Bedanya Mereka yang Kaya Karena Berusaha dan Mereka yang di Kelas Menengah Selamanya
Yogie Fadila | Jan 9, 2015 3,682 shares
Enam puluh persen dari 400 orang terkaya di Amerika memang sudah terlahir kaya. Artinya, mereka menjadi kaya karena warisan keluarganya. Namun jangan lupa, ada empat puluh persennya yang berusaha dari bawah untuk “naik kelas”. Ada empat puluh persennya yang harus jatuh bangun mengembangkan kekayaan yang tak diwarisi mereka dari orangtua.
Apa saja yang bisa kita pelajari dari orang-orang yang memulai usahanya dari bawah ini? Bagaimana mereka mendidik diri untuk lepas dari kenyamanan kelas menengah yang telah membesarkan mereka dan orang tua mereka? Jika ditanya, bagaimana mereka akan membagi ilmu kepadamu?
Inilah kesempatanmu mendengarkan pesan mereka. Apalagi, kansmu untuk berwirausaha di Indonesia begitu terbuka. Ikuti jejak mereka yang, layaknya kamu, memulai usahanya dari titik nol — mengeruk keuntungan dengan bekal ketahanan dan ide brilian di balik keraguan orang-orang sekitar.
1. Mereka yang kaya akan berani susah. Kemapanan dan kenyamanan hanya menarik kaum kelas menengah
Kebanyakan dari kaum kelas menengah (baca: kita) menginginkan kehidupan yang senang dan nyaman. Mencapai kenyamanan secara fisik, psikis dan emosional adalah tujuan utama kaum kelas menengah. Apa-apa cukup dan dicukupkan. Serta sedikit uang lebih untuk liburan dan gadget mahal.
Berlawanan dengan mitos bahwa orang kaya tidak bisa hidup susah, mereka yang berusaha dari bawah justru sudah sangat tahu rasanya diinjak-injak. Hanya dengan itu mereka bisa makmur seperti sekarang. Justru ketika kaum kelas menengah akan mengutamakan kepastian masa depan dan kenyamanan kualitas hidup, orang yang kaya karena berusaha akan sebisa mungkin menghindari jebakan dari rasa nyaman. Penghasilan tetap dan kebutuhan hidup utama yang terpenuhi memang menggiurkan, namun ia tak akan puas hanya meraih itu saja.
2. Kelas menengah akan fokus mengisi tabungan, sementara mereka yang kaya karena berusaha akan membuat tabungannya menghasilkan uang
Fokus menabung via www.youtube.com
Dari kecil kita sudah diajarkan buat menyisihkan uang buat ditabung. Tapi pada akhirnya kita merasa gak punya uang yang meski rajin menabung. Ini diakibatkan oleh kebiasaan kita hanya buat menabung tanpa berusaha menaikkan jumlah pemasukan tiap tahunnya. Jika rata-rata tiap orang Indonesia menghasilkan Rp. 32 juta per tahun (pendapatan per kapita 2013, BPS) dan menabung 10%-nya, maka kamu cuma mendapat 3,2 juta pada penghujung tahun. Dengan inflasi yang terus meningkat dalam setahun, apakah sebanding? Menabung memang harus, tapi jika mendiamkan tabungan tanpa memutarnya kamu tak akan pernah menjadi kaya.
Orang kaya juga menabung, kok. Iya emang benar. Tapi selain menabung, mereka juga berusaha membuat tabungan itu meningkatkan pendapatannya dari waktu ke waktu. Mereka gak akan puas dengan satu sumber pemasukan. Mereka fokus untuk menambah income sehingga bisa menabung lebih banyak.
3. Memang nyaman bernostalgia soal mudahnya hidup di tahun 90-an, tapi orang kaya juga akan berpikir jauh untuk masa depan
Elon Musk via a.fastcompany.net
Kebanyakan kamu kelas menengah hari ini tumbuh besar di era 90-an sebelum krisis melanda, di mana hidup begitu nyaman, barang-barang murah, bisnis lancar, BBM mudah di dapat bahkan musik 90-an pun terasa lebih nikmat. Kalau pun kamu gak pernah mencicipi hidup di tahun 90-an, setidaknya kamu pernah mendengar ceritanya. Cerita ini terus menerus diturunkan pada generasi muda tanpa menyadari betapa bahaya terbuai dalam masa lalu. Orang yang percaya kemarin lebih cerah daripada hari ini bakal kesulitan buat sukses, kebanyakan malah depresi.
Sedangkan orang kaya berorientasi pada masa depan, mereka selalu optimis bahwa keadaan hari esok lebih cerah daripada hari ini. Mereka menghargai masa lalu dengan mengambil pelajaran hingga bisa diaplikasikan sekarang sebagai bekal di masa depan. Self-made millionaire jadi kaya karena mereka berani mempertaruhkan mimpi dan targetnya di masa depan, bukan di masa lalu.
4. Memandang berwirausaha sebagai langkah penuh risiko adalah wajar. Namun calon orang kaya tak akan menganggap risiko perlu ditakutkan.
Wajib kerja sekeras mungkin via infopublik.kominfo.go.id
Karena memulai bisnis gak mudah dan menyeramkan, kita sering mundur sebelum terjun ke dunia usaha. Jadi pengusaha adalah langkah yang beresiko, sehingga kelas menengah memilih untuk bekerja untuk orang lain. “Yang penting nyaman” begitulah yang kita ucapkan. Itu akibat dari cara berpikir kita yang terlalu linear. “Kalau aku dibayar sekian rupiah untuk bekerja per hari, maka harus menambah jumlah hari biar gajinya nambah.” Kaum kelas menengah yang terpelajar pun berpikir dia harus ambil S-2 supaya bisa menambah pendapatan, padahal belum tentu sama sekali.
Saat kaum kelas menengah bimbang dan ragu untuk buka usaha atau nggak, orang kaya mencari ide untuk memecahkan masalah yang dihadapi kelas menengah dan mereka memperoleh keuntungan dari sana. Alih-alih pusing mikirin resiko, orang kaya malah menghitung dan mengobservasi risiko yang dia hadapi agar yakin bahwa risiko tersebut adalah jalan untuk sukses.
5. Kelas menengah melihat orang kaya dan calon orang kaya sebagai kelompok orang sombong. Padahal, apa yang sombong dari ambisi untuk berusaha?
Not arrogant just better via imgarcade.com
Ada banyak label negatif yang disematkan pada orang-orang kaya. Kita paling senang menyebut mereka sebagai orang-orang angkuh dan sombong yang menganggap dirinya lebih baik daripada orang kebanyakan. Tapi sebenarnya mereka bukan sombong, mereka percaya diri. Mereka pede karena berulang kali mempertaruhkan kenyamanannya dan hampir selalu menang. Bahkan jika mereka pada akhirnya gagal, mereka tetap pede untuk belajar dari kesalahan dan kembali lebih kuat dari sebelumnya. Ini bukan bentuk keangkuhan, tapi keyakinan.
6. Cara kita melihat uang juga beda. Kita melihat uang dengan perasaan, mereka memandang uang dengan logika.
Pake perasaan via www.popsugar.com
Bahkan seorang yang pendidikannya tinggi, cerdik dan sukses dari kelas menengah dalam sekejap bisa berubah menjadi seorang yang berpikir berdasarkan ketakutan. Takut kesejahteraannya ambruk dan uangnya berkurang. Kelas menengah melihat uang sebagai barang yang harus dicintai dan jangan pernah lepas seperti pacar yang sempurna.
Sebaliknya, orang kaya gak membuat keputusan finansialnya berdasarkan ketakutan. Layaknya pacar yang gak setia, uang bisa datang dan pergi kapan saja. Uang bukanlah benda yang harus dijaga-jaga agar gak hilang, melainkan sebuah kesempatan untuk memiliki opsi yang lebih banyak.
7. Saat orang kaya mengejar target layaknya perihal hidup atau mati, kaum kelas menengah bekerja berdasarkan target yang bisa dikompromi
Bill Gates muda via www.rockpaperphoto.com
Orang terbiasa hidup nyaman seperti kelas menengah adalah penganut setia teori probabilitas, menabur banyak pancingan di sepanjang sungai sambil berharap salah satunya menangkap ikan. Ketika orang kaya mewajibkan target awalnya terpenuhi sesuai rencana, kelas menengah dengan senang hati menggeser dan mengubah target agar yang dicapai cukup untuk dirinya.
Orang kaya gak puas dengan kata cukup, mereka melihat target dan rencana sebagai misi hidup atau mati. Saat kita puas dengan menangkap satu ikan dari sepuluh pancingan, orang kaya mengaharuskan dirinya menangkap 10 ikan dari 10 pancingan tersebut.
8. Sebagian kaum kelas menengah akan membeli banyak barang mewah supaya dikira kaya. Orang kaya justru tahu pentingnya hidup pas-pasan.
Orang kaya JJS via iheartmz.tumblr.com
Seperti yang kita lihat di media, orang-orang seperti Donald Trump dan Sir Richard Branson pergi keliling dunia dengan jet pribadinya. Tapi toh banyak juga sisi sederhana dari kehidupan para jetset ini. Banyak yang punya mobil sederhana dan rumah yang sederhana pula. Mereka juga gak doyan-doyan amat belanja barang dan pakain mewah. Mark Zuckerberg diketahui cuma pakai oblong abu-abu setiap hari. Pak Bob Sadino malah pakai celana pendek ke mana-mana.
Kontras dengan keadaan di atas, kelas menengah hidup dengan mengira dirinya orang kaya. Gaya hidupnya melampaui kemampuan finansialnya, besar pasak daripada tiang. Kita membeli benda yang kita inginkan, bukan yang kita butuhkan dengan tujuan bisa terlihat seperti orang kaya.
9. Mereka yang memulai dari bawah selalu tahu siapa yang layak dijadikan teman. Mereka tak tunduk pada rasa tidak enakan.
Young and rich via www.reuters.com
Mungkin selama ini kamu merasa bahwa mereka yang kaya punya clique atau kelompok pertemanan yang eksklusif. Kamu tak akan pernah masuk ke lingkaran mereka kecuali kalau kamu kaya pula. Tapi apakah itu karena mereka sombong dan merasa lebih baik dari kita?
Orang kaya hanya sangat hati-hati dalam memperluas lingkaran pertemanannya. Teman bukan hanya tempat berbagi keluh kesah atau tawa, tapi partner yang saling membantu mewujudkan ambisi satu sama lain. Kita sering kali menjelma seperti orang yang dekat dengan kita, itulah sebabnya para pemenang selalu hang out dengan pemenang lain.
10. Ini yang paling membedakan mereka yang bisa “naik” dari kelasnya: Orang kaya percaya bahwa uang adalah perihal kebebasan, bukan angka dan nominal
kebebasan menentukan pilihan, bukan nominal via www.huffingtonpost.com
Dari sekian banyak perbedaan kita dengan kaum jetset, salah satu yang paling mencolok adalah keyakinan kita bahwa memiliki kekayaan berarti juga memiliki hak buat pamer. Memang benar uang memberi kamu status, tapi sebenarnya yang paling penting dari uang adalah benda ini memberi kamu kebebasan untuk membuat pilihan.
Sebanyak apapun uang mereka, kelas menengah yang tak berusaha “meng-upgrade diri” tak akan bisa mampu memanfaatkan uang mereka ini untuk merasa bebas. Uang mereka habis karena tekanan sosial (untuk membeli barang kekinian, mendatangi acara atau konser hanya karena diajak teman-teman, etc.), bukan karena membeli barang yang benar-benar mereka mau atau menabungnya demi hal-hal yang mereka perlu.
Orang kaya atau calon orang kaya tak akan membiarkan mereka terus ditekan secara sosial. Uang yang mereka miliki mampu membeli jalan keluar dari atasan yang semena-mena, atau mewujudkan cita-cita. Uang adalah kebebasan, bukan hanya kekuatan untuk membeli.
Ambil catatanmu, dan camkan perbedaan-perbedaan di atas. Mulai hari ini berpikirlah seperti orang kaya, bekerjalah seperti mereka. Sudah siap?
Terinspirasi dari buku "How Rich People Think' karya Steve Siebold. Artikel asilinya bisa dilihat disini.
About Advertise Contact Privacy Policy Redaksi Top
©2015 Hipwee
http://www.hipwee.com/motivasi/bedanya-mereka-yang-kaya-karena-berusaha-dan-mereka-yang-di-kelas-menengah-selamanya/?fb_action_ids=10203460256855364&fb_action_types=og.shares
Tidak ada komentar:
Posting Komentar