchester itu juga teknik mesin. Tapi, perjuangannya untuk mobil listrik luar biasa. Dialah ketua tim kendaraan listrik ITS. Salah satu program unggulan ITS yang sangat berhasil.

Yang juga istimewa, untuk jadi doktor, dia tidak harus melewati S-2. Dari S-1 dia langsung bisa ikut program S-3. Di Manchester University. Memang, dia harus masuk program khusus dulu satu tahun. Setelah itu harus mengikuti tes.

Ternyata lulus untuk langsung S-3. Sebelum berangkat ke Inggris, dia mungkin takut pacarnya hilang: dia kawini dulu. Namanya Febrine Wulan Widyasari.

Lulusan akuntansi Widya Mandala Surabaya. Lalu dia bawa serta ke Manchester. Anak pertamanya lahir di sana. Dua anak lainnya lahir di Surabaya.

Tim kendaraan listrik ITS kini sudah mendaftarkan 10 paten. Dan yang lagi disiapkan untuk didaftarkan lebih banyak lagi: 130. Semua di bidang kendaraan listrik. Semua itu bisa dihasilkan karena tim ini memang bekerja di luar kebiasaan.

Siang malam mereka berada di lab dan bengkel. ITS memang menyiapkan gedung dan peralatan. Kunci gedungnya mereka yang pegang. Bisa buka-tutup hari apa saja, jam berapa saja. Rasanya bahkan tidak pernah tutup. Saya pernah hari Minggu ke sana. Eh, buka juga.

Hebatnya, Dr Nur hampir selalu berada bersama anggota tim. Sudah tidak bisa dibedakan mana mahasiswa dan mana dosen. Pakaiannya maupun sikapnya. Pekerjaannya maupun belepotannya.

Dr Nur sudah seperti teman bagi mahasiswa. Dosen sekaligus teman. Bapak sekaligus anak. Kakak sekaligus adik. Kesimpulan saya, inilah kunci keberhasilan tim kendaraan listrik ITS.

Suatu saat, Dr Nur diminta menyertai mahasiswa yang ikut lomba mobil listrik dengan tenaga surya. Rutenya maut: Darwin–Adelaide (Australia). Jaraknya 3.300 km. Waktu tempuh: lima hari.

Di situ Dr Nur diperlakukan seperti mahasiswa anggota tim. Juga tidur di pinggir jalan. Juga makan seadanya.

Dan Dr Nur bisa menikmati kehidupan yang seperti itu. Istrinya juga bisa menerima gaya seperti itu. Pastilah sang istri juga wanita hebat.

Maka dia enteng saja ketika saya tanya: Kapan jadi guru besar? ’’Saya belum pernah mikir,’’ katanya. Bagaimana mau mikir jadi profesor. Setiap mau menulis (karya ilmiah) diajak mahasiswa ke bengkel. Siang malam. Tapi, Dr Nur merasa puas dengan perannya seperti itu. Dia memperoleh kebahagiaan.

Memang, dia tahu tunjangan gaji profesor cukup menggiurkan. Dapat tambahan penghasilan Rp 25 juta sebulan. Tapi, dia tidak mau menjadi profesor dengan motif seperti itu.

Apalagi setelah jadi profesor, ternyata berhenti memberikan sumbangan keilmuan dan karyanya. Sebuah sikap yang menarik. Lihatlah: dia jarang naik mobil. Ke mana-mana naik sepeda motor.

Termasuk ketika datang ke rumah saya. Mobilnya untuk istri mengantar anaknya sekolah. Saya berharap buku yang dia tulis ini menjadi salah satu karya tulis monumentalnya.

Dr Nur lahir di Desa Grebek nan jauh dari Kota Purworejo, Jateng. Setamat SMAN 1 Purworejo, pilihannya dua: Mesin ITB atau Mesin ITS.

Kok gak milih UGM? Keluarganya sudah ada yang gagal di UGM. Takut ikut gagal. ITS menerimanya. Dan lulus terbaik di ITS untuk angkatannya: lulus tahun 1997.

Hobinya memang sejalan dengan apa yang dia tekuni saat ini: ngebut. Dengan sepeda motor. Ngebut itulah yang membuat dia akrab dengan mahasiswa pada umumnya dan para pengebut pada khususnya.

Lalu, ketika para pengebut itu menjadi aktivis bengkel, Dr Nur ditarik untuk menjadi ketua gengnya. Pengebut tentu tidak mengenal fakultas.

Dari fakultas mana saja: elektro, mesin, dan teknik industri. Karena itu, tim kendaraan listrik ITS ini ada yang dari elektro, mesin, dan fakultas lain.

Mahasiswa anggota tim yang dari teknik mesin, Yoga, kini sudah berhasil membuat motor. Made in ITS. Yang teknik elektro sudah bisa bikin controller.

Bahkan sudah bisa bikin BMS (battery management system). Termasuk merangkai baterai dalam satu sistem yang siap pakai. Inilah tiga jatung utama kendaraan listrik.

Dalam wujud kendaraan, tim ini juga sudah melahirkan produk siap produksi komersial. Bentuknya sepeda motor. Namanya Gesits. Ada huruf ITS di tiga huruf terakhirnya. Saya sudah melihat contoh karya nyata ini. Saat saya ke ITS.

Mengajak guru-guru SMK Pesantren Sabilil Muttaqin Takeran, Magetan, untuk belajar pada tim ITS. SMK binaan keluarga besar saya ini ingin membuat sepeda motor listrik. Tentu harus belajar dari proyek Gesits. Yang sudah siap diproduksi secara masal.

Dan yang akan memproduksi pun sudah ada: PT Garansindo. Kebetulan, pemilik Garansindo adalah alumnus ITS juga. Mereka sudah bicara sangat detail. Sudah ada kontraknya. Inilah kontrak pertama produksi kendaraan listrik made in Indonesia dalam sejarah. Antara ITS dan Garansindo.

Meski buku ini tidak diniatkan untuk meraih gelar profesor, keilmiahannya terjamin. Dr Nur punya motif yang lebih besar dari raihan gelar. Motif utamanya untuk mendorong, menuntun, dan mencerahkan semua pihak yang concern pada mobil listrik.

Dr Nur melihat pemerintah kelihatan mau sungguh-sungguh mendorong mobil listrik nasional. Dr Nur menuliskan pandangannya yang menyeluruh. Baiknya. Buruknya. Tantangannya. Peluangnya. Lengkap.

Memang, sebetulnya pemerintahlah yang bisa menjadi pendorong utama. Tidak usah bicara fasilitas. Atau insentif. Pemerintah cukup memberikan peraturan yang jelas. Tidak mbulet. Itu saja cukup.

Agar tidak ada pihak yang ingin mewujudkan mobil listrik, lalu dianggap melanggar karena peraturan yang belum ada atau aturan yang masih abu-abu. Mobil listrik adalah efisiensi nasional. Bahkan global.

Dr Nur menegaskan di buku ini: sebenarnya beli BBM untuk mobil itu borosnya luar biasa. Dari 100 persen BBM, hanya 1 persen yang langsung terpakai untuk menggerakkan roda. Yang 99 persen tidak langsung untuk menggerakkan roda. Hahahaaa... Maka bacalah sendiri buku ini. Jelaslah semuanya.

Atau, dalam kata-kata Ricky Elson: Kalau tidak ada industri nasional, para lulusan fakultas teknik tidak akan pernah melakukan pekerjaan engineering. Pekerjaan utamanya hanyalah membaca dan menganalisis katalog.

Semua produk diimpor sehingga yang diperlukan adalah kemampuan membaca katalog produk orang lain. Dalam seminar di Ubaya minggu lalu, saya pun mengutipnya: Akankah kita lebih perlu mengadakan mata kuliah membaca katalog daripada engineering?

Membaca draf buku Dr Nur ini, kita mengetahui A sampai Z-nya persoalan mobil listrik Indonesia. Selamat untuk Dr Nur Yuniarto. Selamat untuk Tim Kendaraan Listrik ITS. Selamat untuk ITS. Selamat untuk Indonesia.

Tinggal, adakah dukungan untuk memajukannya? (*)

Rabu, 06 September 2017

20 MAJOR RISKS TO GLOBAL FINANCIAL MARKETS IN THE COMING YEARS (LONG TERM)

*20 MAJOR RISKS TO GLOBAL FINANCIAL MARKETS IN THE COMING YEARS (LONG TERM)*

1. Most people will stop buying cars in a decade-and-a-half ( a prediction that 95 percent of all US passenger miles traveled will be addressed by fleets, not individuals, by 2030).

2. People will increase renting of assets (over buying these) because they will never be sure of where they would be living a few years hence.

3. The cost of COMMUTE will become the 'next telecom' (virtually free, that is).
(Will it be a good sign for Virtual Office in Residential Area? Mixed with Restaurants and Gym and Courses? RUKO will be valuable)

4. Most cars will be made from recycled steel, as a result of which, ore companies will go belly-up.

5. The large steel sector debt will not be able to be returned to banks.

6. Electric cars, with around 18 moving parts compared with 10,000 for the usual petrol-driven variety, would accelerate the death of the automobile components industry.

7. The demise of the auto component industry will affect the global alloys steel sector (including ore and ferro alloys).

8. Oil behemoths will not be able to repay their loans if oil consumption declined (elimination unlikely).

9. Electric vehicles will come with an unlimited warranty. Which means that after you once buy a vehicle, you would not need to buy another, ever.
(Electric Cars is the FUTURE)

10. Oil-based economies (Saudi Arabia, Iran, Iraq, Russia, Nigeria etc) will go into a crisis.

11. Some of the funding coming out of these countries (read what you will into this) will disappear and the world will become a more peaceful place.

12. Cash-rich automotive lubricant companies will discover there is nothing to really lubricate.

13. 3D printing will even out the wage arbitrage between developed and developing nations.

14. Robotisation (or artificial intelligence) will clean out jobs (as it has in the banking sector, where business has grown disproportionately faster than recruitment)

15. A number of skills will become obsolete (microsurgical, for instance) because a robot will do it better.
(FIND SKILLS THAT WILL NEVER EVER BE REPLACED BY ROBOT OR MACHINE)

16. Renewable energy will kick-start a long-term coal decline.

17. Large coal behemoths employing thousands will file for bankruptcy (already happening).

18. Banks will become a concept rather than a place, banks will become more about systems than people.
(NO MORE BANKS WITH BRANCHES BUT RATHER THAN SYSTEMS)

19. The world will move towards deflation arising out of an abundance of money and relatively limited spending.

20. The new retirement age will become 50 years (average).