Minggu, 10 Juni 2018

CT jadi Wapres? Masuk Akalkah?

*Siapa Calon Cawapres Jokowi*

Penulis Denny Siregar
Diterbitkan Rabu, Juni 06, 2018

"Siapa kira-kira Cawapres Jokowi ?"

Begitu pertanyaan Alifurahman, owner Seword, kepada saya. Dia mengajak saya utak atik gatuk dengan menghitung kemungkinan-kemungkinan yang ada.

Wah ini berarti tantangan bagaimana melihat ke depan, mencoba melihat kemungkinan dan ketidakmungkinan, menggabungkan beberapa fakta dan rekam jejak, juga melihat peluang-peluang yang ada.

Oke, kalau begitu. Kita coba lihat ya.. Kita singkirkan dulu hal yang tidak mungkin.

Yang tidak mungkin adalah non muslim, karena pemilih terbesar adalah muslim. Ini berlaku sejak lama, sejak Indonesia merdeka. Dan bukan masalah suku, agama dan ras, tetapi karena hampir 90 persen pemilih di Indonesia beragama muslim.

Samalah dengan dimana ketika negara dengan mayoritas agama Kristen, mereka akan memilih yang beragama Kristen. Begitu juga dengan negara yang mayoritas beragama Budha, mereka juga akan memilih yang beragama Budha. Ini keniscayaan..

Dengan melihat fakta itu kita akhirnya bisa singkirkan nama Ahok atau Basuki Cahaya Purnama dan Luhut Binsar Panjaitan dari daftar. Meskipun potensi dan kemampuan mereka sangat besar, tapi kita tidak ada di negara seperti Lebanon, dimana penganut agama Kristen Maronit, Islam Sunni dan Islam Syiah sama besarnya, sehingga jabatan pemerintah dibagi-bagi di ketiga aliran itu..

Lagian, ketika Jokowi memilih pendamping yang bukan beragama Islam, maka dia sama saja membuka celah untuk diserang oleh kelompok fanatik yang ditunggangi oleh politisi.

Peristiwa Pilgub DKI tahun 2017, adalah pelajaran yang sangat berharga bagaimana perbedaan agama dijadikan celah untuk menjatuhkan seorang pemimpin dengan manajerial yang bagus dan membuka potensi kerusuhan yang lebih luas.

Ini fakta yang ada. Entah berapa puluh tahun lagi negara ini bisa menerima perbedaan itu dan bisa memisahkan agama dan politik.

Amerika Serikat yang disebut mbahnya Demokrasi saja belum bisa menerima hal itu. Bahkan Barrack Obama, mantan Presiden AS, pernah diserang isu agama oleh Kristen konservatif bahwa dia itu muslim sehingga Obama perlu mengklarifikasi bahwa ia Kristen Protestan.

Ketidakmungkinan kedua adalah wanita.

Sama seperti agama, sebagian dari bangsa ini belum bisa menerima pemimpin sekelas Wakil Presiden berdasarkan gendernya.

Jika Jokowi memilih wakil Presiden dari kalangan perempuan, maka itu juga akan membuka celah dia untuk diserang dan merontokkan suara pemilihnya. Akan keluar ayat-ayat tidak bolehnya umat Islam - sebagai agama terbesar di Indonesia - memilih pemimpin wanita.

Dan ketidakdewasaan juga keawaman pemilih muslim di Indonesia akan mempercayai itu, karena masih banyaknya ustad-ustad politis yang akan memainkan isu itu sebagai isu krusial. Model Jokowi adalah dia tidak mau keributan - bahkan dalam Pemilihan Presiden sekalipun - sehingga dia akan condong menghindari masalah itu.

Dengan melihat fakta itu, kita bisa menyingkirkan Sri Mulyani dan Susi Pudjiastuti - meski mereka sangat berpotensi, apalagi Puan Maharani meski dia dari partai pendukung terbesar Jokowi. Selain dia wanita, Puan juga banyak tidak disukai pemilih karena ia tidak muncul sekelas Sri Mulyani dan Susi.

Memaksakan pendamping Jokowi dari kalangan wanita, berarti menggerus suaranya dalam pemilihan nanti.

Yang ketiga, meskipun bukan sesuatu yang penting, yang tidak mungkin lagi adalah berisik.

Jokowi tidak suka orang berisik dan terlalu menonjolkan diri. Dia pekerja dan suka dengan pekerja juga, yang diam tapi menghasilkan. Kalau melihat gaya kerja Jokowi bersama menteri-menterinya, terlihat ia lebih suka bersama menteri yang pendiam dan lebih banyak berkarya daripada sering tampil di media dan media sosial.

Sebagai contoh Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono. Basuki adalah menteri kesayangan Jokowi. Ia pendiam, seorang seniman sekaligus pekerja keras. Tidak pernah terlihat Basuki bertentangan dengan Jokowi. Ia menjalankan agenda-agenda yang sudah disepakati sesuai target yaitu pembangunan infrastruktur berupa jalan dan bendungan.

Hanya saja Basuki tidak akan menjadi pendamping Jokowi, karena ia bukan sosok yang dicintai partai yang ingin ada unsur politis-politisnya. Basuki terlalu murni dan tidak akan mengangkat nama Jokowi ke permukaan. Dan ini sebuah kerugian bagi partai pendukung Jokowi..

Dengan melihat fakta Jokowi tidak suka orang yang berisik, kita bisa singkirkan Cak Imin yang wajahnya ada dimana-mana dan Mahfud MD yang sibuk dengan twitnya. Mereka tidak akan memperkuat posisi Jokowi tapi justru akan memperlemah karakternya.

Dengan menyingkirkan ketidakmungkinan ini, kita sekarang bisa melihat kriteria siapa yang mungkin bisa jadi calon Jokowi.

Jokowi kedepan akan fokus pada ekonomi.

Infrastruktur yang dia bangun harus dikuatkan dengan pembangunan ekonomi mikro. Dan orang yang mendampingi Jokowi harus berbasis pengusaha besar, mengerti dan menguasai jaringan ekonomi kerakyatan. Dia juga harus dari melayu untuk menangkis isu aseng dan pribumi, sehingga menutup celah serangan kepada Jokowi.

Jokowi tidak akan memilih calon wakil yang berbasis militer, karena dia tidak concern di masalah keamanan sebab ini narasi yang dibangun oleh lawan politiknya. Jadi sulit melihat bahwa Moeldoko, Tito Karnavian maupun Agus Yudhoyono sebagai pendampingnya.

Dan satu hal yang tidak juga penting tapi menambah daya jual Jokowi adalah, dia harus non Jawa. Dulu terpilihnya Jusuf Kalla sebagai calon karena dia bisa menarik suara dari Sulawesi. Dengan tidak adanya Jusuf Kalla, ada kemungkinan warga Sulawesi akan ditarik untuk mengalihkan dukungan. Suku juga punya peranan penting dalam menarik dukungan tambahan di Pemilihan Presiden nanti..

Lalu darimana kalau bukan Sulawesi ?

Kemungkinan besar adalah Sumatera. Karena Sumatera adalah basis oposisi, jadi simpatinya harus direbut dengan mengangkat wakil dari mereka.

Berdasarkan data, secara total jumlah suara di pulau Sumatera, Jokowi kalah lebih dari 200 suara waktu melawan Prabowo di 2014. Ini karena adanya Hatta Radjasa, orang Palembang, sebagai wakil yang diambil Prabowo sedangkan Jokowi memilih wakil dari Sulawesi.

Dari data yang didapat, jumlah penduduk Sumatera sebesar 50 juta, jauh lebuh besar dari Sulawesi yang sebanyak 17 juta. Ini penting untuk merebut suara di kantung-kantung yang selama ini menjadi basis pendukung Prabowo.

"Kalau dia pengusaha besar, lelaki, muslim, tidak berisik, pekerja, melayu.. kira siapa2 ?" Kata Alifurahman sambil memutar-mutar tasbehnya mirip seperti pendeta di Kungfu Shaolin. Dia tidak ngopi karena buatnya "Ngopi mengurangi kegantengan saya".

Berbeda dengan saya yang ngopi karena akan menambah kegantengan sampai maksimal. Saya lalu menyeruput kopi sebentar dengan gaya yang dibuat mirip Chow Yun Fat dalam film God of Gambler.

"Chairul Tanjung.." Jawab saya.

Alifurahman melongo dan tidak mengira itu jawaban saya. Ia menatap dinding dimana semut merah berbaris dan menatapnya curiga.

Sementara ini Chairul Tanjung atau CT adalah pilihan yang tepat bagi Jokowi.

Chairul Tanjung adalah pengusaha pribumi yang menonjol. Ia juga pekerja dan tidak berisik. Ia juga tidak begitu berambisi untuk meraih jabatan sehingga tidak mengganggu kinerja Jokowi bahkan akan mengembangkannya.

Chairul Tanjung adalah pendukung ide pembangunan infrastruktur Jokowi sejak awal. "Betul bahwa infrastruktur kita itu lemah dibanding negara-negara lain di Asean, oleh karenanya saya mendukung penuh Presiden kita menggenjot pembangunan infrastruktur kita," katanya dalam sebuah simposium.

Jokowi dalam pembangunan infrastrukturnya sangat bercermin pada kemajuan China. Di China, Presiden Xi Jinping banyak bekerjasama dengan Jack Ma dalam pembangunan ekonomi di wilayah yang dibangun infrastrukturnya.

Jack Ma melalui grup perusahaan onlinenya, masuk dengan investasi untuk mengembangkan ekonomi di satu wilayah yang tidak produktif dan menjadikannya produktif, dimana Jack Ma kemudian membantu menjualkan hasil produksi mereka melalui perusahaan online mereka.

Sebagai contoh, sejak 2012, perusahaan e-commerce Tao Bao, yang berada dalam grup Alibaba, beriventasi di banyak desa di China untuk pengembangan produksi daerah mereka dan menjualnya di aplikasi Tao Bao. Tao Bao juga berinvestasi di infrastruktur daerah tersebut untuk pengembangan jarigan produksi dan transportasi mereka.

Jadi Jokowi kemungkinan besar akan memanfaatkan jaringan usaha mikro dari pengusaha sekelas Chairul Tanjung untuk meningkatkan ekonomi dari daerah-daerah tertinggal yang sudah ia bangun infrastrukturnya. Chairul Tanjung juga punya potensi untuk mendatangkan investasi dari jaringannya kalangan pengusaha luar negeri sehingga ekonomi di daerah menggeliat.

Kemungkinan besar yang menjadi fokus utama Jokowi dalam pengembangan ekonomi mikro adalah dalam usaha pangan, sehingga para petani dan nelayan bisa menjual hasilnya melalui peningkatan produksi dan menjualnya melalui online ke seluruh dunia.

Itu dari sisi ekonomi. Dari sisi fakta bahwa Chairul Tanjung adalah konglomerat minoritas yang berasal dari kalangan pribumi akan menaikkan nilai jual Jokowi. Chairul Tanjung juga orang batak mandailing yang akan menarik simpati masyarakat Sumatera.

Dan menariknya, Chairul Tanjung juga akan meredam isu bahwa Jokowi adalah musuh umat muslim, karena Chairul Tanjung adalah pengusaha muslim juga. Dia juga akan berpengaruh untuk merekatkan hubungan Jokowi dengan partai besar lainnya seperti Demokrat, karena Chairul Tanjung dikabarkan sangat dekat dengan petinggi Demokrat.

"Apa kelemahan Chairul Tanjung dari sekian banyak kelebihannya ?' kata Alifurahman sambil senam meregangkan tubuhnya. Entah kenapa dia pake senam segala. Mungkin cape mendengarkan penjelasanku yang panjang lebar tapi sangat berguna..

Isu hubungannya dengan PKS adalah salah satu isu yang akan memberatkan. Chairul Tanjung dulu dikenal sangat dekat dengan petinggi PKS, bahkan ia pernah diajukan sebagai sebagai salah satu calon Presiden PKS, sama seperti ketika ia diajukan sebagai calon Presiden dari Demokrat saat Konvensi.

Selama itu Chairul Tanjung tidak pernah mengiyakan, bahkan cenderung menarik diri dari politik daripada berambisi..

Bahkan ada kabar bahwa gedung PKS di TB Simatupang adalah sumbangan Chairul Tanjung, meski ini hanya berupa isu yang harus diklarifikasi lagi. Chairul Tanjung juga disebutkan bahwa dia punya peran besar dalam mendekatkan PKS dan Demokrat dan menempatkan PKS dalam jabatan di kabinet Susilo Bambang Yudhoyono waktu jadi Presiden dahulu.

Tapi dalam skala yang lebih luas, keterpilihan Chairul Tanjung akan membuat PKS dan Demokrat tidak berkutik, apalagi menyebarkan isu untuk memfitnah dia karena mereka berhutang sangat besar kepadanya. Jika Jokowi mau berdampingan dengan Chairul Tanjung, maka ia akan melenggang dengan santainya di Pemilihan Presiden 2019 ini.

Chairul Tanjung adalah pilihan yang netral dan tepat untuk meredam banyak hal. Ia punya uang, punya jaringan televisi dan yang pasti ia akan diterima banyak kalangan, baik dari politisi maupun pengusaha, karena hubungannya yang baik dengan mereka.

Bahkan dalam sebuah acara buka puasa bersama, Megawati mengirimkan bingkisan khusus kepada Chairul Tanjung yang diartikan oleh beberapa pengamat sebagai dukungan kepada dirinya supaya mau menjadi Calon Wakil Presiden mendampingi Joko Widodo.

Merebut Chairul Tanjung dari tangan PKS dan Demokrat, jauh lebih menguntungkan bagi Jokowi daripada ia berada di posisi sana. Tinggal bagaimana Jokowi bisa mengendalikannya sebagaimana ia mengendalikan Jusuf Kalla yang selama ini mendampinginya..

Alifurahman akhirnya menerima penjelasanku karena berdasar hitung-hitungan dan logika berfikir yang tepat tanpa ada unsur subjektifias dan emosional di dalamnya. Ia lalu mengangkat barbel yang ada di sampingnya..

"Ngapain ngangkat barbel ?" Tanyaku heran sambil menyeruput secangkir kopi.

"Biar tambah ganteng maksimal.." Katanya. Kami lalu tertawa bersama dan diakhir dengan senyum kecut Alif karena ia harus menerima bon pembayaran kopi.

Ya, aku kan pria traktiran. Kalau gak ditraktir, ogah ketemuan.. 😆😆

#IndonesiaMaju

#CawapresJokowi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar