https://m.wartaekonomi.co.id/berita188187/5-cara-raup-profit-tanpa-naikkan-penjualan.html
Oleh Rex Marindo
Pembahasan yang selalu menarik untuk dibahas bagi setiap pebisnis khususnya pemain di bisnis kuliner seperti saya adalah tentang bagaimana cara meningkatkan profit perusahaan tanpa perlu ada kenaikan penjualan. Istilahnya, penjualan wess mentok to the max. Jadi, harus ada cara-cara lain untuk bisa meningkatkan profit perusahaan.
Belum lama ini saya menonton sebuah video di mana perusahaan distribusi di China menciptakan inovasi robot untuk melakukan sortir 200 ribu barang setiap hari sehingga mereka bisa menekan biaya human and error dengan sangat signifikan. Pada akhirnya keuntungan perusahaan melonjak karena cost lebih rendah dan kecepatakan delivery menjadi lebih baik.
Selain itu, saya melihat sebuah hal yang sangat inspiratif di sebuah kafe, yakni satu lantai dilayani oleh hanya satu orang dengan jumlah kursi hampir 80 buah. Hebatnya kualitas dan kecepatan layanan di tempat tersebut tidak berkurang. Nah, ini jadi sebuah insight penting untuk kita di mana dengan sistem ini kafe tersebut menghemat biaya karyawan dalam jumlah cukup signifikan. Apakah sebuah kebetulan? Tentu tidak, ini bagian dari strategi yang ujungnya menaikkan profit tanpa harus meningkatkan penjualan.
Oke, coba yuk kita bahas singkat beberapa ide yang bisa diimplementasikan sehingga profit bisa naik tanpa harus mendorong penjualan. Di sini saya spesifik membahas bisnis kuliner, tapi konsep ini juga bisa diimplementasikan di berbagai jenis bisnis.
1. Tekan Opex
Ini cari pertama yang bisa dilakukan untuk meningkatkan profit perusahaan yaitu dengan menekan operating cost yang selama ini keluar. Caranya? Bisa macam-macam, coba pelajari struktur biaya operasional selama ini. Nah, dari situ bahas detail biaya mana saja yang bisa ditekan tanpa mengurangi kualitas yang didapat oleh konsumen tentunya.
Misal, struktur cost karyawan mencapai 13%. Bagaimana caranya agar bisa menjadi 10%? Salah satu hal yang pernah saya lakukan adalah mengganti sistem CO yang biasanya dicatat sekarang konsumen tulis sendiri, bayar sendiri, kemudian baru makanan diantar. Sistem ini ternyata cukup efektif menekan jumlah karyawan sampai 10-15%. Bayangkan coba kalau kita memiliki 10 cabang? Tentu angka 10% tersebut berpengaruh besar sekali bukan terhadap profit perusahaan?
Atau biaya listrik tinggi sekali sampai Rp8 juta/bulan. Bagaimana caranya agar bisa menjadi Rp6 juta/bulan saja? Nah, coba kalau punya dua lantai, lantai dua ditutup dulu sampai lantai satu penuh. Kemudian dibuat SOP klo AC hanya bisa dihidupkan jika sudah ada konsumen.
Tapi perlu diingat, semua hal yang dilakukan betul-betul dikaji dan jangan hanya fokus pada profit. Perlu dipastikan kualitas layanan tetap sama dan bahkan meningkat (top ini sih).
2. Working on COGS
COGS atau istilah awamnya HPP merupakan poin yang punya impact langsung terhadap profit perusahaan. Jadi, sebagai pungusaha kita harus selalu memantau dan melakukan inovasi-inovasi terkait produk sehingga COGS bisa ditekan tanpa harus menurunkan kualitas produk kita.
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menekan COGS misalnya dengan melakukan riset ulang terhadap bahan baku produk yang kita gunakan atau memperbaiki teknik dalam pengelolahan bahan baku agar lebih efisien. Atau cara lain misalnya dengan menegosiasi harga bahan baku ke supplieratau berkerja sama dengan perusahaan lain untuk volume pembelian sehingga ujung-ujungnya bisa mendapat harga lebih murah karena melakukan pembelian grosir.
Poinnya adalah bagaimana caranya HPP lebih murah sehingga margin profit akan lebih baik. Tentunya hal ini dilakukan berkala karena kecenderungan harga bahan baku bisa naik. Bahkan, kadang kenaikan harga bahan baku segar seperti cabai bikin jantun dag dig dug.
3. Naikkan Harga
Nah, ini biasanya yang paling gampang dan paling sering dilakukan oleh banyak pengusaha. Demi menaikkan profit perusahaan maka harga produk dinaikkan. Jika kita berbinis di market yang sangat price senstitive maka kebijakan ini biasanya sangat riskan untuk dilakukan karena impact-nya malah bisa sebaliknya. Harga naik, sales makin turun, dan ujungnya bukan profit yang naik malah jadi buntung.
Jadi bagaimana? Jika ingin menaikkan harga dengan segala keharusannya karena tidak mungkin lagi otak atik opex dan HPP maka lakukanlah dengan strategi bertahap atau smart dalam pemilihan produk yang bisa dinaikkan. Atau bisa jika komposisi kenaikan secara persentase di-spreading ke beberapa produk dengan margin tinggi tapi kenaikan sepertinya tidak terlalu terasa karena dibuat rata dan kecil-kecil.
4. Another Revenue
Ini merupakan cara yang cukup bagus untuk ditempuh sebetulnya, tapi perlu dikaji terlebih dahulu apakah strategi pada modal atau rendah modal, high risk or low risk. Misal membuka cabang baru, nah otomatis kalau works maka profit perusahaan bisa besar. Akan tetapi di sisi lain risikonya juga jadi cukup besar kalau gagal.
Lalu bagaimana? Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan another revenue seperti mengeluarkan makanan dalam kemasan siap saji sehingga konsumen bisa membeli untuk dibawa pulang atau bahkan bisa dijadikan produk ritel. Misal di salah satu bakso di malang, mereka juga menjual kerupuk/ bakso goreng dalam kemasan. Tentu ini pemanfaatan produk yang mungkin reject di pabrik kemudian dijadikan produk siap makan di outlet. Selain efisien di pabrik juga bahkan produk sampingan ini menjadi revenue baru yang bisa meningkatkan profit perusahaan.
5. SOP Sales
"Kentangnya tidak sekalian?" Di McDonald's, kalimat ini menyumbang puluhan juta dolar AS tambahan penjualan dan menjadi studi case yang sangat menarik sejak lama. Simpel sekali bukan? Iya, karyawan di-SOP-kan untuk mengatakan/menawarkan sesuatu dengan kalimat di atas. Kemudian tentu ada pengukuran dari hal tersebut apakah berdampak besar terhadap salesperusahaan.
Jadi, buat SOP yang terkait dengan peningkatan penjualan secara langsung, buat ukurannya, kontrol implementasinya, lalu buat reward dan punishmentkemudian ukur secara berkala.
Tag: Rex Marindo
Penulis: Rex Marindo, Founder Nasi Goreng Mafia dan Warunk Upnormal
Editor: Cahyo Prayogo
Foto: Sufri Yuliardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar