Potensi Investasi Resort Wisata Kesehatan di Malang Raya
Dipresentasikan di Osaka
Pada acara Indonesia Tourism Investment Business Forum 2025
sebagai bagian dari program besar Osaka World Expo 2025 yang mengambil tema
Industri Health & Wellness Tourism di Centara Grand Hotel Osaka, pada
tanggal 3 Juni 2025, Malang Health Tourism Board diundang oleh Kementerian
Pariwisata RI sebagai salah satu presenter proyek inisiasi health &
wellness tourism dari Indonesia, selain dari SinarMas Land, Rebana Jawa Barat,
Sari Ater, Mahakam Group dan Mustika Ratu.
Indonesia merupakan destinasi wisata eksotis dan populer
yang terkenal akan kekayaan warisan budaya dan pengalaman kebugaran yang
autentik. Negara ini terkenal dengan studio yoga di tepi pantai, resor
kebugaran mewah bintang lima, sumber air panas alami, spa etno-kebugaran
(seperti spa Jawa dan Bali), kuliner sehat dan lezat, serta terapi tradisional
yang berbasis pada rempah-rempah dan herba asli. Indonesia juga menawarkan
pengalaman kebugaran berbasis alam, seperti meditasi, jalan santai, dan
aktivitas kebugaran luar ruangan lainnya seperti eco-trekking, menyelam, dan
bersepeda. Indonesia berada di peringkat ke-18 dalam Peringkat Negara Kebugaran
Global pada tahun 2023, dengan ukuran Ekonomi Kebugaran sebesar USD 56,43
miliar, dan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata 6,7% dari tahun 2019 hingga
2023*. Peringkat ini menempatkan Indonesia di atas negara-negara Asia Tenggara
lainnya seperti Filipina, Thailand, dan Malaysia.
Kementerian Pariwisata Republik Indonesia memprioritaskan
sektor Industri Wisata Kesehatan sebagai salah satu motor untuk pertumbuhan
ekonomi di Indonesia dan percaya bahwa Jepang dapat menjadi negara strategis
untuk pengembangan industri ini di Indonesia, sekaligus sebagai potensi pasar
bagi turis lansia ke Indonesia.
Malang Raya dan Bromo merupakan salah satu kawasan wisata
paling menakjubkan dan strategis di Indonesia, khususnya untuk kesehatan
berbasis alam, tempat peristirahatan kesehatan, dan kehidupan lansia. Udara
pegunungan yang sejuk (18– 24°C sepanjang tahun), hutan yang rimbun, dan
perbukitan yang indah menjadikan Batu dan Malang sebagai surga kesehatan alami.
Maka dari itu, Malang Health Tourism Board mengkonsolidasi pelaku industri
pariwisata dari Batu, Jatim Park Group, dengan para Rumah Sakit dan Klinik di
Malang Raya, Jawa Timur bahkan Internasional, untuk berkolaborasi menciptakan
sebuah kawasan terintegrasi resort dengan pelayanan medis, kebugaran, olahraga,
dan program lansia yang bernama Mariposa.
Proyek ini berpotensi untuk menjadi sebuah Kawasan Ekonomi
Khusus karena memiliki potensi untuk menciptakan ekonomi baru bagi Malang Raya,
terutama bila dapat mengundang berbagai klinik dari luar negeri yang akan
bergabung di resort tersebut.
Malang Health Tourism Board berperan penuh untuk mewujudkan konsolidasi
kerjasama antar stakeholders, realisasi investasi dan pengembangan resort
tersebut.
“Keberadaan proyek ini diestimasikan akan dapat menciptakan
tambahan Rp 200 miliar per tahun bagi Malang Raya dari wisatawan mancanegara,
wisatawan kebugaran, wisatawan corporate wellness, dan turis domestik lainnya”,
ujar Ardantya Syahreza, Ketua Malang Health Tourism Board.
Rizki Handayani Mustafa, Deputi Bidang Industri dan
Investasi Kementerian Pariwisata RI, mengapresiasi konsep dari Mariposa yang
berpotensi untuk dapat diwujudkan dan mengundang para calon investor dalam dan
luar negeri untuk bergabung pada proyek Mariposa, Konsep Kawasan Terintegrasi
Wisata Medik, Kebugaran dan Senior Living di kawasan Jawa Timur Park, Batu,
Malang, Jawa Timur, Indonesia.
Pada kesempatan pemaparan, sebagai undangan pembicara pada acara dengan mengusung tema Oportunity Health Tech, Ketua Malang Health Tourism Ardantya Syahreza menyampaikan, “Dalam menyelaraskan terhadap visi kesehatan Indonesia yang telah ditetapkan pemerintah dengan diterapkannya SatuSehat sebagai roadmap digitalisasi kesehatan untuk mendapatkan sensus data kesehatan masyarakat Indonesia yang nantinya bertujuan dalam rangka pengelolaan, memprediksi potensi penyakit serta pencegahannya maka jika dikaitkan secara praktis pada wisata kesehatan, digitalisasi sudah menjadi sebuah urgensi yang harus segera dipetakan dan diaplikasikan dalam rangka meningkatkan efektifitas dan kecepatan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara luas. Pelayanan kesehatan yang dimaksud di sini adalah pelayanan kesehatan yang tidak hanya berorientasi pada sisi kuratifnya atau pengobatan, namun juga promotif dan preventif."
Ardantya Syahreza, selaku penginisiasi Malang Health Tourism, yang telah diresmikan sebagai kawasan health tourism keempat di Indonesia setelah Sumatra Utara dengan Medan Medical Tourism Board, Bali dengan Bali Medical Tourism Association, dan Sulawesi Utara dengan North Sulawesi Health Tourism, oleh Menteri Pariwisata pada April 2023 lalu, menambahkan Malang Health Tourism sendiri telah mengadopsi visi pemerintah untuk terus menggalakkan layanan promotif dan preventif seperti dimulainya pembangunan jaringan klinik di Malang dan Jawa Timur agar lebih dapat menjangkau masyarakat yang tidak sakit dan mengundang masyarakat untuk check kesehatan serta mengelola gaya hidup sehat dengan panduan dan konsultasi dengan dokter.
Berbagai jenis teknologi seperti Telemedicine, AI Diagnostic, AI Healthcare Analytic, Personal Healthcare Assistance Mobile Apps dan personal electronic medical record adalah beberapa contoh bagaimana digitalisasi akan mentransformasi layanan kesehatan sekaligus meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. “Saya sampaikan juga kemarin, pada saat pemaparan, bahwa ada catatan penting yang perlu dijadikan agenda penting dalam rangka menciptakan kerangka kesehatan komprehensif pada program Health Tourism ke depan yaitu perihal pencegahan penyakit tidak hanya fokusnya secara fisik, tapi juga secara mental health. Pendekatan layanan mental health juga perlu adanya kombinasi pendekatan emosi, digital dan alam. Pendekatan secara emosi tentunya harus dilakukan oleh psikolog atau psikiater, skrining mental wellness dapat dilakukan secara digital dan dapat segera menghubungi mental wellness expert. Dalam konteks unique service dari Malang Health Tourism, juga ada pendekatan untuk membawa pasien ke Alam agar mendapatkan penyegaran pengalaman spiritual. Kombinasi pelayanan kesehatan dengan kombinasi digitalisasi dan nature/alam, akan membawa pelayanan medical/health tourism yang sangat menarik dan relevan bagi masyarakat modern. Dan tentunya akan menjadi daya jual juga untuk dengan mudah menarik wisatawan dari Luar Negeri ke Indonesia. Mengingat kesehatan mental akhir-akhir ini menjadi isu besar generasi mendatang yang harus kita hadapi melalui terobosan-terobosan pada program Health Tourism ke depan yang perlu diadakan sebagai jawaban,” paparnya
Ardantya Syahreza is a businessman and professional who handles a variety of responsibilities since he currently leads multiple enterprises in diverse industries. Some of the businesses are his, while others are owned by his extended family.
Ardantya established his first company, PT Marketing Komunikasi Indonesia, in 2005. The company provides marketing services and brand communication strategy consultation in activation activities (event promotions) that allow for measurable customer database acquisitions, product trials, and purchases.
A brand activation agency is not the same as an event planner (EO) where they only promote. A brand activation agency, on the other hand, designs and oversees brand-appropriate promotional activities.
"This is nothing more than an activity that directly reaches out to people who utilize the brand," said the AIESEC Indonesia Alumni Chairman.
MKI has been trusted to manage major brands due to his hard work. Its clients currently come from various industries, including food and beverage, pharmaceuticals, telecommunications, oil, and banking.
Ardantya said that MKI's research department is its greatest asset. For such a brand, they first have to conduct market research. "Market research is required initially to figure out what consumers want from a brand, and we undertake this ourselves via our research section," he concluded.
When Ardantya started MKI in 2005, he said that not many brands had executed this. “There are a lot of advertisements on television, but there are still few events. Advertisements don't necessarily target consumers, so I tried to take a side-by-side approach to the client.”
"Back then, I was in charge of a lot of prospecting operations and pitch proposals for potential new brand clients," he said. "I recognized an opportunity to build a service with a new business model to serve clients who want their marketing budget to be associated with company achievement or sales after dealing with new prospects for a long time."
F&B expansion
Ardantya, an Universitas Brawijaya Faculty of Economics alumnus, expanded his business by launching a culinary business and F&B service with a franchising system.
Under the auspices of PT Kuliner Nusantara Sejahtera Indonesia, he oversaw the Bakso Kota Cak Man outlet franchisee management, became the master franchisor of Sour Sally Mini, and created Marlous Martabak, NSW Bruger, and Sushi Pablo.
Ardantya is the holding company for the two firms that operate under the Indocre Lintas Usaha banner. It also comprises PT Generasi Muda Indonesia, which bridges the information gap between the academic and professional worlds. The Indocre Group is devoted to participating in the creative industry area.
Man with a vision
Ardantya's breadth of experience has sharpened his commercial acumen. His early career began as an intern at the Royal Bank of Canada Branch Office in Ontario. He then returned to Indonesia as a Nielsen Research Executive, eventually becoming a business development manager for an advertising firm.
ARDANTYA SYAHREZA SHARES LEADERSHIP TIPS FOR MILLENIALS AND GEN Z’S
Ardantya Syahreza from Persada Hospital shares his leadership experiences in more than 25 years.
04.03.2022
BY HANUM FAUZIA
Ardantya was requested to join a family business, PT Persada Medika Raya in October 2019, which is part of the holding PT Persada Capital Investama, which was founded by his uncle, the late Benny Subianto. Ardantya has been named development director at the firm in charge of Persada Hospital.
This experience transformed Ardantya into a learner who seeks to comprehend all of the surprises in her surroundings. He promotes the acceleration of transformation and innovation as the Development Director of PT Persada Medika Raya. Persada is intended to go beyond curative medical services. Sports, nutrition, and cosmetic components are also currently being planned.
Ardantya Syahreza is a multi-tasking guy who amazed us with his leadership achievements. He was the Deputy Director of Persada Hospital in Malang, East Java. His leadership experiences in handling 700 employees in his hospital's family business shouldn't be in doubt. In fact, he already learned about being leadership since he was a student at Brawijaya University. Ardantya was a President of AIESEC Indonesia who made him have frequent interaction with global young people to talk about global issues and how we can address the issues through youth exchange programs. You can also read more about him here.
Through an interview with The S Media, Ardantya gives us insight into how to be a successful leader at a young age.
We call you a truly multitasking man as your businesses come from various industries. How do you sharpen your fresh ideas every day?
I have learned that in order to keep our ideas alive and up to date is by always learning and be open to anything new continuously. Being open means we put ourselves as a forever-student. We are not smarter than anyone, and we want to learn about everything.
I also think that younger generations are smarter than me, and I could learn about digital, startups, and anything new from them.
Is this pandemic affecting you a lot in terms of productivity and your journey in the professional world? What do you think this pandemic could change millennials' path to leadership?
This pandemic definitely impacts our hospital business. As a hospital, of course, we have to cater the public health issues. But on top of the rush and crisis, Persada Hospital made to achieve more in 2021. When things are changing, we just need to ride on the waves. This will require speed to adapt and change. Not all organizations and leaders can make things happen in such a quick response. The winner is the one who can adapt the fastest.
This pandemic will make our millennials more perseverant in facing problems and more creative to face challenges. It will make every millennial to be more adaptive and faster to adapt.
As a leader, you must have experience in handling employees from gen Z or millennials. Is that difficult as we know that young employees today are considered more unruly and behave as they want?
Gen Z and Millenials mostly tend to take easy on things. They are not pushing things to the max. Therefore, in certain cases, leaders must show examples and create a reward-punishment system to create such productive culture among the gen Z and millennials.
Photo Courtesy of Ardantya Syahreza
In order to keep ourselves relevant with the current times and even lead changes or transformations, we need to be fast in adopting new trends and new approaches. Well, to be honest, I am often attending webinars and reading various articles regarding digital, technology, organization transformation, leadership, and many more.
There are so many young generations today that have high eagerness to be a successful entrepreneur like you. But most of them are mood-swingers. How do you see this phenomenon?
Being an entrepreneur means being alone. Being an entrepreneur is being a human being who has a strong purpose and passion to work on certain issues. An entrepreneur is someone who can not live without any strong purpose. They will work hard to achieve the purpose and gather people and resources to make things happen.
I do not see the young generations are mood-swingers. They are really smart, instead. But, they do have to lack in their emotional quotient. How they can be more persistent and able to engage and respect people is something that young generations need to learn more.
Do you have such an inspiring mentor or role model that you admire? What is the most valuable lesson that you learned from him/her?
Mr. Benny Subianto – he is my uncle, an older brother of my father, who crawled his career from a salesman in United Tractors until become one of the 50 richest men in Indonesia. He passed away on January 4th, 2017.
I admire him because I love the story behind all the career and business success that he achieved is what I admire from him. The value of working hard and building a reputation is what I learned from him. He was also a gentleman who likes to help people. He helped so many people no matter they treated him back in different ways. But I learned from him that doing good to others is the most precious asset in life.
First, you need to have a strong idea to address any issues. In order to lead a company, we need to know how we want to be different and unique to address customers’ problems. Secondly, as a leader, you need to have a strong will to achieve your vision. A strong attitude will lead to our persistence, a never-say-die person, and always try to find a way to make things happen.
Lastly, as a leader, you are a leader who needs to learn from your team and also empower them to become the next leader. No leader can lead an organization without good leadership skills.
TIMESINDONESIA, MALANG – Walikota Malang Sutiaji menerbitkan Surat Keputusan (SK) Walikota Malang tentang Malang Health Tourism (MHT) pada 26 Juni 2023. Tim Wisata Kesehatan Malang yang dilantik Menteri Sandiaga Uno pada 16 April 2023 itu akan bekerja untuk periode 2023-2028 dengan ketua Ardantya Syahreza SE.
Dalam keterangan yang diterima TIMES Indonesia, Ardantya Syahreza menyampaikan, sesungguhnya Malang Health Tourism ini merupakan bagian dari program nasional Indonesia Health Tourism yang dibentuk oleh pemerintah pusat.
"Program ini dibuat untuk mengembangkan daerah-daerah dengan potensi gabungan Wisata Medis dan Wisata Wellness seperti olahraga dan pemandangan alam," ucap Dacil, sapaan akrab Ardantya Syahreza.
"Program ini juga telah ditetapkan sebagai salah satu program prioritas strategis nasional," sambungnya.
Untuk diketahui, pada 16 April 2023, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, meresmikan Malang menjadi kawasan health tourism keempat di Indonesia. Malang pun mengikuti jejak Sumatera Utara dengan Medan Medical Tourism Board, Bali dengan Bali Medical Tourism Association, dan Sulawesi Utara dengan North Sulawesi Health Tourism.
Khusus Malang Health Tourism, program ini menawarkan layanan Wisata Medis (Medical Tourism), dan Wellness Tourism. "Malang memiliki kombinasi dari ketersediaan dokter sub-spesialis di berbagai bidang yang berada di beberapa rumah sakit dengan berbagai kelengkapan alat medis untuk diagnosis maupun intervensi," jelas Dacil.
Hal ini dipadu dengan berbagai pilihan destinasi pariwisata seperti Wisata Gunung Bromo, Wisata Hutan Coban Rondo, Wisata Kuliner Kota Malang, dan Wisata Buatan Jatim Park di Batu. Resorts dan akomodasi yang nyaman dengan pemandangan dan desain yang menarik juga tersedia untuk penyembuhan.
*Pacu Pertumbuhan Ekonomi dan Pelayanan Kesehatan*
Malang Posco Media, Malang-Tim Wisata Kesehatan Malang bertekad terus memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi, pelayanan kesehatan dan pariwisata di Malang. Selain itu, juga membuka tambahan lapangan kerja, menambah kesejahteraan masyarakat dan menambah keahlian baru dalam melayani market turis dari manca negara.
Demikian ditegaskan Ketua Tim Wisata Kesehatan Malang, Ardantya Syahreza, SE kepada Malang Posco Media, Rabu (9/8). Ditambahkan, Malang telah diresmikan menjadi kawasan health tourism keempat di Indonesia oleh Menparekraf/Kabaparekraf Sandiaga Salahuddin Uno, pada 16 April 2023. Sedangkan tiga daerah sebelumnya adalah Sumatra Utara, Bali dan Sulawesi Utara.
‘’Malang Health Tourism menawarkan layanan Wisata Medis (Medical Tourism) dan Wellness Tourism. Hal ini sangat tepat sebab Malang memiliki kombinasi dari tersedianya para dokter sub spesialis di berbagai bidang yang berada di beberapa rumah sakit dengan berbagai kelengkapan alat medis untuk diagnostik maupun intervensi,’’ paparnya.
Ardantya Syahreza menuturkan, berbagai keunggulan tersebut juga dipadu dengan berbagai pilihan destinasi pariwisata seperti Wisata Gunung Bromo, Wisata Hutan Coban Rondo, Wisata Kuliner, Wisata Buatan di Batu dan sebagainya. Terlebih juga tersedia cukup banyak pilihan restort dan akomodasi yang sangat nyaman dan disain yang menarik untuk healing.
Karena itu, Tim Wisata Kesehatan Malang yang dibentuk dengan SK Wali Kota Malang Nomor 188.45/213/35.73.112/2023 tanggal 26 Juni 2023 mempunyai beberapa program untuk mencapai masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani. Karena awareness kesehatan yang lebih baik, deteksi kesehatan lebih awal dan rutin, maintenance physical dan wellness dalam gaya hidup serta pelayanan medis ahli dan terukur.
‘’Kami menyediakan pelayanan medis terintegrasi dengan harga yang lebih terjangkau dengan tenaga ahli medis subspesialis serta fasilitas medis yang terstandarisasi. Serta, menyediakan pelayanan wellness dengan kekayaan pariwisata alam dan buatan,bersama dengan instruktur wellness yang ahli,’’ pungkas Dacil, sapaan akrabnya.
“Pengusaha itu Mempunyai Kemewahan untuk Berkreasi”
November 8, 2020 Kisah Sukses
Ardantya Syahreza(Owner & CEO PT Indocre Lintas Usaha)
Berpindah dan satu pekerjaan ke pekerjaan lain, bukan sekadar karena bosan menjadi “orang suruhan”, melainkan juga lantaran merasa “kebebasannya” terpasung. Akhirnya, Dacil pun membangun perusahaan sendiri. Meski pernah meraih puncak kejayaan, tapi ia juga pernah mengalami kebangkrutan. Ketika pada akhirnya ia mampu bangkit kembali dan melaju, salah satu pelajaran hidup yang ia dapatkan yakni pengusaha itu mempunyai kemewahan untuk berkreasi. Kebebasan/kemewahan itu tidak dapat dibeli oleh profesi apa pun
e-preneur.co. Ingin melepaskan diri sebagai orang suruhan, ternyata bisa dijadikan modal untuk membangun usaha sendiri. Dan, itulah yang dilakukan Ardantya Syahreza.
Namun, setelah meraih puncak kejayaan di usahanya yang pertama, pria yang akrab disapa Dacil ini terpuruk hingga titik nadir alias bangkrut. Tapi, dengan dukungan penuh dari sang istri dan tekad tidak ingin kebebasannya terpasung lagi, ia bangkit.
Dalam tempo delapan tahun dan usia belum genap 37 tahun, ia telah memiliki tiga perusahaan di bawah bendera PT Indocre Lintas Usaha (Indocre). Bukan cuma itu, satu perusahaannya yang pertama mampu membukukan omset per bulan sebanyak milyaran rupiah, sementara satu perusahaan yang lain ratusan juta rupiah.
Berikut, bincang-bincang e-preneur.co dengan Dacil:
Kapan Anda mulai bekerja?
Saya mulai bekerja untuk pertama kalinya tahun 2000, di lembaga riset Nielsen sebagai staf di bagian research executive. Pada pertengahan tahun 2002, saya pindah ke perusahaan riset yang lain yakni Exquisindo Global Research sebagai research manager.
Meski dunia riset itu menarik—karena kita belajar bagaimana mengulik konsumen dalam suatu group discussion—tapi membosankan. Lantaran, yang saya buat itu hanya sebuah finding/rekomendasi.
Imbasnya, tahun 2003, saya pindah lagi. Kali ini ke dunia advertising, yang bagi saya berbeda sekali dengan dunia kerja saya saat itu.
Dunia advertising adalah dunia yang kreatif. Skill saya di dunia riset pun terpakai di sini. Mengingat, untuk membuat iklan atau komunikasi harus mengetahui terlebih dulu apa yang dimaui klien.
Di sini, saya menempati posisi sebagai development manager, dengan tugas seperti membuat strategi komunikasi. Pekerjaan ini, saya jalani hingga tahun 2005. Sebab, ternyata, saya merasa bosan lagi.
Dari situ, saya menyadari bahwa saya menyukai semua dunia kerja yang saya jalani. Tapi, saya bukan tipikal orang yang suka disuruh-suruh. Selain itu, saya menemukan opportunity dari para klien yang saya temui.
Pada umumnya, pengusaha Indonesia akan menanyakan apa imbal baliknya jika mereka mengeluarkan dana untuk iklan usaha mereka. Dalam arti, sejauh mana imbas iklan yang mereka danai itu terhadap perusahaan mereka. Atau, bagaimana mereka bisa mengetahui efek dari iklan produk/perusahaan mereka terhadap konsumen yang dituju.
Melihat adanya opportunity itu, akhirnya saya membuat sebuah perusahaan sendiri dengan modal nekad. Dengan bantuan seorang teman yang brand manager sebuah perusahaan, lalu saya men-set up sebuah marketing company yang saya beri nama Exigo (PT Marketing Komunikasi Indonesia) pada September 2005. Sementara modal usaha sebesar Rp500 juta, saya pinjam dari orang tua.
Exigo bergerak di bidang marketing communication. Kalau kita berkomunikasi ‘kan bisa melalui macam-macam media, misalnya iklan radio, iklan TV, iklan media cetak, tapi kami bentuknya lebih ke event. Jadi, berbeda dengan iklan melalui media massa yang tanggapannya tidak diketahui, maka dalam bentuk event, setidaknya ada database yang bisa dihitung/dicatat.
Cakupannya lebih luas ketimbang EO (Event Organizer) yang hanya penyelenggara acara. Karena, kami juga harus membuat programnya agar relevan dengan masyarakat yang menjadi target market-nya.
Tahun 2006, saya meng-hire adik saya. Sehingga, perusahaan ini seperti perusahaaan keluarga. Saya juga meng-hire orang India agar terkesan keren. Karena, ada orang asing yang bekerja di perusahaan saya.
Sampai, suatu ketika, saya merasa stagnant. Akhirnya, saya memanggil teman-teman di tempat kerja saya dulu dan minta inject lagi agar dapat menggaji mereka. Harapan saya, akan muncul talent-talent dan network-network baru untuk bisnis-bisnis baru.
Harapan ini, terwujud pada tahun 2006–2007. Saya menikmati klien-klien besar. Saya mengerjakan proyeknya Kidzania, BCA, Kalbe, Danone, dan sebagainya. Nilai proyek yang dulu hanya Rp60 juta, berkembang menjadi Rp500 juta, Rp700 juta, Rp2 milyar, dan naik terus. Tahun itu, ongoing very good.
Tapi, pada akhir tahun 2007, muncul masalah internal. Saya baru menyadari bahwa ternyata di kantor saya ini terlalu banyak orang (25–30 orang). Padahal, billing belum stabil.
Masuk tahun 2008, tepatnya Januari–Juli, saya melihat kok bisnis ini semakin seret. Sulit sekali memenangkan suatu pitching. Hingga, akhirnya, setiap bulan saya hanya membayar gaji karyawan saja. Kondisi ini, semakin lama semakin ngedrop sampai akhirnya bangkrut.
Saya mengatakan kepada para karyawan bahwa saya tidak bisa lagi membayar gaji mereka. Lalu, satu per satu, karyawan saya resign, yang tertinggal cuma sekretaris dan OB (office boy).
Waktu kejadian itu, saya baru setahun menikah dengan Sofia Ambarini dan anak pertama kami baru saja lahir. Saya sempat berpikir, untuk bekerja sebagai karyawan lagi. Meski, saya tidak bisa membayangkan kebebasan saya akan terpasung lagi.
Akhirnya, saya keukeuh usaha sendiri dengan modal yang ada yaitu portofolio. Apalagi, menurut orang-orang, saya mempunyai kredibilitas.
Akhirnya, saya mendapatkan proyek-proyek baru, tapi bekerja sama dengan teman yang lainnya lagi. Istilahnya, kerja saweran: saya hanya “berjualan” klien, sementara teman saya itu yang memberi modal kerja dan melakukan eksekusinya. Dalam perjalanannya, kami mendapat klien Sari Husada, Craft, dan sebagainya.
Imbasnya, saya mempunyai tabungan dan sudah bisa membangun usaha sendiri, di luar Exigo yang sedang “istirahat”. Usaha baru ini saya jalankan hanya beserta istri. Selanjutnya, saya mampu meng-hiremanager, account executive, dan bagian kreatif.
Tahun 2009, kami semakin naik. Bahkan, tahun 2010, kami mendapat klien Nestle.
Singkat kata, memasuki tahun 2012, semuanya berjalan lancar kembali: Exigo hidup kembali; bisa pindah kantor dari Kemang Utara, Jakarta Selatan, ke Gedung Adveco II di Jalan Warung Jati Barat, Jakarta Selatan; mampu membeli rumah di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan; dan mampu meng-hire general manager yang kemudian saya tugaskan untuk mengurusi PT Marketing Komunikasi Indonesia. Sementara, saya hanya melihat dari jauh. Kadang-kadang, saja saya “turun”.
Terakhir kali saya pegang (tahun 2012), Exigo mampu membukukan omset sebesar Rp8 milyar/bulan.
Kebebasan berkreasi itu harus ditunjang financial yang kuat
Tapi, Anda lebih dikenal sebagai CEO PT Kuliner Nusantara Sejahtera Indonesia (K-Food)?
Pada saat yang bersamaan (tahun 2005), saya membeli franchise Bakso Kota Cak Man. Ini terjadi, ketika saya pulang kampung dan makan di warung bakso itu. Di sana, saya melihat kertas-kertas yang ditempel di dinding yang menawarkan franchise.
Sebagai orang Malang yang mengetahui market Jakarta, saya melihat bakso-bakso di sini yang mengusung embel-embel Malang itu banyak banget. Tapi, tidak ada yang Malang banget. Lalu, saya ingin membawa Bakso Kota Cak Man ini ke Jakarta.
Berbekal ilmu marketing yang saya miliki, saya permak dia, lantas saya buka outlet franchise saya di Plaza Semanggi. Saat itu, belum saya anggap bisnis, sekadar latihan kalau nanti mempunyai usaha sendiri.
Dalam perjalanannya, saya bertemu dengan Hendi Setiono, pemilik Kebab Turki Baba Rafi. Ternyata, Hendy sedang mendekati Donny Pramono, pemilik Sour Sally.
Hendy membutuhkan orang yang dapat meng-handle kerja sama antara Sour Sally dengan Baba Rafi. Dan, Hendy meminta saya membantunya. Jadi, boleh dianggap saya joint dengan Hendy untuk mengelola franchise Sour Sally Mini. Dan, jadilah saya Master Franchise Sour Sally Mini.
Sour Sally, saya urus dengan serius. Dengan pemikiran, bisnis kuliner saya akan naik satu step lagi. Ini antusiasme baru, bisnis baru yang bisa membuat bisnis saya berkembang.
Apalagi, bisnis kuliner saya cuma begitu-begitu saja. Dari dulu, saya hanya mempunyai tiga cabang Bakso Kota Cak Man (Plaza Semanggi, Cibubur Junction, dan Margo City).
Tentang nama K-Food, baru muncul ketika saya membuka outlet franchise Bakso Kota Cak Man di Cibubur Junction. K-Food berada di bawah PT Kuliner Nusantara Sejahtera Indonesia di mana perusahaan ini baru dibentuk tahun 2012. K-Food dibangun dengan modal Rp60 juta dari “bank pribadi” dan satu setengah tahun kemudian sudah balik modal.
Misi K-Food yakni mengapresiasi kuliner Indonesia. Ketika menekuni dunia kuliner, saya menyadari bahwa kuliner Indonesia sangat banyak dan sama layaknya diangkat ke permukaan dengan makanan-makanan dari luar. Itulah esensinya.
Bakso Kota Cak Man sudah dalam genggaman dengan omset sekitar Rp200 juta/counter/bulan. Sate Buntel Solo juga sudah di-launching September 2013. Sedangkan Sour Sally, meski froyo (frozen yogurt) bukanlah kuliner Indonesia, tapi hasil kreasi dari orang Indonesia. Jadi, everything should be Indonesian.
Dari sini, bisa disimpulkan bahwa garis merah Indocre yaitu saya bergerak dalam bidang-bidang usaha yang berhubungan dengan kreatif, Indonesia, dan kepemudaan. Saya juga menyukai usaha-usaha yang berhubungan dengan anak-anak muda. Sehingga, lahirlah Generasi Muda ID.
Apa itu Generasi Muda ID?
Selama saya berwirausaha, saya merasakan sulitnya mencari kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang baik. Di sisi yang lain, saya suka sharing dengan para mahasiswa. Akhirnya saya membuat Generasi Muda ID.
Karena, saya melihat issue besar bahwa anak-anak muda zaman sekarang secara mental, wawasan, dan keahlian belum memenuhi standar kualitas yang dibutuhkan perusahaan aktif. Dan, jumlah mereka sangat banyak.
Dari sini, saya baru ngeh jika pengangguran itu terjadi bukan karena tidak ada pekerjaan, melainkan tidak matching-nya kualitas yang diproduksi dari perkuliahan ke dunia pekerjaan. Jadi, di sini ada gap.
Karena itu, saya membuat Generasi Muda ID dengan tujuan sederhana yaitu mem-break the gap. Untuk itu, saya datang ke kampus-kampus, offering sesuatu yang baru yang tidak mereka dapatkan di kampus.
Awal tahun 2013, saya membentuk Generasi Muda ID dengan melakukan berbagai roadshow. Awalnya, roadshow ini saya lakukan dengan gratis, dengan pembicara para CEO (Chief Executive officer). Saya juga membuat website dan berharap nantinya akan ada sponsor yang mensponsori kegiatan keliling ini.
Ternyata, tidak berjalan sesuai harapan. Akhirnya, saya mengubah polanya. Roadshow tetap gratis. Karena, antusiasmenya besar sekali. Nah, untuk kota-kota yang antusiasmenya besar itu, saya akan membuatkan sekolah-sekolah kecil, semacam sekolah pelatihan yang memberi intensive class pada para mahasiswa, tapi berbayar.
Secara pribadi, saya ingin Generasi Muda ID di-acknowledge di dunia usaha bahwa anak-anak yang sudah pernah datang ke sini very qualified people. Di sisi lain, ini sociopreneur saya. Saya senang melakukan hal ini. Karena, seakan-akan saya ada manfaatnya jadi orang.
Perhelatan Malang Marathon 2023 sebentar lagi akan digelar yaitu pada tanggal 9 Juli 2023. Kegiatan ini perlu diberikan apresiasi yang setinggi tingginya kepada organizer yang bercita cita terus mempromosikan pariwisata kota Malang kepada masyarakat luas.
Kota Malang yang masih kaya dengan bangunan bangunan jaman belanda sebuab heritage yang menarik bagi para wisatawan. Selain itu, bentuk pariwisata kesehatan dan olahraga ini sangat cocok bagi masyarakat luas karena kota Malang yang memiliki udara segar dan sejuk, menambah kenikmatan berolahraga di kota Malang.
Ketua Umum Malang Health Tourism Board, Ardantya Syahreza, SE, yang juga seorang bakal calon walikota Malang periode 2024 - 2029, sangat mendukung diadakannya acara ini bagi warga Malang, Jawa Timur, Nusantara bahkan Manca Negara.
Ardantya mengucapkan selamat datang kepada para delegasi dari luar kota dan berharap semua peserta dapat menikmati pengalaman olahraga di Malang dan akan terus kembali ke Kota Malang.
Malang Health Tourism sendiri tidak saja menaungi kegiatan olahraga namun juga menaungi kegiatan medik seperti Cancer Center, Cardiac Center, Orthopedic Center, Geriatric Center dan lain sebagainya - yang memiliki kompetensi wisata medik. Selain itu, alam yang sangat kaya di Malang Raya seperti Gunung Bromo, Batu, Coban Rondo dan Jatim Park lainnya sangat mendukung Program Malang Health Tourism ini.