Senin, 16 Oktober 2017

OPINI soal Anies - Sandi : "Tidak Ada Sikap Politik yang Tegas" by Erizeli Jely Bandaro

Anies-Sandi.
( Politik ).

Anies Baswedan
Adalah salah satu alumni dari program AFS yaitu pertukaran pelajar antar bangsa dan tinggal selama setahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat. Setamat dari UGM, dia mendapat beasiswa Fulbright dari AMINEF untuk melanjutkan kuliah masternya dalam bidang keamanan internasional dan kebijakan ekonomi di University of Maryland, College Park (USA). Kemudian mendapat beasiswa Gerald S. Maryanov Fellow untuk meraih gelar doktoralnya. Artinya sejak SMA dia memang sudah qualified dalam program binaan antar bangsa AS dan menempatkan dia sebagai orang istimewa bagi Elite Politik AS. Itu sebabanya bukan rahasia umum bila elite politik AS memasukan Anies dalam 100 tokoh berpengaruh untuk memimpin Indonesia di masa depan. Anies awalnya pendukung Jokowi dan sempat jadi Menteri di kabinet Jokowi. Setelah berhenti sebagai menteri , kini dia berlawanan dengan partai pendukung Jokowi. Dia merapat dengan Prabowo yang sebelumnya berseberangan dalam Pilpres 2014.

Sandiaga  Uno
Adalah lulusan Wichita State University, Amerika Serikat, dengan predikat summa cum laude. Sandi mengawali karier sebagai karyawan Bank Summa pada 1990. Setahun kemudian ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di George Washington University, Amerika Serikat. Ia lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 4,00. Karirnya sebagai professional di bidang keuangan memungkinkan dia punya jaringan perbankan dan akses sumber pembiayaan yang luas. Itu sebabnya berkat dukungan dari Edwin Soeryadjaya ( putra taipan William Suryadjaya) dia mendirikan perusahaan Penasehat investasi dan mendulang sukses mengambil alih beberapa asset yang di kuasai BPPN.

Sandiaga Uno bekerja sama dengan Bank Mandiri dan Deutsche Bank berhasil merebut paksa saham Adaro Indonesia dari Hashim Djojohadikusumo. Ketika Nat Rothchild ( didukung Hashim Djoyohadikusumo) berseteru dengan Group Bakrie atas saham BUMI PLC. Sandi melalui Recapital Advisors mendukung Bakrie untuk mendepak Nat Rothschild dari Bumi PLC dan sukses. Menempatkan Sandi sebagai komisaris. Padahal kalau seandainya Nat menang lawan Bakrie, Hashim akan menjadi direktur eksekutif Bumi dan Chairman Berau Coal. Namun setelah Ical kalah dalam putaran pilpres, Sandi mulai mendekat ke Prabowo yang juga kakak Hashim Djoyohadikusumo. Sandi mundur dari eksekutif di semua perusahaan setelah ditetapkan sebagai cagub dari Partai Gerindra.

Sikap Politik.
Kalau dilihat dari rekam jejak karir Anies dan Sandi, maka dapat disimpulkan bahwa apa yang mereka lakukan tidak punya sandaran politik yang jelas. Tidak punya sandaran sahabat yang sejati. Bagi mereka politik idiologi atau apalah bukan dasar berjuang. Yang diperjuangkannya adalah kepentingan mencapai superioritas. Demi mencapai itu maka apapun kendaraan, apapun supir, siapapun yang dapat melontarkannya keatas maka dia akan merapat. Mengapa mereka bisa cepat berbalik haluan dan diterima dengan tangan terbuka oleh lawannya? Karena mereka berdua memang jenius secara akal. Mencapai IP-4 di George Washington University tidak mudah, apalagi Sandi orang asing di AS. Mendapatkan beasiswa Fulbright dan Gerald S. Maryanov Fello tidak semua orang bisa dan Anies bisa membuktikan dia termasuk segelintir orang itu. Dengan kecerdasan sehebat itu, tentu tidak sulit mereka merangkul musuh menjadi sahabat dan menusuk sahabat menjadi pecundang.

Bukti kecerdasannya dalam mencapai puncak superioritasnya adalah merapat kepada kekuatan barisan Islam.  Barisan islam lupa bahwa dialah dulu yang mengolok ngolok PS yang didukung koalisi partai islam.  Ketika dia lead posisi maka caranya berjuang lebih smart. Kalau orang mengusung  emosi PKI atau Syariah, maka Anies menjual issue Pribumi. Mengapa ? karena masalah PKI dan Syariah tidak akan efektif karena secara UU sudah final dan memaksakan itu akan mudah dihancurkan oleh lawannya. Tapi issue pribumi , itu berkaitan dengan ketidak adilan ekonomi terhadap mayoritas penduduk Indonesia , yang juga memeluk agama  Islam. Issue ini sangat sulit untuk dihadapi penguasa, karena ini adalah fakta yang nampak didepan mata dan sedang diperjuangkan mati matian oleh Jokowi agar Gap kaya miskin berkurang. Issue ini akan jadi bola salju , apalagi di kampanyekan di Ibukota dengan segala aksi membela pribumi, menegakan keadilan.

Jadi ibarat, pesawat ruang angkasa, issue pribumi seperti pelontar roket keangkasa dan setelah mencapai orbit maka pesawat angkasa akan bergerak sendiri dengan di remote dari bumi. Artinya issue pribumi dan ketidak adilan sebagai api abadi yang terus berkobar sementara api kecil dibawah terus bermunculan  dengan issue PKI, Syariah, atau apalah. Lambat namun pasti , api kecil itu akan jadi api besar yang bisa meluluh lantakan apa saja, untuk lahirnya revolusi sosial. Cara ini sukses di lakukan oleh Hitler dengan mengangkat ras Aria sebagai pribumi dan menuduh biang ketidak adilan adalah Yahudi. Lambat namun pasti HItler mampu menciptakan musuh bersama bagi ras Aria yang kalah bersaing, sehingga barisan dibelakang Hitler semakin panjang untuk dia berkuasa.

Jabatan Gubernur
Dengan menyandang Jabatan Gubernur maka Anies-Sandi, akan focus kepada tujuan politik yang lebih besar sesuai dengan agenda partai pengusungnya termasuk ormas dibalik suksesnya jadi elite politik. Apapun program populis yang gagal dia laksanakan maka dia akan teriak membakar emosi rakyat tentang ketidak adilan sistem yang meminggirkan kaum pribumi. Targetnya adalah menyudutkan pemerintah Jokowi dan Partai koalisi Jokowi.  Yang jelas, ketika masuk ke balaikota, dia sudah bersikap dan sikapnya diarahkan kepada istana RI-1. Apakah ini salah ? tidak. Syah saja dalam politik demokratis. Apakah dia akan mencapai tujuan akhirnya ? hanya Tuhan yang tahu. Yang jelas ketika dia bersikap maka lawannya juga bersikap. Kita lihat nanti..

PENUTUP.
Jadi kita harus tetap jadi pejuang moral dengan akal sehat, Jangan larut dalam emosi , karena itu tidak ada untungnya. Mereka sudah bersikap dan tidak akan  bisa mengubahnya, kecuali dari kita sendiri harus tetap pada pendirian membela yang benar, dan terus jadi agent moral bahwa bukan soal pribumi dan non pribumi gap itu ada tapi soal mental. Nasib orang ditentukan oleh mentalnya bukan oleh Ras nya atau agamanya. Itulah yang sebenarnya, selebihnya hanya retorikan politik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar