Jumat, 12 Mei 2017

SAATNYA INDONESIA BERSATU

SAATNYA KINI INDONESIA BERSATU

Di weekend ini, setelah hiruk pikuk Pilkada DKI 2017, aksi-aksi 411 - 212, kalahnya pak Ahok-Djarot, menangnya Pak Anies dan Mas Sandiaga Salahuddin Uno ,  ribuan karangan bunga, divonisnya bersalah Pak Ahok oleh Pengadilan atas tuduhan Penodaan Agama, dan riuhnya seruan cinta NKRI dengan lilin-lilin di berbagai kota, saya mulai berpikir kembali untuk masa depan keluarga saya dan masa depan potensi di Indonesia.

Masyarakat Indonesia, tidak hanya Jakarta, sudah berhasil terbelah dua seperti dulu waktu PilPres 2014. Ada 2 kubu. 2 Kepercayaan. Ada lagi 1 kubu abstein alias nggak mau tahu dan benci dengan segala keriuhan ini.
Cemooh kata kasar dan adu debat di social media kian memanas. Meme, infographic bahkan artikel di online media sudah sering menyuguhkan berita-berita hoax, provokasi dan kalaupun benar, tetap saja memicu perdebatan dan fanatisme di masing-masing kubu. Satu sama lain tidak tahan dengan cara fikir satu sama lain.

KITA TERPECAH!

Is that what we want? Siapa yang mau? Atau ada yang mengatur? Dulu kita tidak pernah begini.
Kita tidak usah berdebat lagi, tapi memang ada 2 pemahaman: Pak Ahok tidak melakukan penistaan dan ada yang percaya beliau melakukan penghinaan. Masyarakat terbagi 2 kelompok berpendapat beda. Ditambah ada pendapat mari kita dukung Pak Ahok karena prestasinya selama ini atau yang merasa tidak pantas punya gubernur non muslim yang bicaranya suka kasar serta persepsi terbalik bahwa Pak ahok pun tidak banyak prestasinya.
Masyarakat terbagi 2.

Kalau ditanya satu demi satu masyarakat , ternyata tidak ada yang menyenangi situasi panas ini. Namun masing masing merasa tidak tahan kalau kepercayaan mereka diusik.

Maka saya menyadari bahwa kita semua- masyarakat yang baik adalah Mencintai Perdamaian dan Kestabilan Keamanan di sekitar kita. Normal people nggak suka Pertikaian. Kecuali - dia provokator. Titik.

Hari ini, saya memutuskan untuk mengajak Bapak Ibu sekalian semua untuk MENATAP BERSAMA MASA DEPAN INDONESIA.

Saya memang Ahoker. Saya mengidolakan kemampuan Pak Ahok selama ini memimpin Jakarta, dari sudut mata saya. Saya dan istri berteman baik dengan keluarga pak Ahok. Tapi saya (nggak tahu dg istri saya Sofia Syahreza) tidak mau jadi trouble maker buat bangsa ini. Saya memang menyuarakan apa yang jadi kepercayaan saya, tapi saya tidak mau melihat Indonesia ke depan berpotensi chaos.

Makan saya mengajak Bapak Ibu sekalian:

1. Semua, hormati hasil vonis pengadilan pada Pak Ahok dan sambut kemenangan Gubernur dan Wakil Gubernur- Elect DKI yang baru dengan lapang dada (bagi para pendukung Pak Ahok Djarot). Bantu mereka berdua dalam bertugas nanti. Kasih masukan feedback agar lebih baik di masa depan. Kawal terus bersama dengan partisipasi kita juga. Jangan minta dilayani terus, tapi juga berkontribusi.

2. Tolong tetap hormati pak Ahok! Mau Anda suka atau tidak suka, bagi kami beliau sangat berjasa luar biasa dalam membuat DKI lebih baik. Pembangunan infrastruktur dan perbaikan layanan masyarakat menurut kami luar biass progressnya. Kalau yang tidak merasakan, tidak apa2. Tapi jangan kita berdebat lagi Ahok bagus atau tidak. Jangan hina dia lagi. Nggak usah men Cina-Cina kan dan meng kafir-kafir kan dia lagi. Hormati kami sebagaimana kami juga akan menghormarti bapak ibu sekalian.
By the way, bila masih ada meme meme penghinaan pada Pak ahok , kami pun bisa membawa Anda ke pengadilan dengan pasal 156 KUHP yg sama yg menyeret pak Ahok.
So, STOP!
Kalau Anda masih berlanjut berarti Anda provokator.

3. Teman-teman pendukung Ahok, hentikan sudah dan cukupkan semua gerakan-gerakan yang kita usung. Sudah cukup. Hentikan perbedaan. Nggak usah bertagar #SaveAhok lagi. Kami kenal beliau. Semua sudah diantisipasi. Beliau sudah ikhlas. Jangan khawatir. Biarkan beliau bernafas istirahat. Kalaupun ada proses banding, biarkan berjalan. Kita harus Move On. Kita harus utamakan kedamaian.

Masa depan bukan diisi dengan terus-terusan membela Pak Ahok. Tapi diisi dengan melanjutkan spirit Pak Ahok yang kita tahu selama ini  yaitu Keberanian Melawan Korupsi.

4. Mari kita saling menghormati kepercayaan masing-masing. Ada yang percaya harus muslim untuk Jabatan Gubernur dan jabatan2 lainnya. Monggo bila itu yang Bapak Ibu percayai. Ada yang percaya jabatan pemerintahan itu bebas karena ini bukan negara Islam ... siapapun agama apapun suku apapun bisa jadi Presiden, itupun wajib dihormati. Setuju?

5. Umat Islam yang baik tidak pernah melabel atau judging, menghina atau merendahkan agama orang lain. Yang kamu percayai simpan didalam hatikepercayaanmu. Ingat; Satu Nusa Satu Bangsa. Kita tidak mau kembali ke jaman sebelum merdeka kan?
JANGAN MAU DIHASUT! Dihasut untuk membenci orang orang beragama lain. Hormari satu sama lain . Bergandengan sebagai Satu Bangsa.

6.  Ini yang terakhir ; KITA SETUJU UNTUK CINTA SATU SAMA LAIN DALAM PERBEDAAN demi anak-anak kita , tapi musuh kita cuma 3 (tiga) :

A. KORUPSI dan KORUPTOR di Politik dan Pengusaha Korup. Ciri mereka:
- suka kalau masih bisa sogok menyogok
- suka kalau masih bisa kong kalikong
- suka kalau masih bisa ambil dari anggaran negara.

B. PROVOKATOR. Siapa dan apa ciri2 mereka?
- suka kalau kita bertikai
- hobby bikin meme dan berita Hoax dan provokasi
- suka teriak-teriak di jalanan maupun di rumah ibadah maupun di situasi apapun untuk memanasi kita untuk membenci satu kelompok tertentu.

C. PENGGANGGU PEMERINTAH
- adalah orang-orang yang terus menerus mengkritik dan menjatuhkan pemerintah tanpa kerja keras. Hanya berbicara di media untuk meng oppose pemerintah.
- Punya Niat Mengganggu Presiden Joko Widodo.

Setuju?

So we should love each other dengan saling menghormati perbedaan tanpa saling menghina. Musuh kita justru tak terlihat.

Maka hashtag #SaveNKRI adalah hashtag kita bersama. Tidak pernah nasionalisme itu berbentur dengan Islam atau agama apapun. Karena Islam dan agama lainnya selalu menjunjung Kedamaian bukan Perselisihan Permusuhan.

So , Are You With Me? Think about it. And let's start A New Fresh Indonesia

#IAmIndonesian
Ardantya Syahreza

Tidak ada komentar:

Posting Komentar